- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1249 Saya Sudah Dewasa Sekarang
Setelah memikirkan semuanya, Qiara menghubungi ibunya. Kali ini, Maggy–lah yang mengangkatnya.
“Hei, Qiara. Ibu terlalu kasar padamu tadi—”
“Bu, saya tidak akan pulang malam ini. Saya sudah dua puluh empat tahun, dan saya bisa. bertanggungjawab atas
tindakan saya sendiri. Saya juga percaya pada Nando.”
“Tapi-”
“Ibu tidak ikut campur saat Lathan dan Bianca bersama, jadi saya ingin meminta hal yang sama untuk saya dan
Nando.” Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, dia memutuskan panggilan itu.
Sementara itu di Kediaman Keluarga Shailendra, Maggy menghela napasnya sambil duduk di atas ranjangnya. Dia
terlalu protektif pada Qiara sejak kecil dan berpikir kalau wanita itu belum cukup dewasa untuk membiarkannya
hidup sesuai keinginannya. Saat memikirkan hal itu, dia memutuskan untuk membiarkannya mulai sekarang.
Qiara termenung sambil berdiri di balkon. Saat dia berbalik, dia melihat sosok tinggi yang tengah berdiri di samping
pintu. Sejak kapan dia ada di sana?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDia merasa sangat bingung dan langsung mengalihkan pandangannya. Saat dia mengingat apa yang baru saja
dikatakannya lewat telepon, dia merasa pipinya menghangat. Apa dia mendengar apa yang saya katakan?
“Apa kamu sudah selesai menelepon?” tanya Nando dengan santai.
Dia berharap pria itu tidak mendengar dirinya yang mengabaikan pertentangan dari orangtuanya dan bersikeras
tinggal bersamanya. Jika tidak, itu akan sangat memalukan.
Namun, dia tidak tahu kalau Nando memang sudah mendengar semuanya dan menghargainya dengan tidak
menunjukkan hal itu padanya. Dia terutama terkejut mendengar kalimat terakhirnya. Mereka baru mengenal
selama sepuluh hari dan wanita itu sudah sangat mempercayainya.
Setelah merenung sejenak, dia berkata, “Bagaimana kalau saya mengajakmu ke suatu tempat yang spesial untuk
makan malam nanti?”
“Ke mana?” Qiara mulai memikirkan makan malam mereka.
“Ke restoran yang dimiliki keluarga saya di tepi pantai. Saya bisa membawamu ke sana untuk menenangkan diri.”
Dia memutuskan untuk mencari cara agar wanita itu senang.
“Oke!” Qiara mengangguk setuju.
Saat itu, ponsel Nando berdering. Dia menatap layar ponselnya dan tersenyum sebelum berkata pada Qiara, “Saya
ingin mengangkat panggilan ini dulu.”
Setelah itu, dia membawa ponselnya dan masuk ke kamarnya.
“Hei! Keponakan kecil saya!”
“Paman Nando, saya tidak punya PR sore ini dan ingin datang ke rumahmu untuk bermain gim bersamamu.” Suara
anak–anak yang antusias itu terdengar dari seberang telepon.
Namun, Nando segera menolaknya. “Tidak, kamu tidak bisa datang kemari. Paman akhir–akhir ini sibuk dan tidak
punya waktu untuk bermain gim bersamamu.”
“Paman Nando, apa Paman ada di rumah? Saya akan datang ke sana.” Anak itu tidak mau menyerah semudah itu.
Dia jarang sekali memiliki waktu luang di sore hari, jadi dia sangat ingin datang ke sana.
“Jodi, bagaimana kalau kamu datang lain kali saja? Saya akan membawakanmu banyak makanan lezat, lalu kita
pergi ke taman hiburan, dan kita bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan.” Nando tidak ingin terlalu jujur, jadi
dia harus membujuk anak itu agar membatalkan niatnya. Jika tidak, semuanya mungkin akan berada di luar
kendalinya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Saya tidak mau. Saya ingin ke sana dan bermain. Saya akan meminta Pak Okta untuk mengantar saya ke sana
sekarang.” Anak itu memiliki penjaga pribadi, jadi dia bisa pergi ke manapun dan kapanpun yang dia mau dengan
hanya menyuruh penjaga pribadinya itu.
Nando memegang kepalanya dan mencoba mencari solusi. Dia bisa menolak permintaan siapa pun, namun anak
ini sangat lengket dengannya. Sebelum dia masuk sekolah dasar, dia akan datang setiap hari Sabtu dan menginap
di rumahnya. Jika dia tidak punya PR, dia pasti akan datang setiap akhir pekan.
“Bagaimana kalau begini saja? Apa kamu ingat Pak Julian? Dia punya set gim yang lengkap di rumahnya. Kenapa
kamu tidak ke sana saja?”
“Saya tidak bisa ke sana. Ayah saya tidak memperbolehkan saya untuk datang ke rumah orang lain sesuka hati
saya, jadi saya hanya bisa pergi ke rumahmu.” Jodi juga takut dimarahi oleh orangtuanya, jadi dia tertawa malu–
malu sebelum berkata, “Paman Nando, saya ke sana sekarang! Kita akan segera bertemu!”
Tanpa adanya kesempatan untuk menolak kunjungannya lagi, dia tidak punya pilihan selain meminta bantuan saat
dia melihat keponakannya sudah mengakhiri panggilan itu. Saat ini, siapa lagi yang bisa dihubunginya selain Julian?
Saat Julian menerima panggilan Nando, suaranya terdengar sedikit serak seolah dirinya baru bangun tidur. “Halo…”
“Julian, apa kamu punya waktu luang malam ini jam 8 malam?”
“Iya! Saya punya!”
“Bisakah kamu datang ke rumah saya secepatnya? Saya membutuhkan bantuanmu.”