We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 726
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 726

kamar rawat.

Harvey tidak berani mendekati Selena, dia hanya melihat dari luar kamar

“Chandra, cepat lakukan tes DNA antara Sell dan Harvest. Seli pasti akan percaya padaku setelah lihat

hasilnya.”

Chandra terlihat ragu, kemudian mengingatkan, “Tuan Harvey, apa boleh dengar penjelasanku dulu?”

Harvey menoleh, lalu Chandra berkata, “Tuan Harvey, masalah terbesar antara Tuan dan Nyonya bukan tentang

fakta. Kita semua tahu Tuan memang nggak berhubungan badan dengan Nona Agatha, tapi nyatanya Tuan

sudah menipu dan melukal Nyonya. Sekarang Tuan berusaha menjelaskan, apa Nyonya

akan percaya?”

Harvey teringat betapa besar kemarahan Selena tadi, dia pun menjawab, “Ya, dia nggak akan percaya.”

“Benar. Bahkan meski Tuan memberi hasil DNA yang sebenarnya, Nyonya hanya akan merasa itu adalah hasil

yang direkayasa karena Tuan bisa saja mengubah fakta dengan kekuasaanmu. Maaf kalau aku lancang, tapi

kondisi Nyonya sangat buruk. Lebih baik Tuan nggak melakukan apapun yang bisa

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

memicu amarahnya lagi.”

Chandra memang berkata apa adanya. Keberadaan Harvey adalah sebuah tekanan bagi Selena.

Di waktu bersamaan, dokter yang merawat Selena yaitu ketua dokter spesialis tumor pun keluar kamar. Dia

tidak peduli siapa Harvey dan langsung menegurnya, “Kamu ini gimana sih? Kamu sengaja ya biar dia cepat

mati? Kenapa terus-terusan melukainya? Sudah susah payah kami membuat kondisinyal stabil, gara-gara kamu

dia kumat lagi!”

“Dokter, bagaimana kondisi istriku?”

“Bagaimana apanya? Ya jelas lah, kalau terus begini paling-paling hidupnya tinggal seminggu-dua minggu aja.

Kalau kamu mau dia mati lebih cepat, buat saja dia marah setiap hari!”

Dokter Afraska sama sekali tidak pandang bulu. Dia adalah paman dari pacar Lewis, tentu sedikit

banyak dia tahu tentang Lewis.

Dengan kekuasaannya, Harvey sudah mengusir Lewis tetapi dia sendiri malah tidak merawat istrinya.

dengan baik dan menyebabkan Selena menjadi seperti ini.

Dokter Afraska yang pada dasarnya sudah tidak suka dengan Harvey pun saat ini semakin kesal. jadi,

ucapannya pun sangat kasar.

+16 BONUS

Ini pertama kalinya Harvey dimarahi orang lain dan tidak merasa tersinggung. Chandra pun memecah

keheningan yang canggung dengan berkata, “Dokter, apa yang harus kami lakukan supaya kondisi

Nyonya membaik?”

“Sudah nggak ada lagi pengobatan yang bisa membantu. Dalam kondisi seperti ini apanya yang harus

diobati? Kamu malah akan membebani tubuhnya. Sekarang kita hanya bisa merawatnya supaya

kondisinya tetap stabil.”

Lewis berdeham, “Dokter Afraska, mereka ini hanya mengkhawatirkan Selena.”

Dokter Atraska akhirnya mengubah perkataannya, “Tumor di otaknya saat ini masih stadium satu, jadi

masih bisa kita kontrol dengan obat. Masalahnya adalah tumor di perutnya yang sudah sangat besar.

Tersentuh sedikit saja bisa menyebabkan pendarahan. Jadi yang bisa kita lakukan sekarang hanya

mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit.”

Harvey pun menjawab dengan berat hati, “Kalau dengan kemoterapi?”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Kemoterapi?” Dokter Afraska kemball menatap Harvey dengan tajam. “Memang dengan kondisi

tubuhnya sekarang, dia akan tahan dengan efek samping kemoterapi?”

“Kamu mau aku melihatny

melihatnya mati di depan mataku? Aku nggak sanggup. Kamu saja yang atur jadwal

kemoterapi untuknya.”

Harvey tidak yakin bisa menemukan Isaac hanya dalam waktu dua minggu. Dia harus memperpanjang

waktu hidup Selena supaya dia punya waktu lebih banyak.

Lewis menatap Harvey dengan marah dan berkata, “Tuan Harvey, Selena itu sudah sangat menderita.

Kamu mau apa lagi!”

Harvey menjawab dengan serius, “Dokter Lewis, aku tahu kamu juga hanya ingin yang terbaik untuk Seli. Sama,

aku juga. Aku ingin sekali melihat Seli bisa kembali hidup normal.”

“Kamu nggak bisa ya membiarkannya pergi dengan tenang di detik terakhir hidupnya?”

Harvey tersenyum getir, “Maaf, aku nggak bisa. Tolong minta para dokter untuk mengatur jadwal

kemoterapi.”