- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 802
Setelah mendengarkan ucapannya, hampir saja Nara menggebrak mejanya.
“Vivi Sumarno, apa kau tahu bahwa hanya dengan ucapanmu ini saja, pengacara Finner bisa menjebloskanmu ke
dalam penjara untuk dikurung selama beberapa tahun!” ujar Nara dengan marah.
Vivi tercengang. Dia segera melengkungkan bibirnya: “Memangnya kenapa?”
“Apa ada yang salah dengan ucapanku?”
“Kalau dia tidak menjadi penghalang dalam masalah ini, bagaimana mungkin hal ini bisa berkembang hingga
menjadi seperti sekarang ini?”
“Hmm, aku benar – benar tak percaya kalau si pengacara Finner sehebat itu. Aku benar dengan dia. Memangnya
apa yang bisa dia lakukan terhadap aku!”
benar tidak takut
–
Nara malas mempedulikan dia. Wanita ini terlalu percaya diri dan benar benar tidak punya pengalaman dalam
bermasyarakat.
Hana mendengus dingin: “Vivi, hebat sekali ucapanmu.”
“Sikapmu terlalu berani. Sudah seperti seorang pahlawan wanita!”
“Tetapi, kalau hanya diucapkan disini saja itu sama sekali tak ada gunanya.”
“Lebih baik kau cari si pengacara Finner dan langsung katakan saja di depannya, bagaimana?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Atau, kau cari beberapa orang untuk menghajarnya agar kekesalanmu terlampiaskan?”
Alina berkata dengan marah: “Hana, tutup mulutmu!”
“Ide macam apa yang kau katakan itu?”
“Apa menurutmu masalah ini masih belum cukup merepotkan!”
Vivi memalingkan wajahnya dan sama sekali tidak mempedulikan Hana.
Dia tidak bodoh. Selama ini dia tinggal di luar negeri dan dia sangat menyadari kekuatan seorang pengacara.
Jangankan menghajarnya, bahkan kalau dia berani memakinya dengan beberapa patah kata saja, bisa jadi dia
harus menghadapi tuntutan hukum.
Barusan dia mengucapkan kata kata itu hanya demi untuk menyelamatkan gengsi dirinya sendiri. Sebenarnya dia
juga sangat panik. Siapa juga yang berani menyinggung seorang pencarra dengan cara seperti
ini!
Anissa berseru: “Kak Alina, apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Tiga juta dolar. Darimana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu?”
Hana tersenyum dan berkata, “Tante ketiga, tidak apa
–
apa. Kakak-ku kan sudah berjanji akan memberimu
1.6 juta dolar!”
“Kalian hanya perlu mengeluarkan 1.4 juta dolar lagi saja!”
Dengan cemas Vivi berkata, “Keluarga kita mana punya uang sebanyak 14 juta dolar?”
Hana mengangkat bahu: “Itu bukan unisanku.”
“Waktu itu kami sudah menjelaskannya dan pada akhirnya sudah diputuskan bahwa tidak peduli berapapun hasil
negosiasinya, keluarga kami hanya akan memberikan 1.6 juta dolar saja,.”
“Bahkan kalau orang itu tidak menginginkan satu sen pun, keluarga kami tetap akan memberikan 1.6 juta dolar
kepada kalian.”
“Sekarang jumlahnya terlalu banyak. Kami juga tidak bisa apa-apa. Kita sudah membuat janji hitam diatas putih.”
Wajah Vivi memerah.
Tadinya dia ingin menggunakan kesempatan kali ini untuk mendapatkan keuntungan tetapi siapa sangka bahwa
situasinya tidak semudah yang dia inginkan.
Dia mengira bahwa hal seperti ini bisa diselesaikan dengan uang ratusan ribu saja tetapi di luar dugaannya
ternyata orang itu malah meminta tiga juta dolar.
“Pada… pada saat itu aku tidak tahu situasinya!”
–
“Bagaimana aku bisa tahu kalau orang orang di negara kalian ternyata sangat tercela dan tidak tahu malu? Mereka
sengaja menggunakan kesempatan ini untuk memeras kami?” ujar Vivi dengan marah.
Hana mencemberutkan mulutnya: “Tercela dan tidak tahu malu?”
–
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Ucapanmu ini benar – benar pas di hatiku!”
“Ini adalah pertama kalinya aku melihat keluarga orang lain yang mengalami kecelakaan tetapi malah meminta
uang kepada keluarga kami untuk menyelesaikannya!”
“Kalau kau membahas tentang tercela dan tidak tahu malu.. ckckck…. aku rasa seseorang mungkin benar – benar
harus merenungkan kembali sikap mereka sendiri!”
Vivi sangat marah: “Hana, kau bilang apa?”
“Jadi maksudmu aku tercela dan tidak tahu malu?”
Hana langsung menjawab: “Aku tidak bilang seperti itu!”
“Kalau kau sendiri sudah menyadarinya, yah apa boleh buat.”
“Tetapi biasanya orang yang sudah melakukan kesalahan memang suka berlebihan pikirannya, ini wajar!”
Vivi sangat marah sekali hingga hampir kabur.
Alina menggebrak meja dan berkata, “Cukup, kalian berdua jangan bertengkar lagi!”
“Sama
–
sama keluarga sendiri tetapi mengapa kalian malah jadi ribut sendiri?”
“Aku meminta kalian semua datang kesini untuk mendiskusikan bagaimana cara menyelesaikan masalah ini,
bukannya menyuruh kalian bertengkar disini!”
“Apa kalian tahu, keutuhan dan keharmonisan sebuah keluarga adalah hal yang paling penting.”
Hana langsung mengangkat bahunya: “Ini bukan urusanku!”
“Aku sudah menikah jadi tidak ada hubungannya denganku!”
Alina menatap Nara.
Nara berkata dengan suara yang berat: “Ma, aku tidak mau tahu!”
“Aku sudah bilang bahwa aku hanya bisa memberikan 1.6 juta dolar!”