- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 418
“Tidak bisa!” Nara langsung menolaknya.
Hana: “Kenapa tidak bisa?”
“Kau tahu, aku suka berjemur dibawah sinar matahari. Cahaya di sini jauh lebih baik jadi aku bisa mendapatkan
lebih banyak sinar matahari.”
“Kak, kamar sebelah juga tidak jelek koq. Aku bantu kau pindahkan barang – barangmu ke sana
yah.”
Wajah Nara langsung berubah menjadi dingin lalu dengan marah dia berkata, “Aku sudah bilang, tidak bisa!”
“Hana, kau jangan keterlaluan!”
“Itu kamar aku dengan Reva. Atas dasar apa kau tinggal disana?”
“Lagipula siapa yang mengijinkanmu tinggal di sini?”
“Memangnya kau tidak punya rumah untuk ditinggali?”
Wajah Hana langsung menjadi dingin, “Kak, apa maksudmu?”
“Kau mau mengusir aku?”
“Jangan lupa, Reva sendiri yang meminta kami pulang dan tinggal dirumah waktu itu!”
“Waktu di rumah lama, dia sendiri yang menyuruh kami pulang untuk merawat papa dan mama!”
“Ooh waktu di rumah lama kalian meminta kami kembali untuk merawat papa dan mama.”
“Dan sekarang setelah kau pindah ke rumah baru lantas kau tidak mengijinkan kami tinggal di rumah barumu ini
lagi?”
“Kau benar – benar tidak punya hati!”
Nara langsung buru – buru menjawabnya, “Hana, kau juga jangan lupa!”
“Kali ini, Reva hampir saja kalah di pertemuan pertukaran itu gara – gara kau.”
“Dan kau tidak merasa malu untuk tetap tinggal di sini?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDengan marah Hana berkata, “Kalau kau membahas ini lagi aku akan marah!”
“Aku hampir mati juga gara – gara dia yang telah menyinggung Dion!”
“Kalau dihitung–hitung malah kau yang berhutang budi kepadakul”
“Lantas mengapa aku tidak bisa tinggal di kamar tidur utama?”
“Hiro, tidak perlu banyak bicara dengannya. Ayo bantu aku pindahkan barang–barang dia!”
Nara sangat maraha. Ini artinya sudah jelas, dia ingin merebut kamarnya secara terang – terangan.
Reva juga tersulut emosinya. Ini benar–benar terlalu menindas orang!
Reva sendiri tidak peduli tinggal di kamar yang mana tetapi dia tidak akan pernah membiarkan Nara ditindas
seperti itu!
Melihat Hiro yang hendak naik ke atas, Reva langsung menghentikannya.
“Berhenti!”
Hiro tertegun sejenak lalu langsung marah. Sambil menunjuk ke Reva dia mengutuk, “Dasar brengsek, kau kira kau
sedang berbicara dengan siapa? Ng****tlah mama–mu, kau...”
Sebelum Hiro bisa menyelesaikan ucapannya, Reva langsung meraih lehernya dan menekannya ke atas meja dan
bersamaan dengan itu Reva mengambil pisau buah yang ada di atas meja dan langsung mengarahkannya ke
lehernya.
“Kalau kau berani mengatakan sepatah kata lagi tentang mamaku, aku akan langsung membunuhmu!” Reva
menggeram.
Hiro terpaku. Hana juga membeku sejenak kemudian dia meraung, “Reva, apa yang kau lakukan itu?”
“Coba kalau kau berani menyentuh suamiku sedikit saja, percaya tidak kalau aku...”
Dengan tidak sabar Reva mengulurkan pisau buahnya ke depan. Hiro hanya bisa merasakan kesemutan di
lehernya. Jadi buru – buru dia berkata, “Diamlah, jangan bicara lagi!”
“Kakak ipar, aku... aku minta maaf...”
“Lain kalia aku tidak akan berani lagi...”
Hana menatap wajah Reva dengan penuh amarah tetapi dia juga benar–benar tidak berani berbicara lagi.
Dan pada saat ini, Axel yang keluar dari kamar kebetulan melihat situasi ini. Dengan kesal dia bertanya, “Reva, apa
yang sedang kau lakukan?”
Hara segera berkata, “Pa, kau... kau atur dia. Dia.. dia... ingin membunuh orang...”
Axel sangat marah. “Apaa??”
“Reva, kau ingin memberontak sekarang?”
Reva memclotouinya dengan dingin, “Pa, aku melakukan sesuatu sesuai dengan logika!”
“Biasanya mau mengatakan apapun itu aku tidak masalah tetapi jangan sampai menghina keluarga mamaku!”
“Mamaku telah meninggal. Aku tidak akan pernah bersikap segan dan sungkan kepada siapapun yang berani
menghinanya!”
Setelah selesai berbicara, Reva langsung menancapkan pisau buah di tangannya ke atas meja.
Axel juga tampak terkejut. Dia tahu bahwa kali ini Hiro telah menyentuh batas limit Reva. Dan dia tidak berani
menegur Reva lagi. .
Dia hanya bisa menatap Hiro dan berkata, “Hiro, kita semua adalah keluarga sendiri, lain kali perhatikan ucapanmu
saat berbicara!”
“Kau juga punya orang tua. Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?”
Hana tampak cemas. “Pa, tapi dia memukul orang..”
Axel: “Diam!”
“Lain kali kalau kalian tidak memperhatikan apa yang kalian ucapkan itu, aku sendiri yang akan memukul kalian!”
Hana langsung terperangah.
Alina yang baru keluar lalu bertanya, “Aduhh, ada apa? Mengapa ribut sekali?”
Hana langsung menunjukkan muka sedih dan berkata, “Ma, aku hanya menginginkan kamar ini.”
“Kau kan tahu, kesehatan aku tidak terlalu baik jadi membutuhkan sinar matahari yang lebih banyak.”
“Tetapi Reva menolak untuk memberikannya. Dia bahkan memukul orang. Ini benar–benar keterlaluan sekali!”
Alina mengerutkan keningnya. “Ini kan hanya masalah kamar saja, untuk apa kalian bertengkar gara – gara ini?”
“Nara, kenapa kau tidak tinggal di lantai dasar ...”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmNara langsung marah, “Kenapa?”
Alina: “Kau tahu kesehatan adikmu tidak terlalu sehat...”
Reva langsung menggebrak meja, “Kalau tidak sehat, pulang dan tinggal dirumahnya sendiri
saja!”
“Rumah ini tidak ada hubungannya dengan dia!”
Alina marah, “Reva, apa yang kau katakan?”
“Rumah ini milik keluargaku. Kau punya hak apa untuk mengatur – atur di sini...”
Reva langsung mnemotong ucapannya, “Rumah ini diberikan oleh paman Gemi dan yang lainnya kepadaku.”
“Kalau kau tetap bersikeras seperti ini maka aku akan menelepon paman Geni sekarang dan memintanya menarik
kembali rumah ini.”
Alina merasa sangat kesal. “Kau... kau...”
Axel buru – buru meraih Alina dan berkata, “Aduhh, satu keluarga kenapa harus ribut dan bertengkar hanya demi
sebuah kamar?”
“Hana, kau tinggal di lantai dasar!”
“Sudah begitu saja!”
Hana langsung merasa panik. “Pa, mengapa begitu?”
Dengan marah Axel berkata, “Tidak ada alasan apa – apa!”
“Kalau kau tidak ingin tinggal disini, pulang saja ke rumahmu sendiri!”
Hana membuka mulutnya seperti ingin berbicara tetapi pada akhirnya hanya bisa menyetujuinya.
Dan akhirnya masalah itu selesai begitu saja.
Reva dan Nara tetap tinggal di kamar tidur utama di lantai dua. Sementara itu Hana dan Hiro tinggal di kamar tidur
kedua di lantai dasar dengan perasaan enggan.
Tentu saja kamar ini jauh lebih baik daripada kamar Hiro dan Hana yang ada dirumahnya yang dulu.
Kamar tidur kedua ini luasnya hampir empat puluh meter persegi. Jauh lebih besar dari ruang tamu di rumahnya,
Previous Chapter
Next Chapter