We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 766
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 766 “Hentikan!” teriak Ellia dengan keras.

Satu kesalahan menyebabkan kesalahan lainnya. Obsesi cintanya di masa lalu pada akhirnya membuat keluarganya menjadi seperti ini.

Kakak tidak seperti kakak dan adik tidak seperti adik.

Harvey menepati apa yang dia katakan. Dia benar-benar mematahkan kedua tangan dan kaki Lanny, membuatnya menjadi cacat total.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Ellia tetap berada di samping Lanny seolah untuk menggantikan kehilangan kasih sayang ibu.

Dia memandikan, menyisir rambut, dan menyuapi Lanny dengan sabar setiap hari.

Lanny mendapatkan semua kasih sayang ibu yang dia rindukan saat dia masih kecil. Sebenarnya, Lanny tidak berharap tinggi pada masa depannya.

Baginya, tidak ada perbedaan antara hidup dan mati.

Selama dia hidup, selain kehangatan yang tak terduga dari Sean, dia sudah terbiasa dengan kekejaman dan keburukan manusia.

Tentu saja dia merasa tidak nyaman karena tiba-tiba diperlakukan seperti ini oleh Ellia.

Dulu, dia membenci ibunya dan menyayangi kakaknya yang lembut.

Saat ini, situasinya benar-benar berbeda. Harvey sangat membencinya, sementara Ellia justru menjadi sangat lembut. Mereka makan dan tinggal bersama setiap hari, bahkan Ellia juga memandikannya.

Pada awalnya, Lanny tidak berbicara seperti boneka kayu yang tidak tahu apa itu rasa sakit dan tidak a tertawa.

Hingga tiga hari kemudian, dia berbicara duluan kepada Ellia, “Kenapa?” Ellia terkejut dengan pertanyaan Lanny yang tiba-tiba bertanya, tetapi dia langsung merasa senang.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Lanny, kamu sedang bicara dengan Ibu?” Ekspresi senang di wajahnya membuat Lanny makin tidak mengerti. “Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Bukannya kamu sangat membenciku?” “Aku...

Ellia melihat mata anaknya yang penuh rasa ingin tahu. Ini membuatnya makin merasa iba.

Mana ada anak di dunia ini yang bertanya kenapa Ibunya bersikap baik kepadanya? Padahal dia tidak berteriak saat tangan dan kakinya dipatahkan.

Hanya ada satu jawaban, yaitu anak ini pernah mengalami luka yang lebih dalam, sehingga sejak itu, sakit yang dia rasakan tidak seberapa dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Oleh karena itu, dia tidak menangis atau merengek. Setelah melihat laut yang sebenarnya, slapa yang akan merasa kalau aliran sungai kecil itu mengesankan? Ellia terisak sambil memeluknya, lalu berkata sambil terisak, “Karena Ibu mencintaimu.” “Cinta?” Lanny masih merasa tidak percaya. Ellia menjelaskan dengan lembut, “Maaf, ini semua salah Ibu. Seharusnya Ibu nggak memindahkan kebencian Ibu terhadap ayah kalian kepada kalian. Saat itu Ibu nggak sadar.” Dia juga tidak tahu kalau dia diracuni sehingga menyebabkan kekacauan pada sistem sarafnya dan tindakannya menjadi makin ekstrem. Namun, setelah dia mengetahui alasannya, semuanya sudah terlambat.

Buah pahit yang dihasilkan harus dinikmati sendiri. Ini juga menyebabkan anak-anaknya mengalami gangguan psikologis.

“Ibu telah diracuni oleh seseorang yang menyebabkan saraf otak Ibu terparalistis dan menderita penyakit mental yang parah. Waktu kambuh, Ibu nggak cuma melukai diri sendiri, tapi juga akan melukai kalian. Penyakit Ibu sudah sembuh setelah istirahat selama bertahun-tahun, tapi Ibu kehilangan kalian selamanya. Ibu nggak berharap bisa mendapatkan pengampunanmu. Ibu cuma ingin merawatmu dengan baik di sisa hidup Ibu dan mengganti kerugian yang pernah Ibu berikan padamu.” Air mata Ellia jatuh ke leher Lanny. “Sayang, maafkan Ibu, Ibu sudah membuatmu menderita.” “Kamu ...” Pupil Lanny bergetar hebat dan dia bertanya dengan suara yang gemetar, “Apa kamu benar- benar mencintaiku?” Lanny hanya mencari kata cinta selama hidupnya.

“Bodoh, kamu itu darah dan daging Ibu, mana mungkin Ibu nggak mencintaimu?” Air mata Lanny jatuh dengan deras. “Aku sudah menunggu hari ini selama bertahun-tahun, Bu.”