- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 29
Samara yang melihat hujan turun dengan deras sedikit tercengang.
Dalam cuaca seperti ini, pasti akan sulit mendapatkan taksi, dan walaupun ada yang
bersedia mengantarnya, menyetir dalam cuaca seperti ini juga sangat berbahaya.
Bagaimana….dia bisa pulang?
Samara berkeliling di ruang tamu dan tidak menemukan sosok Pak Michæl.
“Huh? Dimana Pak Michæl….
Dan saat Samara melangkah mundur lagi, dia tidak sengaja menabrak dada lebar dan
keras.
Kakinya terpeleset dan tubuhnya kehilangan keseimbangan lalu jatuh, dan seketika, lengan
panjang itu meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya kedalam pelukannya dengan erat.
Bau segar dari asap tembakau menembus hidung Samara, dan dia segera mengangkat
kepalanya
Dalam keadaan tidak sadar, dia melihat wajah sempurna pria itu, dan sorot matanya yang
tajam dan begitu dalam.
“Ah…”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Asta mengerucutkan bibirnya, setelah menopang Samara, dia menarik kembali tangannya
yang melingkar di pinggangnya.
“Nona Samara, sepertinya penampilanku tidak terlalu mengagetkan orang kan?”
“Mana mungkin? Penampilan mu tidak mengagetkan kok…” Samara menghindari tatapan
Asta yang membara dan menjawab dengan ringan : “Tapi langkah kakimu seperti setan,
tidak terdengar sedikitpun…”
“Apa kalamu?”
Samara menarik sudut bibirnya dan tersenyum : “Saya bilang…terima kasih Tuan Ista
harena sudah menopangku.”
Samara melirik keluar jendela dan sepertinya hujan belum berencana untuk berhenti
malam ini. dia masih melihat awan hitam yang menyelimuti pertanda badai akan turun
sebentar lagi.
Melihat Asta yang hendak beranjak pergi, Saman bergegas memanggilnya, “Tunggu
sebentar!”
“Ada masalah?” Asta menghentikan langkah kakinya.
“Em….ada! Begini….” Samara menggaruk kepalanya dan berkata dengan kesulitan. “Asta,
apa….apa saya boleh menginap disini malam ini?”
Wajah tenang Asta seketika termenung, matanya yang dalam seketika menunjukkan rasa
bersemangat dan menatap wanita itu dengan gelap.
Saat Samara mengatakannya dia tidak menyadarinya, tapi setelah diucapkan dia merasa
kalau ucapannya terkesan mengundang dengan ambigu, dan segera menjelaskan : “Hujan
diluar terlalu deras, menyetir di cuaca seperti ini terlalu berbahaya, apa saya boleh
meminjam kamar tamu mu? Besok pagi saya akan segera pulang.”
Asta membawa Samara menuju kamar tamu di lantai dua.
Dan saat didepan pintu, ponsel Samara tiba-tiba berdering, dan dilayar tertera panggilan
masuk dari ‘sayangku’.
Saat mengetahui putranya menelpon, Samara juga tidak memperdulikan orang yang ada
disampingnya, dan langsung mengangkat telepon itu.
“Halo, sayangku–”
“Hujapnya terlalu deras, saya tidak bisa pulang hari ini, jadi saya menginap dirumah
seorang teman dan pulang besok pagi ya.”
“Coba periksa apakah jendelanya sudah tertutup rapat, lalu jangan lupa pakai selimut saat
tidur
ya.”
“Sayangku, muah muah–”
Dan saat Samara sedang menunggu ciuman balasan dari Javier, dia mendengar deheman
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpria yang ada disampingnya.
didlu :
Javier yang ada dibalik telepon : “…”
Setelah beberapa detik, Javier akhirnya tersadar dan bertanya dengan semangat : “Ibu,
kamu menginap dirumah seorang paman? Apa kamu sedang mencarikan ayah tiri untukku
dan kakak? Bagaimana tampang ayah tiri? Tampan tidak? Kaya tidak? Apa dia bersikap baik
padamu?”
Samara yang mendengarnya seketika pusing, dan saat talapannya bertemu dengan
tatapan Asta yang seolah ingin memangsanya, dia tidak berdaya
“Jangan bicara sembarangan, saya akan menjelaskannya padamu nanti. Kamu masih
berniat
membalas ciuman ibu atau tidak? Kalau tidak saya tutup ya.”
Mendengar ucapan Samara, Javier hanya bisa membalas ciuman selamat malamnya
melalui
telepon dan menutup teleponnya.
Setelah panggilannya berakhir, Samara berbalik dan menatap Asta yang berdiri
disampingnya seolah tidak terjadi apa-apa.
“Apa maksud dehemanmu tadi?”