- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Setelah Asta selesai membicarakan masalahnya dengan Samara, dia berpesan kepada
Michael untuk menghubungi supir dan mengantar Samara pulang ke rumah. Asta melirik
secarik kertas berisikan sederetan nomor telepon yang dipegangnya. Dia…memang diluar
dugaannya, tidak hanya Olivia yang menyukainya, bahkan Oliver juga sama! Dua bocah
dirumahnya itu, hanya sedikit takut dan menuruti perkataannya, bahkan paman, kerabat,
Pak Michael serta pengurus rumah lainnya juga tidak akan bisa menangani mereka
berdua. Tidak hanya dua bocah itu yang tidak membencinya, dia sendiri juga merasakan
hal yang sama. Saat memikirkan kembali adegan panas yang terjadi didalam mobil tadi,
Asta merasakan kalau ‘adik’ kecilnya yang ganas kembali terbangun. Sialan! Sejak kapan
dia kehilangan kendali dirinya terhadap seorang wanita? “Tok tok—” suara pintu yang
diketuk terdengar. “Masuk.” Asta memiliki daya ingat yang bagus, dia sudah menghafal
nomor telepon yang dituliskan wanita itu sejak tadi. Tapi dia tidak membuang kertas itu
kedalam tong sampah malah memasukkannya kedalam laci. Alfa melangkah masuk tanpa
segan-segan, dan langsung mendudukkan dirinya ke sofa, dan bersila. “Kak, saya perlu
membahas tentang lahan di Kota Fana denganmu.” Wajah Alfa terlihat sedang meminta
pujian dari kakaknya. Asta menatapnya dengan dingin : “Saat kamu sedang bersama
dengan Oliver, apa kamu pernah mengajarinya cara menggoda wanita?” Bibir Alfa
berkedut, dia panik : “Astaga! Tuan kecil adalah calon penerus Keluarga Costan, meskipun
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsaya bernyali besar saya juga tidak berani mengajarinya hal itu!” “Jangan main mata
dengan wanita saat kamu sedang bersama dengan Oliver dan Olivia.” Alfa kebingungan :
“Hah?” “Meskipun kamu tidak mengajarinya, mereka bisa menirumu.” Tatapan mata Asta
dingin : “Lain kali jangan sampai saya menemukan Oliver mempelajari hal yang tidak-
tidak darimu.” “Tidak-tidak? Keponakanku?” Alfa dan Asta saling berpandangan, lalu dia
bertanya dengan penasaran : “Karakter Tuan kecil itu sangat mirip denganmu…dingin, iya,
dingin, dia tidak pernah mendengar perkataan siapapun kecuali kamu, siapa yang dia
goda?” “Kamu kenal, Samara.” Alfa terheran : “Dia? Apa yang sebenarnya dia inginkan?
Olivia saja sudah sangat menyukainya, sekarang bahkan Oliver, si jelmaan iblis kecil itu
juga menyukainya?” “Tidak tahu, dan tidak penting, saya hanya peduli apa dia bisa
membantu Olivia untuk sembuh atau tidak.” “Kak, wanita itu terlihat sangat
mencurigakan.” Alfa mengangkat bahunya : “Mungkin saja dia sedang berpura-pura tahan
pada kedua anak itu, dan mencoba memancingmu lagi dan lagi, mungkin saja suatu saat
akan berhasil!” Baru saja suara Alfa tenggelam, dibalik pintu kamar yang tidak ditutup
muncul dua sosok bocah kecil. “Paman, apakah matamu bermasalah?” Oliver
mengernyitkan keningnya, wajah tembemnya terlihat tidak senang pada Alfa. “Mata…
mataku…..” “Dari segi mana dia jelek?” Oliver melirik adiknya seolah meminta bukti :
“Kalau tidak percaya, tanyakan pada Olivia.” Olivia sedang menggendong boneka panda
di tangannya, wajahnya yang bulat dan menggemaskan juga terlihat sangat serius, dan
menganggukkan kepalanya sekuat tenaga. Alfa pernah bertemu dengan Samara,
wajahnya penuh dengan bintik-bintik, selain sepasang matanya coklatnya, dia terlihat
biasa-biasa saja, dari sisi mana dia bisa dikatakan cantik? Namun melihat mata kedua
kakak beradik yang berbinar-binar itu, dia menatap kakaknya seolah meminta bantuan.
“Kak, sini sini, coba kamu beri sedikit penjelasan.” Secara tidak sadar, Asta kembali
memikirkan sepasang mata yang lincah itu dan berkata dengan perlahan : “Lumayan
cantik.” Alfa terdiam. Apa katamu?! Sudahlah! Sekelompok orang ini benar-benar egois,
sekarang mereka bahkan menjadi buta!!! … Malam harinya, Samantha yang menginap di
hotel tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menelpon ke kediaman Keluarga Costan.
Sudah lima tahun, Samantha bahkan tidak memiliki nomor ponsel pribadinya Asta,
masalah apapun harus disambungkan dari telepon rumah yang diurus oleh Michael.
“Tut….” Setelah sekian lama, teleponnya akhirnya tersambung. “Halo, Kediaman Keluarga
Costan.” “Pak Michael, ini saya.” Samantha tersenyum : “Apa Asta ada dirumah? Saya
ingin mendiskusikan masalah anak-anak dengannya.” “Nona Samantha, Tuan Muda Asta
dan Tuan Muda Alex sedang membicarakan sesuatu diruang baca, sepertinya dia tidak
akan bisa mengangkat telepon darimu.” Pak Michael melaporkan dengan jujur. “Oh begitu
ya…” Samantha masih tidak bisa menahan perasaan kesepiannya, dan tangan kecilnya
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
mencengkram erat sudut roknya. Demi memperdalam kesannya sebagai seorang ibu yang
penuh kasih, Samantha berpura-pura menanyakan : “Bagaimana kabar Olivia dan Oliver
belakangan ini? Apa mereka patuh? Terakhir kali saya harus pergi karena ada urusan
mendadak, belum sempat menghabiskan waktu dengan mereka, mereka tidak mengeluh
pada Asta kan?” Pak Michael tidak tahu soal apa yang terjadi diantara Samantha dengan
Oliver dan Olivia, dia mengira, karena Samantha tidak tinggal bersama dengan putra
putrinya, jadi sedikit kesulitan untuk akrab, jadi dia menjawab pertanyaan Samantha
dengan tulus. “Tuan Kecil dan Nona Kecil sangat baik, terutama karena hari ini Tuan Muda
Asta membawa pulang seorang tamu, saya sangat jarang melihat Tuan Kecil begitu ramah
kepada orang asing….” “Begitu ramah?” Samantha termasuk bibi kandung mereka, dan
secara status adalah ibu mereka, tapi mereka bahkan tidak pernah menunjukkan raut
wajah senang kepadanya. Saat mereka belum bisa berbicara, mereka mengigitnya.
Sekarang ketika sudah bisa berbicara, mereka mengabaikannya, atau mencari cara untuk
mengagetkannya. “Pak Michael, siapa tamu itu?” Samantha bertanya dengan santai.
“Seorang nona, sepertinya marganya Wijaya.” Samantha mengernyitkan keningnya.
Marganya Wijaya? Kalau begitu, orang itu semarga dengannya? Dan lagi, Oliver juga
sangat akrab dengannya, sangat ramah padanya? Rahasia yang dikubur dilubuk hatinya
yang paling dalam seolah mulai merenggang, dan kegelisahan pun menyelimutinya. “Pak
Michael, apa kamu tahu apa nama lengkap wanita itu?” Pak Michael mencoba untuk
mengingatnya lalu menjawab : “Sepertinya…Sepertinya namanya Sa.. apay a? Oh,
namanya Samara Wijaya!”