- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 204
“Semoga berhasil, Elan!” Nando berteriak dari seberang halaman dan mengangkat kepalan tangannya ke udara
untuk menunjukkan dukungan moral.
Mata Elan berkerut saat dia mengangguk pada pria yang lebih muda darinya itu.
Sementara Tasya sedang sibuk membantu Jodi mengencangkan sabuk pengamannya, jadi dia tidak melihat sesuatu
yang aneh terjadi di antara kedua sepupu itu.
Elan duduk di samping sopir sementara Tasya duduk di belakang bersama Jodi. Dia bersyukur dengan ruang kaki
yang cukup luas di sedan tersebut.
Mereka makan siang di restoran kelas atas untuk pertama kalinya di mana Jodi menyantap makanannya dengan
begitu lahap.. Ketika mereka selesai, anak kecil itu tiba–tiba meminta untuk
pergi ke museum, dan Elan menyetujuinya tanpa berpikir panjang.
Tasya hanya bisa ikut dengan mereka.
Roy pergi untuk mengawasi Jodi. Dia berpikir bahwa dia bisa mengasuh anak laki–laki itu dan memberi Elan dan
Tasya istirahat untuk menikmati waktu berdua
Saat Tasya baru saja masuk ke museum, ponselnya berdering. Itu adalah telepon dari Frans, dia mengangkatnya,
“Hei, Ayahı.”
“Apa Tuan Muda Elan baik–baik saja? Aku harap dia tidak mabuk pagi ini,” kata Frans cemas dari seberang telepon.
“Teman–temanku seharusnya tidak memaksanya meminum semua minuman keras itu.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt10
LLLLLLL
INIU
“Jangan khawatir, Ayah. Dia baik–baik saja,” Tasya meyakinkannya.
“Ngomong–ngomong, aku ingin tahu apakah Jewelia masih membuka lowongan saat ini. Elsa sedang berpikir untuk
bekerja di perusahaanmu.”
Tasya langsung mendengus mendengarnya. Ya, kelihatannya Elsa memang ingin bekerja. Namun, dia hanya ingin
mendekati Elan dan satu–satunya cara untuk melakukannya adalah dengan bekerja di perusahaannya.
“Maaf, Ayah, tapi menurutku Elsa bukan kandidat yang cocok untuk perusahaan.”
“Aku tahu dia bukan desainer, tapi dia bisa menjadi pegawai atau asisten atau semacamnya. Jarang sckali dia ingin
menjadi wanita bekerja Aku akan sangat menghargai jika kamu bisa membantuku menanyakannya kepada Pak
Elan, mungkin dia bisa mengaturnya untuk Elsa.”
“Ayah, aku tidak bisa begitu saja menanyakannya tentang hal–hal ini. Dia bukan penanggung jawab rekrutnien,”
bantah Tasya. Lagipula, dia tidak ingin melihat Elsa berkeliaran di tempat kerjanya.
Frans menghela nafas. “Yah, kurasa aku harus meneleponnya sendiri. Dia memberiku kartu namanya tadi malam.”
Tasya langsung panik. Sepertinya ayahnya ini bersikeras agar Elsa bekerja di Jewelia kurasa dia
mulai bosan membiayainya. “Baiklah, aku akan bertanya padanya tentang hal itu! Jangan meneleponnya sendiri,
Ayah,” ucap Tasya lelah. Dia tahu Frans tidak mau menerima jawaban tidak saat ini.
“Baguslah. Telepon aku dan beritahu aku hasilnya. Akhirnya, Elsa menganggap hidup ini lebih serius, dan kita harus
membantunya memulai dengan baik, kan?”
“Tentu,” jawab Tasya datar.
Setelah menutup telepon, Tasya menatap pria yang saat ini membawa putranya dari satu pameran ke pameran
berikutnya. Dia menghela nafas dan berjalan cepat ke arah mereka.
Elan membawa Jodi ke bagian museum favoritnya, yaitu pameran dinosaurus. Walaupun Tasya pernah
membawanya ke sini sebelumnya, Jodi masih bersemangat dan bersenang–senang.
Tasya memperhatikan Jodi yang berlari di samping tubuh Elan yang menjulang tinggi. Dia berpikir mereka tampak
seperti ayah dan anak. Sesekali Elan akan menggendongnya, dan terkadang membiarkan Jodi menariknya
berkeliling muscum. Terkadang juga Jodi mengajukan pertanyaan tentang artefak pada Elan dengan memiringkan
kepalanya ke satu sisi dengan rasa ingin tahu.
Di sisi lain, Elan tampak memainkan peran ayah yang begitu sabar saat menguraikan sejarah dan evolusi ilmiah
dinosaurus, dan Jodi mendengarkannya dengan seksama.
“Nona Tasya, bukankah menyenangkan melihat Pak Elan dan Jodi begitu akrab?” tanya Roy sambil menghampiri
tempat Tasya berdiri.
Tasya tersenyum dan mengangguk. “Benar! Jodi sangat menyukainya.”
“Saya pikir Pak Elan akan menjadi ayah yang luar biasa,” tambah Roy penuh arti.
11111
Tasya mengerti makna di balik kata–katanya, tetapi dia tahu bahwa dia dan Elan tidak akan bisa bersatu, dan kasih
sayang Jodi padanya hanya sementara.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSetelah mereka meninggalkan pameran dinosaurus, mereka pergi ke pameran lain yang disukai Jodi. Saat ini,
mereka berada di lantai tiga muscum. Ketika Roy berjalan ke arahnya, Tasya berkata, “Bisa bantu aku menjaga Jodi
sebentar? Aku perlu berbicara dengan Pak Elan berdua.”
“Baiklah,” kata Roy dengan senyum sopan.
Tasya kemudian berjalan ke arah Elan. “Pak Elan, ada sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu. Roy bisa
mengawasi Jodi sebentar.”
Elan melirik Roy dan menginstruksikan dengan dingin, “Jangan biarkan dia hilang dari pandanganmu.”
Setelah semuanya beres, Tasya membawanya ke ujung galeri yang lebih sepi di mana hampir tidak ada
pengunjung. Ketika Elan semakin dekat dengannya, dia mengerutkan bibir dan berpikir tentang bagaimana dia
akan mengungkapkan sesuatu. Dia tidak ingin berulang budi pada Elan lagi, tetapi tampaknya dia tidak dapat
menghindari itu sekarang,
“Ada apa?” Elan bertanya dengan lembut sambil menatapnya.
“Begini, ayahku ingin tahu apakah Jewelia masih membuka lowongan. Dia ingin adikku, Elsa, bekerja di sana,” jelas
Tasya sambil menatap Elan. Bahkan dalam pencahayaan redup, Tasya masih bisa melihat bidang pahat dan sudut
dari fitur tampannya, dan untuk sesaat, pikirannya tenggelam dalam mata magnet obsidian milik pria itu.
Previous Chapter
Next Chapter