- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 769 Lewis merasa lega setelah melihat keadaan Selena sekarang. “Tadinya aku berpikir kalau kamu akan merasa kasihan padanya, takut kamu menyesali keputusanmu sendiri. Tapi setelah melihatmu benar- benar melepaskannya, aku juga merasa lega.” “Dokter Lewis, Selena yang dulu sudah mati di laut itu. Jalan ini adalah pilihanku dan aku nggak akan menyesal.” Lewis tiba-tiba teringat saat dia bertanya apa Selena menyesal menikah dengan Harvey. Selena juga menjawab dengan tenang dan bijaksana seperti sekarang.
Dia tidak menyesal.
Hanya saja Selena yang sekarang punya pandangan yang tegas seperti burung foniks yang terlahir kembali dari abu dengan membawa semangat yang tak tergoyahkan.
“Aku nggak akan pernah menyerah pada hiduku sebelum menyelesaikan apa yang harus aku lakukan.” Selena berjuang mati-matian tidak hanya untuk melarikan diri dari Harvey, tetapi juga karena masih punya banyak hal yang belum selesai.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMencari tahu siapa yang terus mengendalikan orang lain untuk membunuhnya di belakang layar dan menemukan satu orang lagi.
Setelah ingatannya pulth, Selena baru ingat kalau dia bertemu dengan George di pusat perbelanjaan saat kehilangan ingatan.
George memeluk sepasang bayi kembar di pangkuannya. Pada saat itu, Selena merasa akrab dengan kedua anak itu.
Hal yang terpenting adalah Selena memeluk salah satu dari kedua anak itu dan beratnya sekitar tiga sampai empat kilogram. Itu hampir sama dengan berat bayi yang baru lahir.
Namun, George menggendongnya dengan tegak. Bayi hanya bisa digendong secara mendatar karena lehernya belum berkembang dengan baik sebelum usia tiga bulan.
Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan, kedua anak itu adalah bayi prematur sehingga mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak seumuran mereka.
Saat Selena hamil, George menembaknya sebagai peringatan kepadanya. George satu komplotan dengan orang-orang itu, tetapi George ingin melindunginya.
Jika menghitung harinya, kemungkinan besar bayi yang George adalah sepasang bayl kembar yang Selena lahirkan sendiri.
Sayangnya, saat itu Selena melupakan semuanya, tidak datang tepat waktu, dan melewatkan kesempatan yang baik.
Saat memikirkan anaknya yang masih hidup, keinginan Selena untuk bertahan hidup menjadi makin kuat.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmLewis mengobrol dengannya sebentar lalu bertanya, “Selena, apa rencanamu selanjutnya?” “Kak Lewis, aku ingin bekerja sama dalam pengobatan dan melakukan kemoterapi kedua.” “Tapi situasimu sekarang...” Selena menjelaskan dengan jujur, “Setelah aku menjalani kemoterapi dua tahun yang lalu, hasilnya sangat baik.
Setelah itu, aku terus mengonsumsi obat anti kanker dan perutku sudah lama nggak sakit lagi. Tapi setelah itu, Harvey menyuntikkan obat amnesia untuk memperbaiki hubungan kami dan penyakitku tiba-tiba memburuk dalam waktu singkat. Bahkan kemoterapi nggak berguna lagi. Setelah itu, Harvey mengembalikan ingatanku, jadi aku curiga kalau obat yang membuatku amnesia menyebabkan penyakitku memburuk dengan cepat.
Sekarang efek obatnya sudah hilang dan tubuhku mulai membaik perlahan-lahan. Jadi kemoterapi adalah satu- satunya cara untuk saat ini.” “Meski tubuhmu sudah agak membaik, efek samping dari kemoterapi kedua akan lebih parah daripada sebelumnya.” “Aku nggak takut mati, apalagi takut hidup. Dokter Lewis, aku serahkan penyakitku padamu.” “Baik, asalkan kamu punya keyakinan.” Selena hanya punya satu pikiran sekarang. Dia harus bertahan hidup dengan cara apa pun! Dia sudah melewati 21 hari. Lewis mempersiapkan obat dan memulainya malam itu juga.
*Selena, kalau ada yang nggak nyaman, beri tahu aku.” “Ya, ayo kita mulai.” Sekarang, dia tidak peduli dengan tubuhnya, asalkan bisa hidup.
Selena tidak tahu kalau ada seseorang berdiri di atas gunung di seberang vila.
Harvey berdiri dengan tangan di belakang punggungnya. Angin gunung menerpa rambutnya dan cahaya bulan menerangi wajahnya sehingga membuat ekspresinya terlihat makin dingin.
“Nyonya sudah pasti ada di sini.”