- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Menantu Dewa Obat
Bab 335
Keduanya saling berbicara sampai mereka melihat seseorang yang berjalan tidak jauh dari sana.
“Hei, itu Reva, kan?”
“Mengapa dia baru datang?”
Kesya tampak terkejut.
Xavier meliriknya dan tiba – tiba tertawa: “Si idiot itu, aku rasa dia datang dengan berjalan kaki!”
“Villa Connor ini tidak memperbolehkan taksi masuk.”
“Dia pasti datang dengan taksi dan taksi itu berhenti di luar. Jadi dia berjalan kaki masuk ke sini.”
Kesya langsung tertawa: “Hahaha, ini menarik.”
“Dari luar sampai ke sini itu sekitar 6 atau 7 mil jauhnya. Dan dia berjalan kaki dari sana?”
“Si bodoh ini, benar – benar hanya bisa membuat malu saja kerjaannya.”
Beberapa satpam di depan pintu itu semuanya menatap Reva dengan waspada.
Ternyata, mereka juga tidak pernah melihat siapapun yang berjalan kaki masuk ke sini.
Villa Connor di kota Carson ini adalah villa yang paling mewah.
Orang – orang yang datang ke sini tidak hanya orang kaya tetapi juga bangsawan. Tempat parkirnya saja penuh
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtdengan mobil mewah. Jadi mereka benar- benar belum pernah melihat ada orang yang datang dengan berjalan
kaki.
Apalagi pakaian yang dikenakan Reva itu seperti pakaian yang dikenakan oleh orang – orang yang berjualan di
kakilima, bahkan lebih lusuh dari pakaian satpam mereka.
Seorang satpam menghentikan Reva, “Hei, berhenti!”
Reva: “Aku datang ke sini untuk berpartisipasi dalam pertemuan pertukaran medis!”
Beberapa satpam itu saling menatap lalu si ketua satpam itu mengernyitkan keningnya dan berkata, “Untuk ikut
berpartisipasi dalam pertemuan pertukaran medis ini, anda harus memiliki kartu undangan dari pertemuan
pertukaran medis ini.”
“Apakah anda punya kartu undangannya?”
Reva tampak bingung, dia tidak memiliki kartu undangan. Karena para kontestan tidak membutuhkan kartu
undangan.
Tetapi para kontestan itu tidak seperti Reva yang datang sendiri.
Para kontestan lain itu tiba di Carson sejak beberapa hari lalu dan tinggal di hotel bintang lima.
Di awal pertemuan pertukaran medis ini, sang penyelenggara akan menjemput para kontestan jadi mereka tidak
perlu membawa kartu undangan.
Dan baru pertama kalinya kontestan yang datang sendiri seperti Reva ini.
“Maaf, aku tidak punya kartu undangan.”
“Tetapi aku memang datang untuk berpartisipasi dalam pertemuan pertukaran medis ini.” jawab Reva.
Beberapa satpam itu langsung tertawa: “Kalau tidak ada kartu undangan lalu pertemuan pertukaaran medis apa
yang akan anda hadiri?”
“Anda kira pertemuan pertukaran medis ini seperti anda pergi ke pasar atau ke supermarket? Bisa keluar masuk
seenaknya saja?”
“Apakah kau tahu betapa mewahnya pertemuan pertukaran medis ini?”
“Pengusaha besar di kota Carson saja tidak bisa sembarangan masuk ke tempat acara ini dengan seenaknya.”
“Sedangkan kau malah datang ke sini hanya dengan tangan kosong dan masih berani mengatakan akan
berpartisipasi dalam pertemuan pertukaran medis ini? Atas dasar apa?”
Reva mengernyitkan keningnya. Ucapan satpam ini apa tidak terlalu kasar?
Dan pada saat ini tiba – tiba terdengar suara cibiran dari belakang, “Aiihhh, ini bukannya kakak ipar?”
“Ada apa?”
“Kau jalan kaki ke sini? Keluarga Shu bahkan tidak memberikan mobil kepadamu untuk datang ke pertemuan
pertukaran medis ini?”
“Kakak ipar, kalau begitu ini salahmu.”
“Jika kau tak punya mobil, kau kan bisa beritahu kami.”
“Kami semua membawa mobil sendiri ke sini. Jika kau menjadi sopir kami bukankah kau bisa masuk ke sini dengan
nyaman. Untuk apa kau berjalan kaki sejauh ini?”
“Lihat saja dirimu sekarang yang keringatan dan warna pakaianmu pun hampir luntur. Ckk.. ckk… kasihan sekali!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Reva menoleh. Dia melihat Xavier dan Kesya yang berdiri di belakangnya dengan wajah penuh kemenangan.
Beberapa satpam itu langsung terkejut, “Kalian berdua, mengenalnya?”
“Apakah dia benar- benar datang untuk berparu sipasi dalam pertemuan pertukaran medis ini?”
“Tetapi dia udak punya kartu undangan…”
Xavier langsung berkata, “Kenal sih kenal tetapi kami tidak satu kelompok dengannya.”
“Nah, ini kartu undangan kami, lihatlah.”
Xavier menyerahkan dua kartu undangan.
Beberapa satpam itu melirik mereka lalu mengangguk dan berkata, “Tidak ada masalah dengan kartu undangan
kalian berdua, silahkan masuk.”
Xavier dan Kesya lalu berjalan ke aula dengan bangga dan sambil tersenyum berkata, “Kakak ipar, kalau begitu kita
masuk dulu yah.”
“Jika kau benar-benar tidak bisa masuk lebih baik kau tunggu kami di luar sebentar.”
“Nanti setelah pertemuan pertukaran medisnya selesai kau bisa menyetir mobil kami sehingga kami bisa sekalian
mengantarmu pulang.”
“Lagipula, tidak mudah untuk mendapatkan taksi di luar sekarang!”
Previous Chapter
Next Chapter