We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 723
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 723

Naufan langsung berdiri menengahi Harvey dan William sambil berkata dengan tegas. “Cukup! Kenapa kalian

harus saling menyakiti? Sudahlah, dia akan melepaskan semua hak warisannya! Aku akan

membawanya pergi, jadi dia nggak akan muncul lagi di hadapanmu!”

Sudah seperti ini saja Naufan tetapi berbicara dengan nada tinggi, pria itu sama sekali tidak merasa

salah.

Jika semua ini terjadi saat Harvey masih kecil, dia pasti akan merasa sangat sedih. Akan tetapi, sekarang dia

malah menatap Naufan dengan mata yang menyalang marah. Harvey tersenyum dengan kesan menyindir, lalu

menyahut dengan nada sinis, “Kenapa juga dia harus melepaskan apa yang sedari awal adalah milikku? Naufan,

kalau aku jadi kamu, aku akan langsung pergi dan nggak ikut campur.”

“Kamu panggil aku apa barusan?”

Dulu Harvey selalu memanggilnya Tuan Naufan, tetapi sekarang langsung nama? Akan tetapi, Harvey

tidak mau meladeni Naufan.

Dia pun menatap William dengan dingin sambil berkata, “Oh, kamu nggak mau jawab? Tenang, aku punya

banyak cara untuk membuatmu bicara.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Setelah itu, Harvey menarik lengan William dan menyeretnya di sepanjang lantai. Tubuh William menjadi makin

berlumuran darah, membuat siapa pun yang melihat situasi ini pasti akan merasa ketakutan.

William memang memiliki hidup yang lebih enak dan nyaman daripada Harvey. Sejak kecil, William selalu

dilindungi oleh kedua orangtuanya. Jadi, mana mungkin dia pernah disiksa seperti ini?

William benar-benar merasa ketakutan. Harvey yang dulu dan sekarang berbeda sekali.

“Ayah, tolong aku!” pinta William.

Jika di depan mereka saja Harvey berani menyiksa William seperti ini, entah penyiksaan macam apa yang akan

Harvey berikan kepada William di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain.

Karena situasinya sudah lepas kendali, Naufan pun mengeluarkan ponselnya.

Dia sudah tidak begitu peduli lagi sekarang. Baginya, yang terpenting adalah menyelamatkan William

dari Harvey.

“Lepaskan dia atau aku akan lapor polisi!”

Harvey pun berhenti sejenak, lalu menoleh menatap Naufan sambil bertanya, “Mau lapor polisi?

Memangnya kamu pikir karhu bisa?”

Setelah itu, Harvey mengedikkan dagunya. Alex segera melangkah maju dan merebut ponsel Naufan,

“Harvey! Mau ngapain kamu, hah! Dasar gila!”

Harvey menatap mereka semua dengan sorot dingin yang menusuk seolah-olah dia adalah iblis yang berwujud

manusia. “Naufan, aku sudah memberimu kesempatan untuk pergi, tapi kamu juga yang mengabaikannya.

Karena kalian bersikeras bersikap sebagai tamu, tentu saja aku sebagai tuan rumah harus menjamu kalian baik-

baik. Pelayan Wandi, antarkan dua orang ini ke tempat tinggal ibuku dulu.”

Naufan pun menatap Pelayan Wandi dengan tegas. “Wandi, kamu nggak usah menuruti omongan orang

gila itu.”

“Maaf, Tuan Muda Naufan, saat ini Tuan Muda tidak memiliki wewenang untuk memerintah saya. Sebagai

pemimpin keluarga, Tuan Muda Kecil-lah yang berhak,” tolak Pelayan Wandi dengan dingin.

Setelah itu, para pengawal pun menyeret Naufan dan Jesika menjauh. Jesika sontak meronta dengan sekuat

tenaga sampai-sampai sepatunya lepas.

“Anakku! Anakku! Harvey, lepaskan dia!”

“Aku yang salah! Ini semua salahku! Kamu hukum saja aku! Jangan apa-apakan anakku!”

Harvey menatap William yang terkapar sekarat di atas lantai, lalu berkata dengan suara pelan, “Sudah

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

terlambat.”

Naufan dan Jesika purf diseret ke sebuah rumah kecil. Rumah itu adalah tempat yang disiapkan secara

khusus untuk Ellia.

Waktu itu, Ellia sedang mengalami gangguan kejiwaan. Saking parahnya, dia bisa membahayakan dirinya sendiri

dan juga orang lain. Untuk mencegah sesuatu terjadi, Ellia pun ditempatkan di dalam rumah ini. Teralis besi

menutupi setiap pintu dan jendela rumah.

Setelah mendorong Naufan dan Jesika masuk ke dalam rumah, Pelayan Wandi langsung mengunci pintu rumah

yang terbuat dari besi itu. Naufan dan Jesika pun berseru-seru sambil menggedor-gedor

pintu.

“Wandi, ini sama saja kamu mengurung orang! Kalau polisi sampai tahu...

“Apa Tuan Muda Naufan pikir Tuan Muda bisa lapor polisi?” sela Pelayan Wandi dengan dingin.

“Apa maksudmu?” tanya Naufan dengan kaget.

+15 BONUS

*Sebenarnya, sudah sejak dulu aku ingin melakukan ini. Aku ingin sekali membuat Tuan Muda merasakan apa

yang Nyonya dan Tuan Besar rasakan selama sekian tahun. Ini semua adalah karma dari perbuatan kalian,”

jawab Pelayan Wandi tanpa rasa hormat.