- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 143
Sambil menyipilkan matanya, Elan bertanya dengan suara yang jelas dan penuh rasa ingin tahu, “Bagaimana
caranya kamu berniat membayarku kembali?”
Dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya, pria itu melanjutkan dengan penuh harapan, “Apa kamu seiuju
menikahiku agar aku bisa membanutu ayahmu tidak sama dengan membantu calon ayah mertuaku?”
Pertanyaan si pria cukup membuat Tasya menarik napas dalam–dalam. Ide gila itu namanya!
“Aku tidak bisa menikahimu. Tolong minta yang lain saja!” kata si wanita sambil membalikkan kursinya dan mulai
mencoret–coret di buku catatannya.
Raut muka Elan berubah menjadi muram di saat itu juga. Apa Tasya sangat tidak menyukainya?
len
“Beri aku sesuatu yang bisa aku penuhi.” si wanita mengingatkan karena dia tidak bisa menjanjikan pria itu sesuatu
yang tidak bisa dia penuhi.
Tatkala Elan menatap wajah Tasya yang halus dari samping, dia tiba–tiba menjadi tenang. TKadang–kadang,
prosesnya jauh lebih menyenangkan daripada hasilnya.
“Baiklah, kalau begitu. Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan makan di tempatmu.”
Permintaannya itu adalah sesuatu yang Elan yakini bisa ditepati Tasya. Sementara itu, alis Tasya berkerut menjadi
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsatu. Meskipun permintaan si pria belum melewati batas, permintaan pria itu masih membuat semuanya menjadi
rumit baginya.
Makan malam di tempatnya? Tasya merasa kalau permintaan Elan makan di tempatnya adalah metode
pembayaran yang cukup baik mengingat dia tidak punya uang untuk membayar pria kaya itu dan si pria juga tidak
membutuhkan uang,
“Kalau kamu tidak mau, tidak apa–apa megingat aku membantu ayahmu sebagai pembayaran kepada ibumu.”
Melihat si wanita yang tetap diam, Elan bangkit dari kursinya dan akan pergi. Dalam seketika, Tasya menolehkan
kepalanya menyetujui permintaan pria itu, “Baiklah, kamu bisa makan di tempatku, tetapi kamu harus berjanji
kalau kamu akan menjaga perilakumu dan tidak melakukan apa pun padaku.”
“Aku tidak tertarik pada wanita,” si pria berkata bohong dengan muka tanpa ekspresi.
Terpana karena keberanian Elan, Tasya sampai menganga. Tidak tertarik pada wanita, katanya? Apa pria itu sudah
lupa kalau si pria memaksakan diri untuk berciuman dengan dirinya? Meskipun begitu, kalau dirinya bisa membalas
Elan atas bantuan yang pria itu berikan pada ayahnya dengan memberinya makan malam, Tasya akan merasa
lebih baik.
“Baik, anggap saja itu sebagai ukuran kepercayaan,” Tasya akhirnya membalas sebelum dia bangkit dari tempat
duduknya dan mendorong pintu ruang rapat untuk pergi keluar.
“Mulai malam ini dan seterusnya,” kata Elan dengan nada lembut di belakangnya.
Tanpa berbalik, Tasya menjawab, “Baiklah.”
Setelah kembali ke ruangannya, Tasya menyandarkan kepalanya ditangannya. Merepotkan sekali! Apaitu artinya
dia harus menyambut Elan dengan meja penuh hidangan mulai sekarang kapan pun si pria mau makan di
tempatnya? Namun, kalau dibandingkan dengan bantuan yang dia tawarkan kepada ayahnya, ini adalah
pembayaran yang cukup ringan. Yah, wanita itu harus menerima Elan. Lagi pula, tidak akan ada bedanya memasak
untuk satu orang lagi.
Di saat itulah, Maya mengetuk pintunya dan masuk ke ruangannya dengan folder dokumen sambil berkata,
“Ini adalah informasi klien yang dikirim oleh Bu Felly, Nona Tasya. Mohon diperiksa!”
Tasya terpaksa mengulurkan tangannya untuk menerima folder dokumen. Begitu si wanita membuka halaman
pertama dokumennya, matanya terbelalak. Bagaimana bisa kliennya orang itu?
Kliennya tidak lain adalah Lia Puspitasari, seperti yang dijelaskan dalam folder informasi. Dokumennya
mencantumkan latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan bahkan fakta bahwa dia adalah putri dari
perusahaan besar katering domestik pertama.
Bagi Tasya, sudah jelas kalau Lia ada di sini untuk mencari masalah dengannya. Pertemuan mereka yang berakhir
tidak bahagia tidak diragukan lagi membuat Lia mencari cara lain untuk mempersulitnya. Di saat itulah, Felicia
menelepon untuk mendesak Tasya, “Hubungi klien secepatnya, Tasya. Dia pasti memilih kita karena dia percaya
pada kemampuanmu, jadi kita tidak bisa mengecewakannya.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTasya tertawa pahit di dalam hatinya. Tidak peduli sehangat apa pun dia menerima Lia, wanita itu mungkin belum
tentu bisa melihat pesanannya. Meskipun begitu, Tasya masih menjawab, “Baiklah, saya akan segera
menghubunginya.”
Lalu, Tasya mengambil ponselnya, mencari nomor teleponnya yang benar, dan memutarnya.
“Siapa ini?” sebuah suara malas bertanya di ujung telepon.
“Selamat pagi. Saya Tasya Merian, seorang desainer dari Atelir Perhiasan Jewelia. Saya ingin menanyakan kapan
Anda mau bertemu untuk membahas arah desain perhiasan Anda. Nona Lia.”
“Oh! Bagaimana kalau besok pagi? Kamu harus bersiap–siap untuk semua yang kamu butuhkan dan tidak
mengecewakanku!”
Kalimat terakhir Lia bernada sombong
“Tentu saja. Haruskah saya memilih tempat pertemuan?”
“Tidak, aku akan menghubungimu Kamu bisa datang sat waktunya tibal”
Dengan begitu, dia mengakhiri teleponnys Scientian. Theyandak punya pilihan
Previous Chapter
Next Chapter