- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 79
Pagi-pagi sekali Reva sudah berjalan keluar dari taman Dragon Lake. Dia mengendarai sepeda listrik
ke rumah sakit.
Begitu dia tiba di pintu rumah sakit Reva melihat Jansen yang tampak cemas dari kejauhan.
“Tuan Lee, akhirnya anda telah datang!” Jansen bergegas mendekat dan berkata dengan suara
gemetar, “Aku sudah lama menunggu anda!”
Ekspresi Reva tampak acuh tak acuh. Jansen ini pernah mempersulit Nara sebelumnya jadi Reva tidak
mau beramah tamah dengannya.
Jansen tampak bingung: “Tuan Lee, aku.. aku mengaku salah untuk masalah waktu itu. Tolong.. tolong
bantu aku….
“Tuan muda Meng memecatku, tidak hanya itu saja tetapi … tetapi dia juga mengeluarkan
pengumuman bahwa bank lain tidak ada satu pun yang boleh mempekerjakanku…”
“Tuan Lee, aku telah bekerja di bank sepanjang hidupku. Pada usiaku yang sekarang aku tak mungkin
untuk beralih ke usaha lain. Jika aku kehilangan pekerjaan maka aku.. aku akan hancur.”
Akhirnya Reva mengerti masalah yang terjadi padanya dan dia tak bisa menahan tawa. Jack Meng
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtcukup tegas.
“Sekarang mengatakan ini semua sudah terlambat!”
Reva mengucapkan beberapa kata – kata itu langsung berjalan ke rumah sakit.
“Tuan Lee!” Jansen mengejarnya dengan terburu – buru lalu menyerahkan sebuah kartu: “Ada satu
juta dolar di kartu ini, tolong kau bantu aku untuk mengatakan yang baik – baik tentang aku di depan
tuan muda Meng…”
Reva meliriknya dengan setengah tersenyum, “Kau pikir aku kekurangan uang?”
Jansen menatapnya dengan canggung: “Tuan Lee, tolong bantu aku …”
“Aku membantumu lalu siapa yang akan membantu istriku?” Reva berkata dengan dingin.”Jika aku
tidak mengenal tuan muda Meng lalu apa yang akan terjadi pada istriku kali ini?”
“Ketika kau mempermalukan istriku pernahkah kau memikirkan betapa tidak berdayanya dia?”
Wajah Jansen tampak pucat dan dia menggertakkan giginya: “Reva, aku datang kesini untuk
memohon padamu karena tak ingin saling menyakiti. Kau jangan bersikap keterlaluan!”
“Biarkan aku memberitahumu yah, karena aku bekerja di bank maka aku masih menghormati tuan
muda Meng.”
“Tetapi jika aku sudah tak bekerja di bank lagi maka aku tak perlu lagi mengingat tentang tuan muda
Meng.”
“Huhh, aku mungkin tidak bisa melawan Jack Meng tetapi jika aku mau membunuhmu itu semudah
aku membalikkan telapak tanganku saja!”
“Apakah kau ingin kita berdua sama – sama rugi?”
Reva tersenyum: “Jansen, apakah kau sedang mengancamku?”
Jansen: “Benar sekali, aku memang sedang mengancammu!”
Reva mencibir: “Mari kuberi masukan kepadamu. Jika kau kehilangan pekerjaan setidaknya kau masih
memiliki nyawamu. Tetapi jika kau berbuat onar kau akan kehilangan nyawamu dengan mudah!”
“Kau kira kau sedang menakuti siapa hah?!” ujar Jansen dengan marah:”Reva, aku beritahu yah, jika
hari ini aku tak bisa kembali ke bank maka aku akan membuatmu tak pernah lagi melihat matahari
besok!”
“Silahkan, aku menunggumu!”
Reva mengucapkan tiga kata – kata itu dan pergi ke rumah sakit.
Jansen tampak kesal dan tiba-tiba mengeluarkan ponselnya: “Kakak kelima, masalah yang kuceritakan
kemarin itu kau lakukanlah untukku hari ini!”
Reva kembali ke kantornya dan langsung mengirim pesan kepada Kenji. Dia memintanya untuk
mengatur beberapa orang untuk melindungi Nara.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmReva sendiri tidak takut dengan ancaman Jansen.
Dia hanya khawatir Jansen akan mengambil tindakan terhadap Nara. Dan sekarang anak buah Kenji
akan melindunginya secara diam-diam jadi tak akan terjadi apa –
apa.
Pada siang harinya Reva mendatangi farmasi Shu dan menjemput Nara.
Mata Nara tampak sedikit bengkak. Sepertinya dia tidak tidur nyenyak tadi malam.
Reva tersenyum dan berkata, “Ada apa? Jangan – jangan kau memikirkanku sepanjang malah
sehingga tak bisa tidur nyenyak yah?”
Pipi Nara merona dengan malu dan dia meninju Reva dengan ringan: “Siapa yang memikirkanmu! Aku
menonton TV hingga larut malam!”.
“Ha ha ha…..”
Setelah beberapa saat, Nara mencondongkan tubuhnya ke Reva dan berkata:”Reva,
bagaimana..bagaimana jika aku membeli rumah saja dan kita tinggal bersama saja!”
“Tidak perlu!” kata Reva dengan lembut, “Masalah rumah, aku sudah menyiapkannya.”
Previous Chapter
Next Chapter