- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 222
“Sepertinya Anda bekerja di dekat sini! Saya bekerja di Perusahaan Kristalia. Kalau Anda?”
“Saya kerja di Atelir Perhiasan Jewelia.”
“Wow! Tempat kerja kita dekat!” seru laki-laki itu.
Tasya menatap keluar jendela dan melihat gedung Perusahaan Kristalia yang ada di luar. Dia pun tersenyum dan
berkata, “Iya! Saya bisa melihat gedung kantor Anda dari sini!”
“Kalau begitu, saya akan menunggu Anda di depan gedung kantor Anda sekitar pukul 11:30. Nanti Anda bisa
mengambilnya.”
“Terima kasih banyak!”
“Sama-sama.”
Setelah itu, Tasya menutup teleponnya dan kembali ke ruangan rapat. Setelah rapat selesai, Felly mendekati Tasya.
“Kamu pasti mau mentraktirnya makan siang, benar kan?”
Tasya menganggukkan kepalanya. “Rencananya memang seperti itu.”
“Sepertinya dia tampan! Aku penasaran bagaimana wajahnya,” goda Felly.
Tasya pun juga merasa kalau laki-laki itu cukup ramah. Dia mengira kalau laki-laki itu adalah sosok pekerja keras.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPukul 11:20, Tasya turun dan menunggu laki-laki itu di depan gedung kantornya. Dia merasa lega karena bertemu
orang asing yang mau mengembalikan ponselnya.
Tak lama, sebuah taksi berhenti di depan pintu masuk dan Tasya melihat sesosok laki-laki berkemeja turun dari
taksi. Laki-laki itu tingginya sekitar seratus delapan puluh senti, tampan dan terlihat ramah. Dia terdiam sejenak
saat bertatapan dengan Tasya. Lalu dia mengedipkan matanya dan bertanya sambil tersenyum, “Apakah Anda
Nona Tasya?”
“Iya, benar.” ujar Tasya sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Kemudian, laki-laki itu mengeluarkan ponsel Tasya dari dalam tasnya dan memberikannya pada Tasya. “Ini
ponselnya. Anda bisa cek dulu apakah ada yang rusak. Saya menyimpannya di dalam tas saya.”
Tasya tersentuh. Tentu saja dia tidak akan mengeceknya karena dia sudah cukup
bersyukur ponselnya bisa kembali.
“Terima kasih banyak. Jika Anda tidak terburu-buru, bagaimana kalau saya mentraktir Anda makan siang?”
“Panggil saya Omar. Saya seorang programmer. Sayangnya, saat ini saya akan ada rapat. Jadi, maaf saya terpaksa
menolak ajakan Anda. Tapi, saya harap kita bisa berteman.” ujar Omar Surendra sambil menggaruk kepalanya,
terlihat jelas kalau dia malu-malu saat berbicara dengan seorang perempuan yang cantik ini.
“Baiklah. Kita bertukar nomor telepon saja. Lain kali akan saya traktir makan,” Ujar Tasya senang.
Setelah bertukar nomor telepon, Tasya melihat laki-laki itu naik taksi dan dia pun segera masuk ke dalam lobi. Dia
akui, Omar meninggalkan kesan yang baik baginya.
Apalagi, Tasya selalu suka dengan laki-laki yang rapi dan bersih sejak Tasya masih kecil.
Setelah Tasya kembali ke ruangannya, telepon kantornya berdering. Dia pun menjawabnya, “Halo, dengan Tasya.
Dengan siapa saya berbicara?”
“Ke ruanganku sekarang.” Sebuah suara khas milik Elan terdengar di ujung telepon.
Tapi, Tasya tidak mau bertemu dengannya. “Saya sedang sibuk bekerja, Pak Elan. Anda bisa mengatakannya
langsung di telepon.”
“Aku harus berbicara denganmu langsung.”
“Anda bisa mengatakannya sekarang, Pak.” ujar Tasya acuh tak acuh.
“Aku akan ke rumahmu saat makan malam.” Ujar Elan.
“Saya mau mengajak Jodi makan malam di luar malam ini.” balas Tasya.
“Kalau begitu aku ikut.” ujar Elan.
“Saya lebih suka makan malam berdua dengan anak saya.”
“Aku akan mentraktir kalian.” Desak Elan.
“Tidak perlu, terima kasih.” Setelah itu Tasya akan menutup teleponnya, tapi Elan menyela.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Aku mau memberitahumu kalau aku ada perjalanan bisnis selama seminggu.”
Kalimat Elan membuat Tasya terdiam sejenak. Dia akan pergi selama seminggu? Baguslah kalau begitu, aku tidak
akan bertemu dengannya selama dia pergi!
“Bukankah seharusnya Anda memberitahu Helen dan bukannya saya, Pak Llan yakin dia pasti merindukan Anda.”
Ujar Tasya daiar.
“Dan kamu tidak merindukanku?” tanya Elan.
“Tidak,” jawab Tasya tanpa berpikir panjang. Apalagi, dia sudah memutuskan untuk menjauh dari Elan.
“Kejam.” Setelah itu, Elan menutup teleponnya.
Reaksi Elan itu membuat Tasya terhenyak.
Pukul tiga sore, Tasya izin pulang lebih dulu untuk menjemput anaknya.
Saat dia tiba di sekolah Jodi, gerbang sekolah masih ditutup. Jadi Tasya menunggu di depan gerbang. Di saat yang
bersamaan, dia berpapasan dengan seorang Ibu yang dia temui kapan hari. Ibu itu mendekatinya.
“Hai, Nona Tasya. Hari ini Anda datang lebih dulu! Suami Anda tidak bersama Anda?”
Previous Chapter
Next Chapter