- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 167
“Um... Iya... Aku ada waktu besok,” jawab Tasya sambil melirik Elan yang sedang mengemudi.
“Aku tahu kamu biasanya sibuk malamnya karena harus mengurus anak. Kamu pasti tidak bisa kalau malam hari.
Jadi, aku mengajakmu makan siang saja. Sudah diputuskan kalau kita akan makan siang besok.”
“Baiklah, Bu Hana,” Tasya langsung setuju. Lagi pula, illi adalah pertama kalinya Hana mengajak dia makan siang.
Tidak sopan kalau menolak.
“Baiklah, aku akan menghubungimu lagi besok. Kamu pasti sibuk sekarang. Sudah, itu saja.”
“Tentu. Sampai jumpa besok.” Setelah mengatakan itu, dia menunggu Hana menutup telepon sebelum menghela
napas lega. Kemudian, dia melirik
Elan dan bertanya, “Kenapa ya nenekmu tiba–tiba mengajakku makan? Apa dia cuma ingin mengobrol
denganku?”
“Kemungkinan dia ingin bicara tentangmu dan Nando.” Elan terus menatap ke jalan. Wajahnya yang tampan tidak
menunjukkan ekspresi apa pun.
“Kenapa?” Tasya mengerjap karena bingung.
“Karena Nando melamarmu dan nenekku menganggapnya serius. Kemungkinan besar dia ingin membicarakan
soal persiapan pernikahan.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Apa? Serius?” Tasya terkejut mendengar jawaban pria itu. Apa neneknya benar–benar menganggap lamaran itu
serius?
“Kamu sendiri yang membuat masalah. Jadi, kamu harus menanggung konsekuensinya, ‘kan?” jawabnya dingin
seraya mendengus.
Tasya menggigit bibirnya yang merah. Semua orang benar–benar menganggap serius lamaran itu. Namun, tidak
ada yang tahu kalau dia sudah menjelaskan situasinya secara pribadi pada Nando.
“Lalu aku harus apa? Aku tidak berniat menikah dengan Nando.” Wanita itu menghela napas pasrah. Dia tidak
berniat mengganggu pernikahan Nando di masa depan.
“Tasya, katakan sejujurnya. Bagaimana perasaanmu terhadap Nando? Kamu menyukainya atau tidak?” Kebetulan
mobil Elan berhenti di lampu merah.
Jadi, dia mengalihkan pandangannya pada Tasya.
Ditatap seperti itu, Tasya menggigit bibir. “Aku hanya menganggapnya teman. Aku suka kepribadiannya yang lucu
dan menyenangkan. Aku juga suka gaya hidupnya yang santai dan ceria, tetapi aku tidak ada niat untuk menikah
dengannya. Aku menyukainya, tetapi aku tidak mencintainya.”
Setelah mengatakan itu, Tasya tiba–tiba menyadari sesuatu dan menoleh menatap Elan. “Kenapa juga aku
memberitahumu?”
Bibir pria itu itu melengkung menjadi senyuman. “Kamu sudah mengatakannya padaku. Jadi, alasannya sudah tidak
penting lagi.”
Elan memberi kesan sulit didekati, dingin, dan berjarak dengan orang lain, tetapi entah mengapa, Tasya bisa
memercayai pria itu. Entah sejak kapan.
“Aku tidak mau membahas ini sekarang. Aku harus mencari cara untuk menjelaskan pada nenekmu besok.” Tasya
menghela napas menyadari
dirinya dalam masalah.
Setelah mendengar itu, Elan mengangkat alis dan memberi saran, “Aku punya ide.”
“Coba beri tahu aku!” Wanita itu tidak sabar untuk mendengar ide pria itu.
Rencana yang dia sarankan memang sangat mudah. “Bilang saja pada Nando dan nenekku kalau kamu
mencintaiku.”
Mata indah Tasya sedikit terbelalak. Namun, dia kemudian tertawa mengejek. “Jangan mimpi!”
Hanya saja, reaksinya itu tidak berpengaruh apa–apa. Pria di sebelahnya sama sekali tidak kesal atau marah.
Justru, senyumnya makin lebar. “Kalau begitu, aku saja yang bilang pada mereka kalau aku cinta padamu.”
“Jangan! Jangan melakukan hal-hal seperti itu! Situasinya sudah cukup rumit Kumohon jangan memperburuk
situasi, oke?” Tasya tiba–tiba berpikir kalau pria itu memang sengaja membuatnya dalam masalah
Saat itu, sekolah jodi sudah mulai terlihat. Elan tiba–tiba menoleh “Aku
akan masuk untuk memanggil Jodi. Kamu tunggu saja di mobil.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmNamun, Tasya tidak ingin merepotkan pria itu. Jadi, dia menjawab, “Jodi itu anakku. Biar aku yang turun dan
menjemputnya.”
“Aku sudah janji padanya tadi pagi kalau aku yang akan menjemputnya sore ini. Aku harus menepati janji.” Setelah
mengatakan itu, Elan membuka pintu mobil dan keluar.
Tasya tidak punya pilihan selain tetap duduk dan menunggu di mobil. Sebenarnya, dia bisa saja ikut turun dan
masuk bersama, tetapi entah mengapa dia malu. Lagi pula, mereka bukan pasangan suami istri sungguhan. Elan
pernah berpura–pura menjadi ayah Jodi dan datang saat acara olahraga. Kalau nanti ada orang tua anak lain yang
mengajak mereka mengobrol, suasananya akan terasa canggung.
Pada akhirnya, Tasya memutuskan untuk menunggu di mobil. Tidak lama kemudian, dia melihat Elan menggandeng
Jodi keluar gerbang sekolah. Sepertinya anaknya terlihat cukup senang karena dia berjalan sambil melompat–
lompat kecil.
Saat melihat itu, senyum di wajahnya langsung mengembang. Melihat Jodi bahagia membuatnya bahagia juga.
“Mama!” Anak itu masuk ke mobil dan duduk di bangku khususnya. Elan menunduk dan mengencangkan sabuk
pengaman Jodi. Pemandangan itu benar–benar menunjukkan bahwa Elan ternyata adalah sosok ayah yang
penyayang.
Previous Chapter
Next Chapter