- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1227 Lathan yang Tidak Tahu Apa–Apa
Bianca malu. Dia tahu kali ini Qiara menang, sehingga hanya bisa cemberut dan bergumam sedih, “Iya, Ayah.”
Maggy berusaha menghiburnya. “Bukankah Ibu sudah memberimu kartu kredit? Kamu bisa membeli apa pun yang
kamu butuhkan.”
Bianca menggigit bibirnya. “Saya tidak ingin menghambur–hamburkan uang dengan percuma,
Ibu.
“Tetapi siang tadi, kamu pulang dengan membawa dua kantung pakaian. Saya tebak setidaknya harganya sekitar
dua puluh juta!” Qiara mengungkap kebohongannya tanpa ada yang tertinggal.
Bianca memelototinya dengan muram. “Qiara, Ayah sudah mengizinkan saya belanja.”
“Cukup. Sekarang kita makan malam,” ucap Biantara.
Bianca melirik Anika sebelum secara diam–diam mencabut sehelai rambutnya dan memasukkannya ke dalam
mangkuk sup di sebelahnya.
t
“Astaga! Apa ini? Sehelai rambut?” Beberapa saat kemudian, tepat ketika menyeruput supnya, dia sengaja
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmenyendok rambut dari mangkuk itu dan berseru, “Ayah, Ibu, saya jijik sekali! Saya hampir menelan sehelai
rambut!”
Qiara melirik dan Bianca langsung membungkus rambut itu dengan tisu dan melemparnya ke atas meja. “Saya
tidak mau makan sup ini lagi. Ayah Ibu, kalian jangan memakan sup itu. Menjijikkan.”
Anika panik dan langsung membela diri. “Tuan dan Nyonya Shailendra, saya selalu memakai pelindung kepala
setiap kali menyiapkan makanan.
“Apakah kamu ingin mengatakan bahwa itu adalah rambut saya?” Bianca mengamuk.
Qiara memerhatikan rambut Bianca yang berwarna cokelat sebelum mengamati helai rambut yang dilempar ke
atas meja. Dia berdiri dan mengambil tisu beserta rambut itu. Dia tidak keberatan mengotori tangannya saat
mengamati helai rambut dengan lebih teliti. “Ini rambutmu sendiri. Jangan membuat tuduhan palsu pada Nyonya
Prakoso.”
Wajah Bianca sekali lagi memerah. Dia tidak menyangka Qiara akan menengahi dan terus mengungkap
perilakunya. “Kamu hanya memendam kebencian karena Nyonya Prakoso tidak bersedia menjadi saksi mata
bagimu. Kamu menggunakan rambutmu sendiri untuk menjebaknya. Seharusnya kamu tidak bersikap sejahat itu,
Bianca.”
Anika menyampaikan sorot terima kasih pada Qiara. Meskipun tahu Bianca sengaja menjebaknya, dia hanyalah
anggota pengurus rumah tangga dan tidak bisa membela diri.
Maggy dan Biantara saling bertatapan sebelum menghela napas. Mereka pikir Bianca hanya sedikit manja, tetapi
dari penampilannya saat ini, dia mulai menunjukkan sisi jahat dirinya.
“Saya sudah kenyang,” ucap Bianca. Dia meletakkan sendok garpu dan pergi, tidak lupa berpura- pura seakan dia
sangat
sangat sedih.
Malam itu, Maggy datang ke kamar Bianca untuk menghiburnya. Bianca langsung meringkuk ke dalam pelukan
Maggy dan meraung karena merasa dibenci semua orang. Dia juga berkata mengenai penderitaannya saat tinggal
bersama orang tua angkat.
Hati Maggy melunak setelahnya. Meskipun malam ini Bianca melakukan kesalahan, Maggy sudah tidak terlalu
memikirkannya lagi.
Jumat pagi.
Lathan datang ke rumah membawa sebuket bunga mawar merah, tetapi Bianca bersembunyi di kamar, menolak
bertemu dengannya. Biantara yang menyambut dia masuk ke dalam rumah karena Keluarga Shailendra dan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmKeluarga Perwira sudah bersahabat lama.
“Bapak Shailendra, Ayah dan saya telah mendiskusikan semuanya semalam. Saya akan membatalkan pertunangan
dengan Qiara dan langsung bertunangan dengan Bianca setelahnya.” ucap Lathan dengan penuh harapan.
“Bagus. Kami juga mengharapkan hal yang sama.” Biantara mengangguk. Dia mulai menyadari bahwa dia dan
istrinya tidak bisa mengendalikan sikap Bianca, maka dia ingin membantunya untuk segera menikah.
Lathan kemudian naik ke lantai atas untuk bertemu Bianca. Dia sangat merindukannya.
Pintu kamar Bianca tertutup rapat walaupun Lathan sudah mengetuk sekian lama. Justru Qiara yang merasa
terganggu dengan suara bising itu. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Lathan sedang berdiri di depan
kamar seberang. “Dia tidak ingin bertemu denganmu, jangan mengetuk pintu kamarnya lagi.”
“Ada apa dengan Bianca?” Lathan kecewa. Seakan Bianca tiba–tiba berubah menjadi orang yang lain sama sekali
hanya dalam satu malam. Dia tidak peduli dengannya lagi sampai tidak ingin menemuinya.
Qiara mungkin satu–satunya orang yang tahu alasannya. Kesukaan Bianca adalah merampas semua yang Qiara
inginkan. Apabila Qiara sudah tidak menginginkannya lagi, maka Bianca juga kehilangan minatnya. Selalu seperti
itu, baik untuk urusan barang ataupun laki–laki.
Sekarang, Bianca sedang berkhayal untuk menggoda Nando!
Setelah itu, Bianca membuka pintu. Dia berdiri di pintu dengan penampilan yang sudah rapi, dan saat melihat
Lathan, dia merasa sedikit kesal. “Saya sudah bilang jangan datang ke rumah ini lagi. Kenapa kamu masih saja
datang?”