- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 72
“Huhh, dia bisanya hanya membual saja!” ujar Hana dengan cemberut.
Bos Kosasih tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandang Nara dengan cibiran.
“Apa yang aku katakan itu memang kenyataan!” Nara menjadi cemas: “Memang mama angkatku …”
“Lancang!” Axel menggebrak meja dengan marah: “Nara, kau benar – benar keterlaluan. Apakah kau
masih mempunyai rasa terima kasih di hatimu!”
Alina semakin meraung: “Reva, kau menipu putriku sampai seperti ini, kau … kau benar- benar tak
tahu diri!”
“Bos Kosasih, anda jangan marah. Adikku itu tertipu oleh pecundang itu!” Hana meminta maaf
berulang kali.
Nara marah dan ingin menjelaskan, tetapi Reva dengan lembut menarik ujung bajunya.
Empat orang di rumah itu benar-benar ditipu mentah – mentah oleh bos Kosasih. Dijelaskan juga tak
ada gunanya.
Selain itu, Reva juga tidak peduli siapa yang mendapatkan kredit atas masalah ini. Dia tak peduli
dengan sikap Axel dan Alina terhadapnya. Menurut Reva selama Nara bersikap baik padanya itu
sudah lebih dari cukup.
Nara masih merasa kesal tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada gunanya untuk terus berdebat.
Axel sambil tertawa berkata: “Boss Kosasih, anda jangan marah. Anak ini terlalu jujur dan mudah
ditipu. Aku akan menyuruhnya meminta maaf kepadamu!”
Bos Kosasih berkata perlahan: “Karena Kakak Axel dan Alina sudah berkata begitu maka demi kalian
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtaku akan memaafkannya.”
“Aduhh, bos Kosasih ini benar-benar murah hati sekali!” ujar Alina sangat gembira: “Nara, cepatlah kau
minta maaf kepada bos Kosasih!”
Nara menggertakkan giginya dan tidak berbicara. Bos Kosasih terkekeh: “Tidak apa apa tak perlu
minta maaf. Bagaimanapun juga direktur Shu ini masih belia, jangan mempersulit dirinya.”
Bab 72
“Huhh, dia bisanya hanya membual saja!” ujar Hana dengan cemberut.
Bos Kosasih tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandang Nara dengan cibiran.
“Apa yang aku katakan itu memang kenyataan!” Nara menjadi cemas: “Memang mama angkatku …”
“Lancang!” Axel menggebrak meja dengan marah: “Nara, kau benar-benar keterlaluan. Apakah kau
masih mempunyai rasa terima kasih di hatimu!”
Alina semakin meraung: “Reva, kau menipu putriku sampai seperti ini, kau … kau benar – benar tak
tahu diri!”
“Bos Kosasih, anda jangan marah. Adikku itu tertipu oleh pecundang itu!” Hana meminta maaf
berulang kali.
Nara marah dan ingin menjelaskan, tetapi Reva dengan lembut menarik ujung bajunya.
Empat orang di rumah itu benar-benar ditipu mentah – mentah oleh bos Kosasih. Dijelaskan juga tak
ada gunanya.
Selain itu, Reva juga tidak peduli siapa yang mendapatkan kredit atas masalah ini. Dia tak peduli
dengan sikap Axel dan Alina terhadapnya. Menurut Reva selama Nara bersikap baik padanya itu
sudah lebih dari cukup.
Nara masih merasa kesal tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada gunanya untuk terus berdebat.
Axel sambil tertawa berkata: “Boss Kosasih, anda jangan marah. Anak ini terlalu jujur dan mudah
ditipu. Aku akan menyuruhnya meminta maaf kepadamu!”
Bos Kosasih berkata perlahan: “Karena Kakak Axel dan Alina sudah berkata begitu maka demi kalian
aku akan memaafkannya.”
“Aduhh, bos Kosasih ini benar-benar murah hati sekali!” ujar Alina sangat gembira: “Nara, cepatlah kau
minta maaf kepada bos Kosasih!”
Nara menggertakkan giginya dan tidak berbicara. Bos Kosasih terkekeh: “Tidak apa apa tak perlu
minta maaf. Bagaimanapun juga direktur Shu ini masih belia, jangan mempersulit dirinya.”
“Atau lebih baik begini saja direktur Shu, mari kita minum segelas anggur dan menganggap masalah
ini tak pernah ada?”
Nara menghela nafas. Alasan ini masih bisa diterima.
Dia mengambil gelas anggur dan hendak meminumnya, tetapi bos Kosasih tersenyum: “Direktur Shu,
kalau kau minum seperti ini artinya kau tidak menunjukkan ketulusanmu.”
Nara terkejut: “Lalu bagaimana aku harus meminumnya?”
Bos Kosasih berkata sambil tersenyum: “Ini kan pertama kalinya kita bertemu tetapi aku merasa
direktur Shu dan aku sangat cocok.”
“Agar bisa lebih dekat lagi lebih baik kita bersulang dengan tangan menyilang saja!”
Begitu pernyataan ini keluar semua orang tercengang. Permintaan ini memang agak keterlaluan.
Reva terlihat sangat kesal. Tidak masalah jika dia barusan berbual kepada semua orang. Tetapi
sekarang dia begitu lancang meminta istrinya untuk minum bersama dengan tangan menyilang? Mau
cari matikah dia?
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Minumlah sampai kau mabuk!” Reva menggebrak meja lalu meraih kerah bos Kosasih dan
mengangkatnya kemudian meraung: “Apakah kau ingin mati!”
Bos Kosasih tercengang. Tadi ketika dia melihat Axel dan Alina memaki Reva, Reva tidak berani
membalas dan mengatakan sepatah kata pun. Dia pikir Reva adalah orang yang lemas dan tak tegas.
Itu sebabnya dia menjadi semakin berani memaksa dan menghina Nara.
Tetapi tak disangkanya amarah Reva begitu besar sehingga dia langsung meledak.
Dia tidak tahu bahwa naga memiliki sisik terbalik dan mereka akan marah jika menyentuhnya.
Dan Nara adalah sisik terbalik Reva!
“Reva, apa yang kau lakukan!” ujar Hiro dengan marah, “Lepaskan bos Kosasih!”
“Reva, cepat lepaskan!” Axel juga meraung.
Bos Kosasih mencibir dan membatin aku tidak peduli seberapa marahnya dirimu.
Tetapi semua orang di rumah ini sekarang telah berada di pihak aku, jadi kau juga tak bisa apa – apa
kan?
Tetapi kali ini Reva tidak mau menyerah.
Dia meraih tepi meja lalu langsung membalik seluruh meja itu dan meraung, “Diam kau bajingan!”
Seluruh makanan yang ada dimeja disiramkan ke atas kepala Hiro.
Reva mengibaskan tangannya untuk menampar wajah bos Kosasih dan bos Kosasih langsung
terlempar keluar.
“Jika kau berani tidak menghormati istriku lagi aku akan membunuhmu!”
Reva dengan dingin mengucapkan kalimat itu lalu berbalik dan meraih tangan Nara kemudian pergi
tanpa melihat ke belakang lagi.
Previous Chapter
Next Chapter