- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 230
Sebenarnya, Selena tidak punya video, itu hanyalah trik untuk menipu Lilian. Bukti
nyata bahwa Lilian memiliki mental yang buruk dan mudah ditipu.
Dengan adanya “bukti” ini, Lilian seharusnya diam untuk sementara waktu.
Darren jelas hanya budak orang itu.
Walaupun tidak tahu siapa dalang di balik semua ini, setidaknya Selena tahu pasti
bahwa dia datang ke tempat yang tepat.
Orang itu pasti bersembunyi di Grup Irwin dan tahu betul semua rencana perjalanannya.
Setelah memastikan arahnya, mulai sekarang dia tidak akan bertindak gegabah.
Sepertinya dia harus membuat rencana yang detail untuk memancing orang itu keluar.
Keberhasilan Grup C dalam menaklukkan Pak Niko yang berkepala batu ini, membuat seluruh grup
diselimuti suasana bahagia sepanjang hari.
Seorang tamu yang tak terduga pun datang.
“Astaga, Bu Agatha benaran datang.”
Mendengar nama Bu Agatha, Selena langsung mendongak.
Kelompok gosip di kantor sudah bergegas ke arah pintu untuk menyambutnya dan
terus bergumam, “Bu Agatha sengaja membuat kue untuk dibagikan ke semua
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
departemen. Tadi waktu aku ke kamar mandi, aku melihatnya dari kejauhan, dia
benar–benar lembut.”
“Pastilah. Tuan Harvey sangat hebat, dia tentunya harus menikahi seorang istri
yang lembut dan murah hati.”
Saat Agatha datang, reaksi pertama Selena adalah menghindarinya.
Dia tidak ingin Agatha salah paham kalau dia bekerja di sini demi Harvey. Kalau
sampai dia dipecat dari perusahaan, penyelidikannya akan sia–sia.
1/3
Dengan kondisinya sekarang, entah berapa lama lagi dia bisa hidup, dia harus memanfaatkan setiap
kesempatan.
Selena bergegas berdiri dan pergi melalui pintu samping, tetapi ternyata Agatha datang begitu cepat,
dan langsung menghadangnya.
“Itu… gadis yang di sana, tunggu.”
Segera setelah mendengar suara yang sok itu, Selena berjalan lebih cepat.
Tanpa diduga, Lala, si bodoh ini, menariknya kembali demi mencari muka di depan
Agatha.
“Kenapa kamu lari? Kamu nggak dengar Bu Agatha memanggilmu?”
Selena tertegun, Lala memang sengaja melakukannya.
Lala sengaja menyebutnya di depan Agatha agar keduanya sama–sama canggung.
“Maaf, Bu. Dia karyawan baru di grup kami. Dia tadi berlari secepat itu karena mau
ke kamar mandi.”
Lala khawatir Selena akan berdampak buruk bagi reputasi kelompok mereka,
sehingga dia menjelaskan dengan ramah.
Melihat Selena menunduk, Agatha merasa punggung orang ini sangat mirip dengan
seseorang.
Agatha pun tercekat dan berkata, “Angkat kepalamu.”
Selena terpaksa mendongak dan bertatap muka dengan Agatha, sementara Agatha langsung menarik
napas dalam–dalam, dia begitu geram.
Sudah susah payah mengusirnya dari Kediaman Irwin, tapi dia malah bergabung dengan Grup Irwin!
Apa jangan–jangan keduanya berkencan dengan kedok pekerjaan?
Memikirkannya membuat Agatha hampir gila.
Selena, si jalang ini, masih saja menghantuinya.
27
“Bu Agatha.” Karena tidak ingin orang lain mengetahui hubungannya dengan Agatha, Selena
berinisiatif untuk menyapanya.
Menyadari ekspresi Agatha yang rumit, Lala bertanya dengan pelan, “Bu Agatha
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
kenal Selena?”
Agatha yang baru tersadar, hampir menjawabnya tanpa pikir panjang, “Nggak kenal.”
“Semuanya silakan ambil permen pernikahan dan kue buatan Bu Agatha.”
“Wah, Bu Agatha benar–benar perhatian, makanannya terlihat enak.”
“Permen pernikahan dan suvenirnya juga sangat mewah. Semoga Tuan Harvey dan
Bu Agatha bahagia selalu.”
Ucapan selamat dari semua orang datang bergantian, Agatha mengeluarkan suvenir
dari keranjang dan memberikannya kepada Selena.
“Selena, ya? Ini untukmu. Semoga aku dan Harvey juga bisa mendapatkan restumu.”
Melihat inisial nama kedua orang di suvenirnya, Selena merasa tidak nyaman.
“Tentu saja, Tuan Harvey dan Bu Agatha pasti hidup bahagia sampai maut
memisahkan.”
Agatha meraih tangannya, “Terima kasih atas restumu. Oh iya, nanti kalau kalian
semua punya waktu, datanglah ke pesta pertunangan kami,” ucapnya.
“Yang benar, Bu?”
“Tentu saja, orangnya semakin banyak ‘kan semakin ramai. Harvey paling suka
keramaian. Pesta pertunangan ini besar sekali.”
“Betapa bahagianya menjadi Bu Agatha … Tuan Harvey sangat mencintaimu.”
Suara–suara di sekelilingnya seolah seperti pisau yang menusuk jantung Selena berulang kali.