We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 694
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 694

Pria yang mengajak bicara itu sesuai dengan Marvin yang dideskripsikan oleh Rubah Hitam. Harvey mengangkat

alisnya. Temperamennya yang dulu sudah tidak terlihat karena berewok di wajahnya.

Dia mengayunkan chip di dekatnya dengan tangannya sambil berkata dengan arogan, “Ayo.”

Meskipun Marvin terlihat biasa-biasa saja, tetapi matanya berputar-putar seperti tikus.

Setelah mendengar jawaban Harvey, sudut bibirnya otomatis melengkung sedikit dan ada kilauan di matanya.

Seakan-akan dia mengatakan seekor ikan sudah memakan umpannya.

Marvin melirik ke arah chip di depan Harvey dan berkata, “Tapi Pak, chip ini mungkin nggak cukup.”

Chandra langsung berteriak, “Tuanku punya banyak uang. Antar aku ke tempat penukaran.”

Mendengar itu, Marvin merasa hari ini dia mendapatkan ikan besar lagi, sungguh beruntung.

Sambil berbicara, dia mengantar Chandra untuk menukar chip senilai 60 miliar. Kemudian mereka pergi ke lantai

bawah. Semakin ke bawah, semakin sedikit orangnya dan taruhannya semakin besar.

Chandra mengingatkan, “Nggak ada kamera pengawas, ‘kan? Berjudi kecil nggak masalah, tapi kalau berjudi

besar dan sampai ketahuan oleh kakeknya, bisa-bisa Tuanku dipukul sampai kakinya patah.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Marvin melihat penampilan Harvey yang mengenakan perhiasan emas dan perak langsung tahu bahwa dia

adalah anak orang kaya. Dia merasa orang seperti inilah yang paling mudah didapatkan uangnya.

Marvin langsung berkata, “Aku mengerti, lantai bawah nggak ada kamera pengawas. Bapak pasti akan

bisa main sampai puas.”

Setelah mengatakan itu dia memanggil dua wanita yang sangat seksi dan montok untuk datang.

“Lily dan Mina paling populer di sini, Apa Bapak perlu mereka temani?” tanya Marvin.

Kedua wanita itu mendekat, Harvey berkata dengan tidak senang, “Pergi, aku nggak tertarik.”

Kedua wanita itu pun pergi dengan tidak senang. Harvey mendengkus dan berkata, “Aku datang untuk menang

uang bukan bermain dengan wanita.”

“Mengerti, silakan ke sini,” ujar Marvin sambil tersenyum dan mempersilakan Harvey masuk.

Pintu lift terbuka, penjagaan di dalamnya sangat ketat Marvin mengingatkan, “Tolong berhenti sebentar, sesuai

dengan aturan hanya tamu yang boleh masuk ke dalam.”

+15 BONDS

Alex masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat Harvey memberinya tatapan untuk tidak berbicara. dia

pun menggerutu dengan tidak senang, “Merepotkan.”

“Maat, tapi ini adalah aturan di sini.”

Marvin menggantikan dia mengangkat kotak chip itu. Harvey memainkan cincin di tangannya dengan acuh tak

acuh dan berkata, “Ini benaran nggak ada kamera pengawas, kan? Aku nggak ingin ada klip

video apa pun dilihat oleh kakekku.” e

“Bapak tenang saja. Boleh tahu marga Bapak?”

“Hitario.”

Marga Hilatidak terlalu umum. Dari caramu berbicara sepertinya bukan orang lokal sini.

“Kenapa? Mau menyelidikiku?“”

“Bukan seperti itu, saya hanya merasa nggak familier dengan Anda,” ujar Marvin sambil tertawa dan lanjut

bertanya, “Sebelumnya sering main di mana?”

Dibandingkan Rubah Hitam, Marvin sangat licik. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti sedang

mengorek informasi.

Dia membawa Harvey ke lantai minus tiga. Orang yang benar-benar kaya akan diantar ke lantai yang lebih

bawah, Terlihat jelas dia ingin menguji kekayaan Harvey dan sekalian mengorek informasi pribadi

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Harvey.

Sayangnya, Harvey sebenarnya tidak datang untuk bermain, tetapi untuk mencarinya.

“Di mana toilet?”

“Sini.”

Setelah mengkonfirmasi bahwa tidak ada kamera pengawas, Harvey pun menghubungi Chandra.

“Sialan, kenapa nggak ada tisu di sini.”

“Tunggu sebentar, Pak,” seru Marvin dengan senang. Saat dia memberikan tisu, tangannya tiba-tiba

ditangkap oleh seseorang.

Reaksinya sangat cepat, dia segera meronta untuk melarikan diri. Namun Harvey datang dengan persiapan yang

matang, ditambah dengan tenaganya yang besar, dalam sekejap dia berhasil membuat Marvin tidak bisa

bergerak.

+15 BONUS

Ketika Marvin ingin berteriak minta tolong, Harvey segera membalikkan kedua tangan Marvin ke belakang

punggung, lalu menempelkan senjata di dahi Marvin dan berkata dengan suara kecil, “Jangan bergerak, tetaplah

tenang.”