- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 763
“Apa ini benar
–
benar nasi goreng telur?”
“A.. aku belum pernah makan nasi goreng telur yang begitu enak!”
Sambil berbicara Anissa menghabiskan isi mangkuknya dengan cepat.
Spencer mengerutkan keningnya dan berkata dengan enggan: “Apa kau perlu berlebihan seperti itu?”
“Hanya nasi goreng telur saja, kan? Apa perlu sampai seperti itu?”
Sambil berbicara lalu Spencer mencicipinya sesendok
Akibatnya begitu dia menyuapkannya, dia tidak bisa berhenti.
Melihat hal ini, Jay juga ikut mencicipi dan langsung tak berdaya.
“Ini sih terlalu enak!”
“Aku belum pernah makan sesuatu yang begitu lezat!”
Seru Jay sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut.
Semua orang sibuk makan.
Vivi tercengang. Apa benar–benar seenak itu?
Dia merasa heran lalu mengambil mangkuknya yang telah diisikan nasi goreng itu oleh Anissa untuknya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtBegitu mencicipinya, Vivi langsung terpana.
“Ya Tuhan, ini… apa ini benar–benar nasi goreng telur?”
“Mengapa bisa dibuat hingga seenak ini?”
Sambil terkagum – kagum Vivi melahap semua isi mangkuknya.
Namun, ketika hendak mengambil lagi, dia hanya mendapati bahwa sepiring nasi goreng telur itu sudah habis
semua sekarang.
Jay adiknya yang sedang memegang piring itu sekarang dan memindahkan semua sisa sisa di piring itu ke dalam
mangkuknya.
Vivi hampir gila dibuatnya: “Bagai… bagaimana kalian bisa makan begitu cepat?”
“Aku baru saja makan sesendok dan yang di piring itu langsung lenyap?”
Hana cemberut: “Tadi kami sudah mengajakmu untuk mencicipinya tetapi kau bilang tidak mau.”
“Karena melihat kau yang tidak mau ikut mencicipi jadi tentu saja tidak boleh disia-siakan sehingga kami
menghabiskan jatahmu.”
Mendengar itu membuat Vivi hampir saja muntah darah. Kalau saja dia tahu kalau nasi goreng telur itu seenak ini,
bagaimana mungkin dia bisa menolaknya.
Dengan penuh emosional Alina berkata, “Ini benar–benar makanan yang dibuat oleh koki dari pulau Cyan. Benar–
benar istimewa.”
“Sepiring nasi goreng telur ini sangat wajar jika dijual dengan harga 18.000 di restoran ini.”
Anissa dan Spencer tidak bisa membantahnya. Apa boleh buat, karena makanan itu memang sangat enak.
Jay menjilati bibirnya: “Hanya saja itu terlalu sedikit.”
“Pelayan, apa kau bisa memberikan kami satu porsi lagi?”
Mata Vivi langsung melebar, wajahnya penuh dengan harapan: “Satu mana cukup, dua porsi lagi! Tidak, lima
saja!”
Pelayan itu tampak bingung. “Sebelumnya aku mohon maaf kepada kalian semua.”
“Koki dari pulau Cyan ini hanya memasak sepuluh porsi nasi goreng telur sehari. Dan ini sudah porsi yang ke
sepuluh.”
Dengan marah Vivi berkata, “Aturan darimana itu?”
“Kau suruh dia buatkan nasi gorengnya. Kami kan bukannya tidak mau membayar!”
“Aku tidak percaya, masa dibayar pun dia tidak mau?”
”
Si pelayan menggelengkan kepalanya: “Nona, ini benar–benar sudah tidak bisa dibuat lagi.”
“Karena bahan–bahan nasi goreng telur ini perlu disiapkan dan direndam dengan bumbunya selama sehari
sebelumnya.”
“Bahan untuk hari ini sudah habis terpakai semua. Kalau kau benar–benar ingin memakannya lagi maka kau hanya
bisa kembali lagi besok!”
Vivi benar–benar terpana. Sepertinya sudah sama sekali tidak mungkin untuk minta ditambahkan satu porsi lagi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSecara tidak sengaja dirinya sendiri yang telah melewatkan kesempatan untuk menikmati makanan enak ini.
Anissa mengerutkan keningnya dan berkata, “Nasi goreng seenak ini masa kalian tidak bisa memintanya untuk
menyiapkan bahan yang lebih banyak lagi?”
“Kalau hanya sepuluh mangkuk sehari mana cukup?”
Pelayan: “Ini adalah ketentuan dari kokinya sendiri. Tidak ada yang bisa mengubahnya.”
“Saat dia berada di pulau Cyan, tuan Elbert mengundang raja Thailand bertandang untuk makan malam.”
“Saat itu raja Thailand ingin dia membuatkan nasi goreng telurnya lagi tetapi dia juga sama sekali tidak
membuatkannya.”
Kerumunan itu langsung terdiam.
Raja Thailand adalah raja yang terkenal kaya di Asia.
Orang seperti itu saja, koki ini masih bisa menolaknya, apalagi mereka.
“Sudahlah lupakan saja, ayo mari silahkan dilanjutkan dengan hidangan lainnya.”
Vivi melambaikan tangannya dengan tak berdaya. Dia masih merasakan penyesalan yang mendalam di dalam
hatinya.
Kalau saja tadi dia mencicipinya lebih dulu, dia pasti tidak akan hanya mendapatkan satu suap.
Sekarang aroma nasi goreng telur itu masih terasa di dalam mulutnya sehingga membuatnya. semakin menyesal.
Namun, sekarang dia juga telah belajar dari pengalaman dan menjadi sedikit lebih pintar. Dia tidak pernah
meletakkan lagi sendok dan garpu di tangannya.
Dia berencana untuk mencicipi lebih dulu makanan yang berikutnya akan disajikan.
Dalam acara makan seperti ini memang harus turun tangan dulu sebelum merasa menyesal dan rugi!