- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Menantu Dewa Obat
5 mutiara
Bab 503
Nara duduk di kursinya dan pura – pura tidak mendengar ocehan Alina.
Alina masih mengoceh sebentar lagi dan saat melihat Nara yang diam saja, mau tak mau dia menjadi sedikit kesal.
“Nara, apa kau dengar ucapanku?”
“Tubuh papamu sudah seperti ini, apa kau sama sekali tidak peduli?”
“Waktu kau masih kecil, papamu sangat menyayangimu. Kemanapun dia pergi, dia selalu membawamu
bersamanya.”
“Kalau bukan karena harus membiayai uang sekolahmu, apa tubuh papamu akan menjadi seperti ini?”
“Sekarang kau sudah menjadi CEO perusahaan dan tidur di tempat tidur yang harganya ratusan ribu dolar.”
“Sementara papamu? Pinggangnya yang selalu merasa sakit sepanjang hari pun, dia tidak enak hati untuk
mengatakannya kepadamu. Apa kau sama sekali tidak merasa bersalah?”
Ujar Alina dengan marah.
Hana mendengus dingin, “Ma, tak ada gunanya kau mengatakan ini semua kepadanya.”
“Kakak aku ini sekarang hanya membela orang luar.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Dia hanya peduli pada suaminya. Bagaimana mungkin dia masih bisa ingat dengan kedua orang tuanya?”
“Ma, nanti kalau aku sudah bisa mencari uang, aku akan membelikan tempat tidur yang bagus untuk papa.”
“Bahkan jika itu berarti aku harus hidup dengan lebih buruk pun, aku tidak akan pernah mau membuat kedua
orang tuaku menderita!”
Alina sangat tersentuh dengan ucapannya. Dia menepuk – nepuk bahu
Hana sambil berkata, “Aihhh, Hana memang anak yang baik.”
“Papamu memang tidak salah menyayangimu.”
“Aku benar – benar tidak habis pikir, bagaimana seorang anak yang waktu masih kecilnya begitu patuh dan
bijaksana bisa menjadi seperti ini setelah dia dewasa?”
Nara merasa sangat marah sekali. Keduanya berbicara dan saling sahut menyahut di sini.
Dia tidak bisa berbicara. Kalau dia tidak setuju untuk memberikan tempat tidurnya maka dia akan dituduh sebagai
anak yang tak berbakti.
Dan pada saat ini tiba – tiba Reva berkata, “Ma, tulang belakang papa tidak terlalu baik jadi tidak cocok tidur di
tempat tidur yang empuk seperti ini.”
“Sebenarnya kasur di tempat tidur bawah itu sengaja aku ganti. Karena ranjang itu paling sesuai dengan kondisi
fisik papa sekarang.”
Alina langsung merasa kesal. “Kau tahu apa?”
“Kondisi fisik papamu sudah sampai seperti ini. Sakit pinggangnya sudah sangat serius dan cedera cakram tulang
belakangnya juga sudah sangat parah.”
“Dia memerlukan tempat tidur yang bagus seperti ini untuk melindungi cakram tulang belakangnya.”
“Sekarang apa maksudmu dengan berkata seperti itu?”
“Kau takut kami akan memindahkan tempat tidurmu ini?”
“Reva, kau terlalu menghina kami. Apa menurutmu kami seperti itu orangnya?”
Reva terdiam.
Dengan tidak sabar Nara berkata, “Ma, Reva juga menganalisanya dari sudut pandang medis. Dia tidak punya
maksud lain.”
Alina marah dan berkata, “Dia? Menganalisa dari sudut pandang medis?”
“Memangnya dia pernah belajar ilmu medis? Apa dia tidak jelas kemampuannya sendiri?”
“Apa kau kira dia benar-benar bisa menjadi direktur departemen RS itu berdasarkan kemampuannya?”
“Reva, apa kau lupa, jabatanmu itu didapatkan karena kami telah membantumu memberikan uang suapnya.”
“Kalau bukan karena bantuan dari kami itu mungkin sekarang kau masih akan tetap menjadi petugas pembersih
toilet!”
“Jadi hanya karena kau sekarang adalah direktur departemen di RS sehingga kau berani mengatakan bahwa kau
menganalisa hal ini dari sudut pandang medis?”
“Aku beritahu yah, aku jauh lebih ngerti daripada kau. Kau tidak perlu berlagak di depanku!”
Dengan enggan Nara mengibaskan tangannya. “Oke, oke, oke. Anggap saja kami terlalu cerewet.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Reva, lain kali kau tak perlu jelaskan hal seperti ini lagi.”
Reva juga tak punya pilihan lain. Akhirnya hanya bisa diam dan tidak berbicara lagi.
Hana melirik Reva dan berkata, “Kakak ipar, kalau dilihat – lihat sepertinya kau masih merasa tidak puas yah?”
“Apa? Memangnya apa yang dikatakan mama itu salah?”
“Oke, bagaimana kalau kita coba.”
“Kau pindahkan tempat tidurmu ini ke bawah dan biarkan papa mencobanya dulu. Setelah itu baru kita lihat
apakah kondisi fisik papa
semakin membaik atau memburuk?”
Reva terdiam. Bagaimana bisa dikatakan aku masih merasa tidak puas? Ucapanmu itu terlalu mengada – ada!
Mata Alina langsung berbinar. “Ya! Ucapan Hana benar sekali.”
“Jadi seperti itu saja.”
“Kali ini, aku akan membuktikannya kepada kalian, dalam hal ini siapa yang benar dan siapa yang salah!”
“Hana, kau suruh Hiro naik ke sini dan mari kita pindahkan tempat tidur ini ke bawah secara bersama – sama.”
Dengan perasaan senang, Hana turun ke bawah.
Nara langsung tercengang. “Ma, kau.. atas dasar apa kau melakukan ini?”
“Ini adalah tempat tidurku dengan Reva!”
Previous Chapter
Next Chapter