- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 138
Tasya merasa wajahnya memerah karena amarah tatkala mendengar kata–kata kasar wanita itu.
“Kita masih rekan kera jadi aku tidak mau berdebar denganmu, Silakan pergi sekarang,” kata
Tasya yang menahan pintunya agar Irsi bisa pergi
“Aku akan memastikan agar kamu segera meninggalkan perusahaan ini, Tasya,” jelas Arsi yang sudah tidak takut
lagi mengungkapkan man vang sebenarnya.
Tasya menanggapi kaingi. Isi dengan cibiran, “Kita lihat saja, apa kamu memang punya keterampilannya
ANN memandang Tasya dengan tajam sebelum dia pergi. Di sisi lain, semakin Tasya memukukunya semakin dia
merasa marah, Dia membatin, Aku bisa saja menempati peringkat kenga kalau Elaun tidak mengacaukannya. Ah!
Menyebalkan sekali!‘
Dia sedang memeriksa rancangannya ketika Maya mengetuk pintu dan masuk dengan seorang gadis di
belakangnya. Si gadis yang berada di belakangnya mengenakan segala rupa pakaian serta aksesoris bermerek
sistemnya. Maya, memberi tahu dirinya, “Gadis ini bilang kalau dia mau bertemu dengan Anda. Nona.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtBegitu Mava mengumumkan kedatangan si gadis, asisten Tasya itu memandangi si pengunjung dengan kagum
Gadis itu membawa salah satu model terbaru tas tangan bermerek! Sementara inu. Tasya menatap si gadis dengan
terkejut. Dia sama sekali tidak tahu siapa gadis itu, jadi dia berdin dengan sopan.
“Halo. Bolehkah saya tahu kenapa Anda ingin menemui saya?”
Lia Puspitasari mengamati kantor Tasya sejenak sebelum mengarahkan pandangannya pada bunga mawar
berwarna biru yang diletakkan di atas kursi di pojok. Matanya sedikit memperlihatkan kecemburuan sebelum dia
berbalik menatap Tasya dengan angkuh.
“Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Lia Puspitasari, saya di sini untuk membicarakan pertunangan Anda
dengan Nando.”
Mendengar itu, Tasya langsung paham akan situasinya. Wanita bernama Lia Puspitasari ini bukan tam irtapi dia
berada di sini untuk menimbulkan masalah. Sebelum Thsya sempat mengatakan sesuatu, Lia mengeluarkan kartu
Nilver sebelum melemparkannya ke meja Tesya, “Ini 140 miliar. Saya mau Anda meninggalkan Nando.”
Tasya terdiam saat dia melihat kartu silver yang diberikan dan tatapan Lia yang begin menghina. Entah kenapa,
Tasya merasa dipermalukan dan tersinggung. Dia lalu mendorong kartu iru
kembali pada Lia, “Saya tahu Anda punya banyak uang, Nona Lia. Hanya saja, saya tidak membutuhkan uang Anda
ini.”
“Tinggalkan Nando atau aku akan melakukan sesuatu yang buruk padamu,” ancan Lia sambil menekankan
tangannya di atas meja tatkala dirinya menatap Tasya dengan tatapan jahat.
Akan tetpai, Tasya tidak merasa takut dan hanya berdiri agar dia bisa berbicara dengan Lia dari mata ke mata dan
berbicara, “Anda kelihatannya cukup percaya diri, Nona Lia. Kenapa Anda tidak memberi tahu saya begitu Anda
memenangkan hati Nando? Lagi pula, Anda terlihat cukup percaya diri. diri. Tidak ada gunanya mengancam saya
sekarang.”
“Kamu!”
Wajah Lia memerah saat Tasya berjalan ke pintu dan membukakan pintunya untuk dirinya, “Silakan, Nona Lia.”
Lia memelototi Tasya sekali lagi sebelum dia keluar dan membanting pintu di belakangnya.
Tasya menghela napas panjang — wanita itu akhirnya mengerti apa maksud Elan saat terakhir kali mereka
berbicara di pesta makan malam. Pria itu sudah menyuruhnya untuk menjauh dari Nando, pria itu bilang kalau
Tasya akan menyinggung orang lain bahkan kalau dia tidak bermaksud.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTasya membatin, ‘Sepertinya aku baru saja menyinggung salah satu dari orang–orang itu. Kenapa aku harus pergi
ke pest aitu? Semua ini tidak akan terjadi kalau aku tidak pergi ke acara tersebut.
Wanita itu baru saja kembali duduk saat ponselnya berdering. Ternyata, ayahnya memanggilnya, “Halo, Ayah.”
“Kamu sedang ada waktu kosong. Tasya. Aku mau kamu pergi ke suatu tempat bersamaku,” kata Frans.
“Apa itu penting, Ayah?”
“Anu, akan sangat membantu kalau kamu mengelola perusahaan ke depannya. Ayah akan tiba di kantormu
sebentar lagi. Kamu harus libur hari ini dan ikut dengan Ayah!” perintah sang ayah dengan tegas.
“Akan tetapi, Ayah, aku ...” Tasya memprotes sang ayah.
“Ini kesempatan bagus, Tasya. Ayah tidak mau kamu melewatkan ini. Turun sekarang juga!” seru Frans.
Wanita itu lalu melihat ke arah jam. Waktu menunjukkan pukul 14.50 dan dia baru saja mengirim rancangannya ke
Felly. Jadi, dia tidak pekerjaan. Akhirnya, dia menelepon Felly, “Aku hari ini akan libur ya, Felly.”
Setelah mengajukan cuti setengah harinya, Tasya mengambil tasnya dan menuju ke lantai bawah. Sementara itu,
Roy menatap pria yang sedang menyaring dokumen di kantor presiden, “Pak Elan, Pak Lukas Gunawan mengambil
alih peran presiden kali ini, tetapi dia tampaknya memiliki kontaknya sendiri dalam hal bahan bangunan. Saya rasa
Anda mungkin perlu pergi ke sana untuk menyambut mereka langsung.”
Previous Chapter
Next Chapter