- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 191
Meskipun Romi menganggap dirinya orang hebat, dia sadar bahwa dia masih jauh dibandingkan dengan Elan.
Romi merasa dunia ini tidak adil. Dia berasal dari keluarga miskin dan telah banyak berkorban untuk mencapai
kesuksesan, tetapi beberapa orang justru sudah dilahirkan di keluarga yang sukses dan berada.
Tasya adalah gadis yang dia sukai sejak pertama kali dia melihatnya. Setiap percakapan singkat yang mereka
lakukan, setiap nafas dan senyumnya semakin membuatnya candu dan jatuh cinta padanya lebih dalam lagi.
Namun saat ini, Romi mengcpalkan tangannya dengan kesal saat melihat orang yang dia cintai duduk bersama
Elan.
Saat Tasya hampir putus asa setelah gagal membuat Elan mengalah, tiba-tiba, seorang wanita paruh baya
memanggilnya, “Tasya, disini kamu rupanya! Ayo bantu aku sebentar.”
Tampak Pingkan yang tersenyum sangat ramah dan hangat padanya. Ini adalah sesuatu yang langka dan tidak
dilihatnya setiap hari.
“Ada yang perlu aku bantu?” tanya Tasya. Elan pun ikut berbalik dan melihat ke arah Pingkan.
Pingkan langsung terkejut saat melihat wajah Elan. Betapa sempurnanya wajah pria itu! Satu satunya kekurangan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpria itu adalah aura dingin yang terpancar di wajahnya yang sedikit menghalangi kesempurnaannya.
“Ini pasti tamu terhormat yang ayahmu bilang sebelumnya, Tuan Muda Elan!” Pingkan buru buru menyapanya,
“Halo, Tuan Muda Elan. Saya istri Frans, Pingkan Hikari. Saya harap Tuan dapat memaklumi jika ada sesuatu dari
tempat ini yang kurang berkenan di hati Tuan.”
Elan hanya membalas dengan anggukan ringan. Dia masih ingat bagaimana duo ibu dan anak menindas Tasya di
kantor saat itu. Kalau bukan karena acara yang sedang berlangsung saat ini, dia tidak akan bersikap sopan
padanya sekarang,
“Tasya, ikut aku sebentar. Aku perlu bantuanmu, ini sangat mendesak,” kata Pingkan yang berpura-pura terlihat
seperti ada sesuatu yang mendesak yang sedang terjadi.
Hari ini adalah perayaan perusahaan ayahnya, jadi Tasya pun tidak ingin melalaikan apapun, Lalu dia berkata pada
Elan, “Pak Elan, saya pergi dulu ya sebentar. Silahkan menikmati acaranya.”
Begitu Tasya berdiri dan pergi, Pingkan langsung berbalik dan memberi isyarat pada putrinya.
Alasan sebenarnya Pingkan memanggil Tasya adalah untuk mengusirnya pergi agar putrinya mempunyai
kesempatan untuk dekat dengan Elan karena dia adalah target mereka yang sebenarnya malam ini.
Sementara itu, Elsa yang berdiri tidak jauh dari sana tampak bersemangat mual melihat isyarat ibunya Dia ingin
cepat-cepat berlari menghampiri Elan. Dia menatap cermin yang ada di sampingnya dan menatap pantulan cirinya
kelama beberapa saat kemudian, dia sengaja menurunkan baju di bagian dadanya dan mendorong dadanya ke
atas, lalu berjalan ke arah Hilan
dengan langkah menggoda.
Setelah semakin dekat dengan pria itu, nafas Elsa semakin terengah-engah, apalagi saat melihat tatapan tajam
pria itu. Cambangnya yang rapi dan wajahnya yang begitu tampan membuatnya semakin jatuh cinta pada pria
karismatik itu
SCI
Elsa menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan nada termanis yang dia punya, “Halo, Tuan Muda Elan.
Karena saudara saya sedang sibuk, ayah meminta saya untuk menemani Tuan sebentar.”
Elsa duduk di kursi tempat Tasya duduk sebelumnya sambil menatap pria itu. Seketika hatinya meleleh saat mata
mereka bertemu dan dia tidak tahu harus berkata
Dia ingin sekali berubah menjadi seorang putri hanya untuk menunjukkan sisi paling elegannya. Namun, dia tidak
sadar bahwa pria yang duduk di depannya ini telah menyaksikan pertarungan antara dia dan Tasya sebulan yang
lalu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Aku tidak butuh teman, terima kasih.” ucap Elan dengan nada dingin, lalu mulai sibuk dengan ponselnya.
“Apa Tuan ingin minuman? Saya bisa membawakannya untuk Tuan jika Tuan mau.”
“Tidak perlu.”
“Kalau buah? Ada beberapa buah yang baru dipotong di sana. Saya bisa,”
“Tidak.” Elan menyela kata-katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Meskipun Elsa tahu bahwa Elan adalah pria dingin dan sulit didekati, dia tidak menyerah begitu saja. Dia sudah
merasa puas hanya dengan dekat dengannya. “Kalau begitu, saya akan di sini bersama Tuan. Beri tahu saya jika
Tuan perlu sesuatu,” ucap Elsa sambil menopang dagunya dan menatap Elan dengan penuh kekaguman.
LIIT
Karena Elan tidak bisa membuatnya pergi, dia pun hanya bisa berdiam diri di hadapan wanita yang tampak
dimabuk asmara itu.
Sementara itu, Tasya yang sebelumnya dipanggil ke pantry tampak bingung. Disana, tidak ada bantuan apapun
yang dibutuhkan. Bahkan dia melihat beberapa pekerja yang duduk santai dan mengobrol.
Previous Chapter
Next Chapter