- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Menantu Dewa Obat
Bab 319
Axel, Alina dan lan langsung terkejut dan berteriak, “Nara, jangan lakukan hal-hal bodoh seperti itu!”
“Kak, jangan lakukan inil”
Dion juga tertegun sejenak kemudian tertawa. “Sial, perangainya cukup keras juga!”
“Oke, aku suka dengan perangai yang keras seperti ini.”
“Nara, kau kira kau bisa mati?”
“Aku berasal dari keluarga medis. Jika aku tidak menghendaki kau mati, maka kau tidak akan mati.”
“Aku beritahu kepadamu, kau tak perlu menakut – nakutiku, malam ini kau tidak akan bisa lari lagi!”
“Jangan diam saja, teruskan!”
Airmata menggenang di mata Nara lalu dia meraih gelas itu dan menyayatnya ke lehernya.
Lebih baik dia memilih untuk mati daripada harus mengalami penghinaan seperti itu!
Namun, seorang pria di sebelahnya berjalan lebih cepat dan mengambil pecahan kaca itu dari tangannya.
“Brengsek, belum juga aku sempat bermain, kau sudah ingin mati?”
“Sekalipun kau ingin mati juga kau harus membiarkan aku bermain sampai puas baru kau pergi mati.”
“Kalau tidak bukankah gelar gadis tercantik di kota Carson ini akan terlalu sia – sia?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSambil memaki pria itu mengulurkan tangannya untuk menarik pakaian Nara.
Axel, Alina dan Hana gemetar karena marah tetapi tidak ada sesuatu apapun yang bisa mereka lakukan.
Dion duduk di sofa dengan segelas anggur di tangannya. Senyum puas terukir di wajahnya seolah – olah dia
sedang menonton sebuah drama yang sangat bagus.
Beberapa pria itu kemudian berkumpul di sekitar tempat tidur. Nara merasa begitu putus asa karena hak untuk
mati pun dia tidak punya.
Dan pada saat yang kritis ini tiba – tiba terdengar suara yang keras dari depan pintu.
Semua orang langsung tercengang. Dion langsung bangkit dan memaki, “Keparat, siapa lagi sekarang?”
“Apakah dia tidak tahu kalau ini kamarku…”
Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya pintu kembali di banting dengan keras. Segera setelah itu pintu
kamar dirusak dan seseorang bergegas masuk dari luar, dia adalah Reva.
Ekspresi Dion seketika berubah. Dia sama sekali tidak menyangka Reva akan datang saat ini.
Alina adalah orang yang pertama bereaksi, “Reva, cepat… cepat selamatkan Nara!”
Reva juga melihat Nara yang ada di dalam kamar, matanya langsung berubah menjadi merah darah, tangannya
mengepal dan urat – urat biru muncul di dahinya.
Pada saat ini, niat membunuh Reva sudah tak terkendali lagi!
“Cepat, hentikan dia!”
Dion meraung dengan tergesa – gesa.
Beberapa pria yang ada di samping tempat tidur itu segera bergegas. Pria besar yang memimpin itu langsung
menendang Reva.
Reva tidak menghindar. Dia maju selangkah dengan siku kanan terangkat dari pinggangnya. Lalu dia menghindari
tendangan si pria besar itu kemudian dengan menggunakan siku kanannya dia menghajar wajah si pria besar itu
dan mengenai dagunya.
Semua orang yang ada di sana hanya mendengan bunyi klik kemudian pria besar yang beratnya hampir 200 pon
itu pun terbang lurus ke atas dan mendarat dengan kencang di meja kopi bagian belakang dan meja marmer itu
pun hancur.
Saat melihat pria besar itu lagi, mulut, hidung dan matanya berdarah. Sepasang matanya hampir menonjol keluar
dari rongganya.
Sekalipun orang ini tidak mati tetapi dia juga tidak akan berguna lagi selama sisa hidupnya, setidaknya matanya
sudah rusak dan tak bisa digunakan lagi!
Semua orang langsung terkejut.
Pria besar ini adalah pria yang terkuat di antara mereka. Dia juga adalah orang yang paling tahan terhadap
pukulan.
Tetapi malah dihajar Reva hingga seperti ini?
Siapa sebenarnya Reva ini?
Dion merasa panik dan meraung dengan terburu – buru, “Cepat, bunuh dia! Bunuh dia!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Orang – orang itu saling menatap. Meskipun mereka merasa takut tetapi mereka tetap bergegas karena ingin
mengalahkan Reva.
Reva mengepalkan tangannya dan bergerak maju selangkah demi selangkah.
Tiba – tiba seseorang mengambil kursi dan menghajarkannya ke Reva dari arah belakang.
Dengan cepat Reva menghindar dan bersamaan dengan itu dia berbalik ke samping dan menghampiri sisi orang
ini.
Tangan kanan Reva mencengkram lehernya dan membenturkan kepala si pria itu ke dinding yang ada di
sebelahnya.
Pria itu dibanting dan di hajar dengan parah. Tetapi Reva tidak berhenti, dia terus menghajarnya beberapa kali
sampai si pria itu berlumuran darah dan merosot ke lantai.
Pada saat ini ada beberapa orang yang lain juga bergegas mendekat.
Tetapi kecepatan Reva benar – benar di luar bayangan mereka.
Setelah berurusan dengan orang ini, Reva lagsung bergegas menghajar orang yang lain lagi. Seperti harimau yang
menyerang kawanan domba. Dan setelah melakukan beberapa hajaran akhirnya mereka semua jatuh ke lantai.
Previous Chapter
Next Chapter