- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 149
Kini, seorang pelayan menghampiri untuk memberi tahu Tasya. “Ibu Tasya? Ibu Lia menunggu Anda.”
“Ya, saya Tasya,” Tasya menjawab sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Silakan ikuti saya.” Pelayan itu memberi isyarat mengajak.
Setelah melangkah ke dalam kafe, Tasya melihat Lia dan seorang wanita lain duduk di meja dekat jendela dan
mengobrol saat ini. Sepintas, jelas bagi Tasya bahwa wanita itu sama kayanya dengan Lia dan berdandan untuk
menunjukkan status yang setara.
“Ah, desainernya sudah datang! Silakan duduk! Bawa kopinya, perintah Lia pada pelayan.
Pelayan itu segera mengangguk. Tasya baru saja duduk ketika secangkir kopi diletakkan di depannya. Dia
memandang ke arah Lia, dia menanggapi. Terima kasih untuk kopinya. Bu Lia.”
“Sama–sama. Kalau begitu, mari kita bicara tentang desain! Saya ingin memesan perhiasan pertunangan untuk diri
saya sendin–sesuatu yang sesuai dengan status saya. Saya harap Anda tidak akan mengecewakan saya.
“Tolong sampaikan pendapat Anda pada saya. Saya memiliki beberapa gaya untuk Anda pilih.” Tasya mengulurkan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇttangannya untuk mengambil dokumen
“Hmmm, saya klien di sini. Yang saya inginkan adalah desain Anda. Apa gunanya saya memilih Anda?”
“Saya masih harus tahu apa yang Anda suka agar saya memiliki petunjuk untuk desain itu.”
“Yang aku suka itu sesuatu yang unik, cantik, dan sesuai dengan keperibadian saya. Selebihnya terserah Anda. Lagi
pula, apa Anda tidak tahu cara ineneliti hal yang saya suka? Anda bisa mencari informasi tentang saya!” Lia
bersandar dengan malas di kursinya dengan ekspresi arogan
di wajahnya.
Tasya tercengang menatap Lia selama beberapa saat. Sekarang, dia akhirnya mengerti itu. Lia tidak ingin
memberikan petunjuk atau membicarakan gagasan apa pun untuk desain tersebut. Lia ingin Tasya muncul dengan
sebuah gagasan rancangan yang tiba–tiba datang entah dari mana yang dapat memuaskan Lia.
“Maaf, Bu Lia. Saya rasa saya tak bisa menerima pesanan Anda. Silahkan cari desainer lain!” Tasya tak ingin
berada di situ lebih lama. Lagi pula, Seberapa pun usaha yang dia curahkan, dia tidak akan mendapatkan uang Lia.
Begitu Tasya mengambil tasnya dan hendak berdiri, wanita di samping Lia mencibir. “Sikap macam apa ini?”
Apakah semua desainer dari Atelir Perhiasan Jewelia seperti ini? Aku tentu baru
tahu hari ini.”
***Tahukah Anda kalau saya telah menandatangani kontrak dengan perusahaan Anda, Tasya Merian? Jika Anda
tidak merancang untuk saya, saya bisa menuntut perusahaan Anda karena melanggar kontrak. Sepertinya mereka
harus membayar cukup mahal untuk itu! Tiga kali lipat dari deposit! Dan saya membayar deposit dua miliar rupiah,
Kata Lia dengan angkuh dari
belakang Tasya..
Langkah Tasya terhenti oleh kata–kata itu. Lia tentu tak akan membuat semua urusan menjadi terlalu mudah.
Begitu Tasya berbalik, dia mengusulkan, “Jika Anda mau mendiskusikan rancangan itu dengan saya, Bu Lia, kita
bisa terus bekerjasama.”
“Kita sedang mencoba mendiskusikannya!”
“Maksud saya mendiskusikannya dengan sungguh–sungguh dan tulus”, jawabnya dingin.
“Saya klien Anda. Tasya. Bagaimana Anda bisa bicara dengan nada seperti itu pada saya? Tidakkah Anda takut
kalau saya mengajukan keluhan tentang Anda?” Lia bertanya dengan agak marah.
Tasya duduk kembali di tempatnya, dia menatap mata angkuh Lia. “Tentu Anda punya hak untuk mengajukan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmkeluhan tentang saya. Jika saya mengecewakan, Anda bisa mengajukan keluhan sesuka Anda; jika Anda ingin
mempersulit saya, maka kita tidak perlu lagi membuang–buang waktu kita masing–masing.”
Lia tersenyum dingin. “Kalau begitu biarkan saya berterus terang. Tinggalkan Nando atau tingalkan Jewelia. Pilih
salah satu.”
Mendengar itu. Tasya tak bisa menahan perasaan tergelitik. “Saya khawatir bukan Anda yang memiliki kemampuan
untuk membuat saya meninggalkan Atelir Perhiasan Jewelia. Bos sava yang bisa.”
“Kalau begitu, saya akan membuat Anda tak bisa bertahan di dunia desain perhiasan.” Lia mencibir.
“Jangan meremehkan apa yang bisa saya lakukan.” |
“Tasya Merian, bukan?” Wanita di sebelahnya bertanya dengan sombong. “Kami hanya perlu menyebarkan ke
dunia desain perhiasan untuk klien di kelas atas untuk berhenti memperkerjakan atau membeli desain Anda.”
Namun, Tasya tidak mudah ditakut–takuti. Dia memberitahukan sambil tersenyum, “Ya sudah, melanggar kontrak
jadinya! Saya akan lunasi saat saya kembali Jewelia.”
“Apa yang mau Anda pamerkan, Tasya Merian? Bukankah Anda tidak punya modal untuk itu? Dan satu lagi sebelum
Anda pergi – kita akan bayar sendiri–sendiri hari ini, jadi Anda bisa membayar sendiri kopi Anda. Lia meneriakinya.
Tasya tidak gentar, berdiri dan berjalan menuju konter untuk bertanya kepada petugas, “Berapa harga kopi saya?“
Previous Chapter
Next Chapter