- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 259
Alina mengernyitkan keningnya dan berkata, “Nara, jangan keterlaluan yah!”
“Kita ini masih satu keluarga, apa yang kau inginkan?”
“Meminta orang berlutut dan bersujud itu terlalu menghina orang!”
“Apakah kau harus membuat rusuh di rumah ini kau baru puas?”
Nara tampak kesal dan berkata, “Aku membuat rusuh?”
“Aku hanya bersikap adil dan melakukannya sesuai perjanjian!”
“Kenapa mau bertaruh kalau dia kalah bisa menghindar dari hukumannya sedangkan jika aku kalah maka aku
harus menuruti permintaannya?”
Lalu Alina berkata dengan marah, “Nara, bukannya aku mau memarahimu tetapi masalah ini dari awal sudah
salah!”
“Ohh, kalau Hiro kalah dia harus membuang harga dirinya dengan berlutut dan meminta maaf.”
“Sedangkan kalau kau kalah paling – paling Hiro hanya akan bertanggung jawab atas perusahaan bahan obat.”
“Kau juga tidak akan rugi apa – apa. Aset itu juga masih milik keluarga kita. Sedangkan Hiro yang dia pertaruhkan
adalah harga dirinya!”
“Hiro sudah sangat toleran kepadamu. Dia sudah begitu rendah hati terhadapmu, bagaimana mungkin kau masih
bisa mengatakan hal seperti itu?”
Nara langsung tercengang. Dia tak menyangka ibunya bisa mengucapkan kata-kata yang begitu tidak masuk akal
seperti seorang bajingan itu.
Nara telah mempertaruhkan seluruh perusahaannya tetapi hasilnya tidak sebanding dengan harga diri orang lain?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDan mengenai aset yang katanya masih milik keluarga sendiri, apakah menurut mereka Nara tidak tahu apa yang
sedang mereka rencanakan? Batin Nara.
Jika perusahaan itu benar-benar jatuh di tangan mereka berdua, Hana dan Hiro pasti akan menelannya kapan saja
mereka mau. Apakah mereka benar-benar telah
menganggapnya sebagai orang bodoh?
Tetapi Nara tidak berani mengatakan kata – kata ini.
Kedua orang tuanya lebih memihak Hiro. Dia sangat jelas tentang hal ini.
Jika dia benar-benar ingin membahas hal ini maka keluarga ini pasti akan tercerai berai.
Setelah menghela nafas dalam-dalam lalu Nara menggertakkan giginya dan berkata, “Ma, kau tidak perlu terlalu
muluk – muluk.”
“Situasinya seperti apa, kita semua sama – sama tahu sendiri!”
“Aku tetap dengan kata – kataku tadi. Hiro harus bersujud dan berlutut untuk meminta maaf!”
Alina tampak sangat marah. “Kau… kau….
“Bagaimana caranya aku bisa melahirkan putri seperti kau yang begitu tidak berbakti!”
Alina sambil menangis dia memukul dadanya. Hana dengan wajah jijik berkata, “Nara, akhirnya aku bisa melihatmu
dengan jelas!”
“Kau yang sekarang benar- benar membuatku sangat jijik!”
Beberapa dari mereka yang mulai membuat keributan membuat Nara tampak pucat tetapi dia berkeras untuk
tidak menyerah.
Kali ini bukan masalah taruhannya tetapi yang paling penting adalah mempertahankan harga diri Reva!
Reva mengernyitkan keningnya. Sebenarnya dia juga tidak peduli apakah Hiro akan berlutut atau tidak.
Tetapi karena Hiro telah bertaruh dengan Nara, istrinya jadi apa yang telah dikatakannya waktu itu tidak dapat di
tarik kembali!
Di tengah keributan beberapa orang itu tiba – tiba Reva melambaikan tangannya dan berkata, “Nara, lupakan
saja!”
“Nara, karena Hiro tidak mau berlutut, kita juga tak perlu memaksanya!”
Dan tiba – tiba Hiro tampak senang kemudian berkata, “Kak Nara, kau dengar tidak?”
“Suamimu sendiri sudah mengatakannya masa kau masih tetap berkeras mempertahankannya?”
Nara tampak kesal lalu dia memelototi Reva dan berkata, “Reva, untuk apa kau begitu baik kepadanya?”
“Dia telah menyebarkan desas – desus dan fitnah terhadapmu mengapa kau tidak membiarkan dia berlutut?”
Reva terkekeh dan menggelengkan kepalanya kemudian berkata, “Nara, tak ada gunanya berlutut juga!”
“Oh yah, ngomong – ngomong temanku si Tiger itu sudah menelepon polisi. Masalah fitnah seperti ini hanya
masalah sepele.”
“Tiger sudah mencari pengacaranya untuk membantu aku dengan gugatan itu. Dan pada saat itu paling – paling
dia hanya masuk dan tinggal di penjara selama beberapa tahun saja. Bukan masalah besar.”
“Harga diri dan reputasi barulah hal yang paling penting, iya kan?”
Begitu ucapan ini di ucapkan, ekspresi orang-orang yang ada di belakang mereka langsung berubah.
Hiro langsung gemetar karena ketakutan. Dan dengan panik Hana berkata, “Reva, kau… kau… jangan keterlaluan!”
“Bagaimana dikatakan suamiku telah memfitnahmu. Apa… apakah kau punya bukti?”
Reva terkekeh dan berkata, “Ohh, aku lupa memberitahu kau.”
“Saat dia memfitnah aku hari itu, aku telah merekamnya.”
Hiro dan Hana langsung tercengang.
Alina langsung berkata dengan panik, “Reva, kita semua adalah keluarga sendiri untuk apa kau melakukan hal
seperti itu?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmRaut wajah Reva tampak tenang dan berkata, “Ma, kau mengatakan ini kepadaku juga tak ada gunanya. Tiger
sendiri yang memanggil polisi!”
“Teman – temanku itu hanya membela aku!”
“Jika kau tidak setuju, kau bisa pergi mencari Tiger untuk memberitahunya!”
Wajah Alina langsung tampak memucat. Saat dia teringat dengan Tiger yang membereskan David dan anak
buahnya waktu itu, di dalam hatinya dia langsung bergidik.
Dia tidak berani pergi mencari Tiger!
Nara langsung tersenyum dan berkata, “Ohh jadi begitu!”
“Baiklah, kalau begitu dia tak perlu berlutut!”
“Hiro, kau tidak usah berlutut dan tak perlu meminta maaf!”
Wajah Hiro langsung pucat dan dengan suara gemetar dia berkata, “Kakak ipar, kita semua adalah keluarga
sendiri… untuk… untuk apa seperti ini?”
Reva dengan pelan berkata, “Keluarga sendiri?”
“Ketika kau ingin membunuhku, apakah kau pernah berpikir bahwa kita adalah keluarga sendiri?”
“Hiro, sekarang aku akan memberimu dua pilihan!”
“Berlutut dan minta maaf atau masuk penjara. Kau pilih sendiri!”
Hana tampak kesal dan berkata, “Reya, apa… apakah kau harus benar- benar bertindak sampai sekejam ini?”
Reva meliriknya dan mengucapkan kata – katanya satu demi satu, “Aku bisa bertindak lebih kejam lagi!”
“Apakah kau ingin mencobanya?”
Previous Chapter
Next Chapter