- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1840
Setengah bulan kemudian….
Dewi bertemu Brandon di Swedoland, dan menggunakan biaya pengobatannya yang sebesar 120 juta
untuk mengatasi masalah yayasan untuk sementara.
Tapi, beberapa panti asuhan perlu dibangun kembali, beberapa panti asuhan menghadapi berbagai
masalah seperti relokasi, yayasan masih membutuhkan banyak dana.
Dewi harus mengambil kembali kalung itu sesegera mungkin, baru bisa menyelesaikan masalah–
masalah ini sepenuhnya.
Tapi sekarang, tidak mudah untuk mendekati Lorenzo.
Saat dia sedang pusing memikirkannya, Dewi menerima telepon dari Pangeran Willy-
Pangeran Willy mengatakan bahwa cederanya telah stabil, dan dia berencana untuk pergi ke negara
Nusantara dalam waktu dekat, dia ingin menanyakan apakah dia ada di sana.
Dewi langsung berkata “Tidak ada“, Willy mengungkapkan penyesalan dan kekecewaannya. Kemudian
pada saat itu, suara laporan Robin terdengar dari ujung telepon-
“Pangeran, aku baru saja menerima telepon dari Jasper, mereka akan berangkat ke kota Bunaken di
Negara Nusantara malam ini.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Malam ini?” Pangeran Willy menjawab, “Begitu cepat?”
“Katanya ada sesuatu yang penting….”
“Kalau begitu kita berangkat malam ini juga dan bertemu di sana.”
“Baik, aku akan memberi tahu Jasper sekarang.”
Setelah Pangeran Willy selesai berbicara, dia bertanya lagi pada Dewi, “Dewi, kamu di mana? Kalau
tidak, aku akan mencarimu setelah aku selesai mengurusi hal–hal ini?”
“Tidak perlu, aku kebetulan ingin kembali ke Nusantara juga.”
Dewi segera mengubah kata–katanya, karena kesempatannya telah datang, bertemu dengan Pangeran
Willy,
maka dia bisa bertemu Lorenzo ….
“Baguslah!”
“Kamu urus pekerjaanmu dulu, aku akan menghubungimu setelah aku tiba.”
Setelah menutup telepon, Dewi segera bersiap untuk pulang.
Brandon sangat khawatir dengan cederanya dan mengingatkan, “Dewi, meskipun masalah panti asuhan
sangat penting, tapi kamu tetap harus jaga diri. Kamu terluka begitu parah, lebih baik jalani operasi dulu
saja.”
“Ini adalah kesempatan bagus. Sekarang mereka akan pergi ke Nusantara, Willy juga ada, jadi aku bisa
mendekati Lorenzo lagi. Kalau aku melewatkan kesempatan ini, aku tidak tahu kapan baru bisa
mendapatkan kalung itu kembali.”
Dewi sedang mengemasi barang bawaannya.
“Tapi….”
“Jangan bawel.” Dewi memotong kata–katanya, “Pesankan aku tiket penerbangan paling awal ke kota
Bunaken.”
“Baiklah.” Brandon segera pergi mengurusnya, “Kalau begitu, aku akan ikut denganmu. Dua orang bisa
saling menjaga. Selain itu, aku akan mengawasimu, setelah mendapatkan kalung itu kembali, kamu
harus segera melakukan operasi.”
“Bukannya aku tidak mau dioperasi, tapi masalahnya aku tidak tahu harus minta bantuan siapa untuk
melakukan operasi ini.” Dewi memegang kepalanya, “Di benakku, aku selalu merasa ada kandidat yang
cocok, tapi aku tetap tidak bisa mengingat siapa itu?”
“Apa gurumu, Tabib Hansen?”
Brandon mungkin adalah orang yang paling memahami dirinya di dunia ini.
“Guru….” Dewi tercengang, dalam benaknya terlintas sosok yang dikenalnya dan suara ramah itu,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Wiwi, kita harus memiliki dasar yang dalam dan keterampilan medis yang kuat sebelum kita dapat mulai
berlatih kedokteran ….”
“Dewi, Dewi ….”
Brandon memanggilnya beberapa kali barulah Dewi sadar kembali, dia mengerutkan kening dan
berkata, “Aku ingat guruku, tapi aku tidak ingat di mana dia ….”
Sebelum dia selesai berbicara, rasa sakit yang hebat terasa dari bagian belakang kepalanya. Dia
memegangi kepalanya, wajahnya menjadi pucat karena kesakitan—
“Ambil kembali kalungnya dulu dan selesaikan masalah panti asuhan, baru aku bisa menangani
urusanku sendiri dengan tenang.”
“Kamu pernah bilang padaku sebelumnya, kalau Tabib Hansen ada di Kota Tua, bagaimana kalau aku
pergi memintanya untuk turun gunung?” Brandon masih merasa khawatir.
mungkin akan marah…”
“Itu…”
“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan masalah ini, aku punya rencanaku sendiri.” Dewi memotong
perkataannya, “Pergi atur tiket pesawat dulu, kita kembali ke Kota Bunaken secepat mungkin.”
“Baik, aku mengerti.”
Brandon segera pergi untuk mengurusnya.