- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 758
Sebenarnya ini untuk mengingatkan Vivi bahwa kalau Reva yang mengaturnya maka semua konsumsi makanan ini
gratis.
Vivi sangat marah: “Kau meremehkan siapa?”
“Apa kau tahu kami pulang darimana?”
“Biar aku beritahu yah, kami baru saja pulang dari luar negeri!”
“Kami sudah lama tinggal di luar negeri. Memangnya apa yang belum pernah kami lihat?”
“Makan di tempat kalian ini sekarang apa masih perlu digratiskan?”
“Waktu di luar negeri, setiap kali kami makan juga bayarnya dalam pondsterling. Apa artinya biaya di restoran
kalian yang hanya tidak seberapa itu?”
Dengan ramah Alina mengingatkan, “Vivi, sebenarnya bukan itu maksud dia.”
“Bagaimanapun juga kita kan masih satu keluarga jadi kalau bisa menabung yah lebih baik di tabung saja, ini juga
demi kebaikan kalian!”
Vivi tiba–tiba merasa bahwa harga dirinya dilukai lalu dengan marah dia berkata, “Tante kedua, bahkan kau juga
berbicara seperti ini?”
“Apa? Apa kau kira keluarga kami sebegitu miskinnya sehingga tidak mampu membeli makanan?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Ya, memang benar, keluargamu cukup kaya sekarang.”
“Tetapi kau juga tidak bisa meremehkan kami!Dengan cepat Alina berkata, “Vivi, bukan itu. maksudku…”
Anissa mengibaskan tangannya, “Aduhh, sudahlah, jangan bertengkar lagi.”
“Vivi, aku sangat mengerti temperamen tante keduamu. Maksud dia pasti bukan seperti itu. Dia benar–benar tulus
dan memikirkannya demi kita.”
“Namun karena kita sudah berjanji untuk menjamu maka bagaimanapun juga kita harus membayar tagihan
konsumsinya malam ini.”
“Ini hanya masalah makanan saja. Alina, kau jangan terlalu mengkhawatirkan hal ini.”
Alina hanya bisa memilih untuk tetap diam.
Spencer melambaikan tangannya dengan penuh semangat: “Ayo sana, bawakan aku buku menunya!”
Si pelayan menatap Reva.
Reva mengangguk sedikit kemudian si pelayan pergi.
Vivi tampak marah dan merasa tidak puas: “Si pelayan itu terlalu meremehkan orang.”
“Hmm, apa
dia kira karena kita hanya punya kartu Silver lalu mudah ditindas begitu?”
“Kami kan baru saja pulang ke tanah air, oleh karena itu hanya punya kartu Silver.”
“Nanti kalau sudah beberapa waktu, aku juga bisa mendapatkan kartu dengan level tertinggi. Saat itu aku ingin
lihat, masih ada siapa yang berani berbicara seperti itu denganku!”
Hana mencibir: “Adik sepupu, tekadmu cukup kuat!”
“Aku juga berharap kau bisa mendapatkan kartu member dengan level tertinggi. Jangan kecewakan aku yah!”
Vivi dapat mendengar nada sarkasme dalam nyinyiran Hana. Dengan geram dia berkata, “Hmm, kau tunggu dan
lihat saja nanti!”
“Ini kan hanya masalah kartu member level tertinggi saja, apa susahnya?”
“Kalau kami yang pulang dari luar negeri saja tidak bisa mendapatkan kartu member level tertinggi seperti itu lalu
apa gunanya kami tinggal di luar negeri selama bertahun – tahun? Bukankah itu artinya sia sia saja kami yang
sudah tinggal disana dengan begitu lama!”
–
Diam–diam Hana mencibir dan Axel yang berada di sebelahnya juga terdiam.
Bagaimana cara si Vivi ini bisa punya karakter arogan seperti itu?!
–
Sedikit sedikit selalu saja menggunakan embel – embel “pulang dari luar negeri” dan ucapan itu selalu menempel di
setiap kalimatnya. Bangga sekali yah kau tingggal di luar negeri?
Tidak lama kemudian, si pelayan kembali dengan buku menu di tangannya.
Spencer menunjukkan ekspresi arogan, dia mengambil buku menunya dan menyerahkannya kepada Axel: “Kakak
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmipar, kau pesan dulu saja.”
“Pesan apapun yang kau suka, jangan sungkan denganku!”
Axel cemberut: “Aku tidak ingin makan apa–apa.‘”
“Kalian saja yang pesan.”
Setelah beberapa penolakan, akhirnya buku menu kembali ke tangan Spencer.
Sambil tersenyum Spencer berkata, “Karena semua orang meminta aku untuk memesan maka aku pasti tidak
akan mengecewakan kalian semua.”
“Hari ini keluarga kita berkumpul untuk bersenang–senang, jadi tidak perlu mempedulikan biaya konsumsinya!”
“Pelayan, ayo sini, katakan kepadaku, hidangan spesial apa yang kalian punya di sini?”
“Ngomong–ngomong, hidangannya harus yang paling mahal yah!”
Dengan hormat si pelayan berkata, “Tuan, dua halaman pertama dari buku menu adalah hidangan spesial kami,
silahkan dilihat.”
“Kalau ada yang anda butuhkan silahkan langsung katakan saja kepadaku.”
Spencer membuka buku menu dan meliriknya. Kemudian dia menarik nafas dalam – dalam.
Tadinya dia mengira bahwa harga makanan di sini tidak akan terlalu mahal. Apalagi makanan di restoran Sky
Pavilion semalam itu sudah bisa dikatakan sangat istimewa.
Namun ketika dia melihat harga makanan di buku menu restoran ini dia langsung tercengang.
Harga makanan di sini setidaknya dua kali lipat lebih mahal dari harga makanan di Sky Pavilion!