- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Asta menatap dalam pada wajah Samara, dan bibirnya yang tipis terangkat : “Nona
Samara, tingkat kewaspadaan Anda memang tidak biasa. Tapi, hal apa yang kamu
bayangkan akan kulakukan padamu?” Samara yang ditatap oleh sepasang mata itu
merasa tidak nyaman. Tatapan pria itu menjelajahi wajah kecilnya, seolah-olah dia bisa
melihat ke dalam jiwanya. Samara tidak hanya terpikir soal rumor Asta yang ada diluar,
yang mengatakan bahwa dia adalah sosok yang superior dan kuat, serta sulit dibodohi.
Yang Asta sukai, tidak pernah tidak didapatkan olehnya. Dia juga tidak sepenuhnya
mengabaikan Asta sebelumnya, hanya saja dia tidak ingin terlibat dengan pria berbahaya
seperti itu. “Tuan Muda, makan malam sudah siap.” Pak Michael datang untuk
melaporkan. Bibir Asta sedikit terangkat : “Nona Samara, mari makan bersama, silahkan
cicipi keahlian memasak koki saya.” Samara juga tidak ragu-ragu, dan ikut bersama Asta
menuju meja makan. Hidangan lezat sudah memenuhi meja makan, Samara duduk dan
mulai makan, dia langsung tercengang dengan keahlian memasak koki Keluarga Costan
pada suapan pertama, tapi dia bisa menahan dirinya, dan akhirnya bisa makan bersama
dengan Asta dengan lega. Dan saat mereka hampir selesai makan, ponsel Asta tiba-tiba
berdering. “Maaf, saya tinggal sebentar ya.” “Silahkan.” Setelah Asta pergi, Samara
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtakhirnya merasa lebih lega. Dia menghabiskan sepiring nasi hanya dalam beberapa suap,
dan Asta pun tidak terlihat mempersulitnya. Lantas apakah dia sendiri yang berpikiran
jahat dan menganggap Asta adalah orang jahat? Samara yang hendak membersihkan sisa
makanan di piringnya, tiba-tiba merasakan kelembutan yang dingin di pahanya. Apa ini?
Samara melihat ke bawah dan melihat seekor ular seputih salju melilit betisnya,
merangkak naik sedikit demi sedikit. Mata ularnya seperti batu amber yang jernih, dan dia
tidak berhenti menjulurkan lidahnya… Dia berbeda dengan Samantha yang sejak kecil
tumbuh besar di kota, sebelum dia berumur 19 tahun, dia tinggal di perdesaan, dan dia
sudah sering menjumpai ular di sawah maupun anak sungai, bukan hanya tidak takut ular,
saat itu dia dan teman-temannya bahkan sering menangkap ular. Dan setelah dia pindah
ke kota, Samara sudah jarang menemukan ular. Samara meletakkan sumpitnya dan
menangkap ular kecil yang melilit betisnya, lalu perlahan-lahan mengusap kepala ular itu :
“Halo, kamu cantik sekali, apa jangan-jangan kamu jelmaan siluman ular putith?” Kalau
ular ini tidak ada pemiliknya, Samara berencana membawanya pulang untuk dijadikan
hewan peliharaannya Javier. “Kamu tidak takut pada Snowy?” suara seorang anak kecil
terdengar. “Sno..snowy?” Tatapan Samara beralih dari Snowy menuju ke anak laki-laki
yang ada didepan pintu ruang makan. Anak laki-laki itu sangat menawan, matanya yang
hitam dan besar menatap padanya, aura menawannya bahkan tidak kalah dari putranya,
Xavier dan Javier. Bahkan jika dilihat lebih dekat, dia memiliki alis yang mirip dengan
Xavier dan Javier, mungkin karena kemiripan itu, Samara tidak bisa menahan dirinya
untuk tidak tersenyum. Samara membawa ular itu dan menghampiri Oliver, lalu
berjongkok dihadapannya. “Apakah ular kecil ini milikmu? Lucu sekali!” Samara
tersenyum, sambil menatap mata anak itu : “Namanya Snowy ya?” Anak itu cemberut lalu
mendengus : “Kamu jelek, tapi lumayan berani, kamu jauh lebih baik dibandingkan bibi
yang berteriak histeris saat melihat Snowy.” “Huh, kembalikan dia padaku.” Samara
meletakkan ular putih itu pada tangan kecil Oliver. Oliver kembali mendengus, tapi dia
tidak bisa berhenti menatap wajahnya : “Tadi saya mengatakan kamu jelek, kenapa kamu
tidak marah?” Samara memang memakai topeng wajah itu untuk terlihat jelek, jadi tentu
saja dia tidak keberatan dengan apa yang dikatakan anak itu. “Kan memang jelek, kenapa
harus marah?” Tangan kecil Samara mengusap-usap kepala Oliver : “Lagipula, kalau sudah
jelek lalu marah, bukannya akan menjadi lebih jelek lagi?” Oliver yang sudah berusia 5
tahun tidak pernah diusap kepalanya oleh orang lain selain kakeknya. Ayahnya juga tidak
pernah menyentuhnya, dan orang lain tidak memiliki keberanian itu, bahkan wanita yang
melahirkannya pun, akan takut dengan kata-katanya dan tidak berani dekat-dekat
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdengannya. Oliver yang kepalanya diusap oleh bibi ini merasakan kehangatan yang tak
terlukiskan di hatinya. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya….
“Kamu…Kamu….” anak kecil itu mengepalkan tinjunya. “Hm? Ada apa?” Samara
menghentikan gerakannya dan mendongak untuk melihat Oliver. “Hei wanita, kamu sudah
mengusap kepalaku, kamu harus bertanggung jawab padaku.” Tatapan Oliver terpaku dan
berkata : “Jadilah wanitaku ya, saya bersumpah akan melakukan yang terbaik untuk
melindungimu, dan tidak akan ada orang yang bisa menganggumu!” “Pftt—-” Samara
tidak bisa menahan tawanya dan menggelengkan kepalanya. Usia bocah ini tidak jauh
dari anaknya Xavier dan Javier, lalu sekarang dia malah mengutarakan perasaannya? Yang
paling penting adalah penampilannya yang menggemaskan dan imut, tetapi
perkataannya malah mengundang gelak tawa orang yang mendengarnya. “Apa yang
kamu tertawakan?” Wajah tembem Oliver menjadi serius : “Tidak banyak wanita yang
pantas untukku, kamu yang pertama. Karena saya dan Snowy tidak membencimu, maka
hari ini kamu menetaplah di sisiku…” Samara bertanya-tanya apakah ayah anak itu akan
mengalami pendarahan otak jika dia mendengarnya perkataan putranya itu. Dan saat dia
sedang memikirkan hal itu, sesosok tinggi dan ramping berjalan masuk dari arah ruang
tamu. Mata pria itu setajam pedang, dan suaranya dingin : “Oliver.”