- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 172
Roy telah mengikuti kelas manajemen ekspresi wajah sebelumnya, tetapi kini dia tidak dapat menahan diri dan
tertawa keras. “Pak Elan, satu truk durian Musang King yang Anda pesan untuk Nona Tasya didistribusikan untuk
perusahaan. Masalahnya, Nona Tasya memberikan nama pemberinya dengan nama Anda.”
Wajah tampan Elan‘s sedikit kaku setelah mendengarnya. “Oh, begitu?”
“Ya. Apapun itu, rasa terimakasih semua orang tertuju untuk Anda.” Begitu Roy selesai berkata, dia langsung
menutup bibirnya dan tertawa sebelum menahan tawanya sambil menutup mulutnya sekali lagi.
“Tidak apa kalau mau tertawa.” Elan melirik tajam ke arah Roy. Aku hanya tidak menyangka Tasya begitu
dermawan dan benar–benar mendistribusikan semuanya.
Tiba–tiba, Elan mengingat sesuatu dan dia langsung mengambil ponselnya lalu menekan nomor neneknya.
“Halo, Elan. Ada yang mau kamu bicarakan denganku?” Suara Hana muncul.
“Nenek, aku ingin makan siang denganmu hari ini. Kita sudah lama tidak
bertemu.
“Aku lebih memilih makan malam bersama. Aku ada kencan makan siang hari ini.”
“Kencan makan siang seperti apa? Bolehkah aku ikut?”
“Sepertinya tidak bisa.” Hana berkata apa adanya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Hanya makan siang biasa.”
“Ya, aku akan berterus terang padamu. Aku akan kencan makan siang dengan Nando dan Tasya hari ini. Aku ingin
berbicara pada mereka tentang pertunangannya kapan lalu. Aku memutuskan bahwa ini saatnya menentukan
tanggal untuk mereka.”
“Libatkan aku untuk kencan makan siang itu, kalau begitu! Aku mau ikut makan juga,” Elan merespon dengan
senyuman.
“Baiklah. Aku tidak keberatan kamu ikut acara kami, tapi jangan berani beraninya kamu mengacau!”
“Jangan khawatir. Aku tidak akan melakukan itu.” Elan menarik bibirnya dan tersenyum. Aku tidak akan mengacau
karena toh acara ini tidak akan berjalan sesuai rencana.
Dalam sekejap mata, kini pukul 11.20 pagi dan Tasya melihat ke ponselnya dari waktu ke waktu, menunggu Hana
untuk menelepon terkait acara kencan makan siang.
Seketika itu juga, ponsel Tasya berbunyi dan dia dengan cepat melihatnya. Benar, Hana yang meneleponnya. Jadi,
dia menarik napas panjang sebelum menjawab teleponnya. “Halo, Nyonya Besar Hana.”
“Tasya, kamu bisa turun ke bawah. Mobilku akan sampai ke pintu masuk kantormu.” Ternyata Hana sendiri yang
datang untuk menjemput Tasya.
Pada saat itu, Tasya merasa cukup tersanjung sehingga dia tersenyum. “Baik. Aku akan ke bawah segera.”
Tasya berjalan keluar pintu masuk dan melihat sebuah mobil hitam terparkir di dekat pintu masuk, logo Rolls–Royce
yang terpampang besar tidak mungkin terlewatkan.
Sang supir secara pribadi langsung keluar untuk membukakan pintu bagi Tasya. Perempuan itu lalu
mengungkapkan rasa terima kasihnya, “Terima kasih.
“Sama–sama, Nona Tasya,” balas supir itu.
Begitulah, Tasya masuk ke bagian belakang kursi penumpang dan melihat bahwa Hana mengenakan pakaian
elegan yakni dress berwarna ungu gelap dengan hiasan tali emas. Kancing dress tersebut terbuat dari ruby, dan
jelaslah bahwa pakaian ini dijahit dengan tangan, dipesan dengan khusus,
“Halo, Nyonya Besar Hana!” Tasya menyapa Hana.
“Kita sudah beberapa hari tidak bertemu. Apa yang terjadi pada jarimu?”
Hana segera mengetahui jari Tasya yang diplester.
“Tidak apa–apa. Aku secara tidak sengaja melukai diriku sendiri.”
“Apakah lukanya cukup parah?”
“Tidak begitu parah. Hanya luka kecil.” Tasya menarik bibirnya dan tersenyum.
Mendengar hal itu, Hana mengangguk. “Cobalah berhati–hati lain kali.” Usai berkata demikian, perempuan tua itu
melihat ke luar jendela, ke arah gedung di depan. “Apakah kam bekerja di sini?”
“Iya.”
“Bagus. Elan sudah mengambil alih perusahaan ini, jadi tempat ini adalah bagian dari bisnis keluarga kami
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmskearang. Akan lebih mudah bagi kami untuk membantumu kelak.”
Sementara itu, Tasya merasa cukup tidak tenang. Elan tidak hanya mengambil alih Atelir Perhiasan Jewelia demi
membantu pegawai rendah macam Tasya, tetapi dia juga membeli Grup Mahkota Ratu yang ternama di dunia, grup
yang menyokong merk Atelir Perhiasan Jewelia .
“Nyonya Besar Hana, aku baik–baik saja, jadi tidak perlu bertindak begitu jauh untuk membantuku,” Tasya
menunjukkan rasa terima kasihnya dengan tulus.
“Kamu tidak perlu sungkan, nak. Kami berkewajiban untuk melakukan hal itu. Aku juga berusaha untuk menebus
diriku dengan cara membantumu. Hal itu membuatku menjadi sedikit lebih baik.” Mata Hana‘s berkaca–kaca saat
dia berbicara. “Aku akan selamanya berulang budi pada ibumu dan tidak ada yang dapat aku lakukan untuk
membayar penuh atas perbuatannya sepanjang kehidupanku ini.”
Terkejut, Tasya bertanya, “Nyonya Besar Hana, mengapa kamu berkata demikian?”
“Mungkin kamu tidak menyadarinya, tetapi kedua orang tua Elan meninggal bersamaan waktu itu dan aku
sendirian yang bertahan untuk mengurus keseluruhan Grup Prapanca. Di saat yang bersamaan, aku harus
membesarkan Elan kecil. Pada momen itu, aku menyandangkan segala
harapanku pada Elan. Jadi, jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku akan kehilangan pilar kekuatan hidupku
yang tersisa. Pengorbanan besar ibumu yang menyebabkan Grup Prapanca menjadi seperti sekarang.”
Previous Chapter
Next Chapter