- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu Bab 244
Bab 244 Helen kini sengaja memamerkan hubungannya dengan Elan di hadapan Tasya. Namun, Tasya tetap
menyetujuinya dan dia berkata dengan acuh tak acuh, "Tentu, itu sama sekali tidak masalah.
Aku sendiri yang akan meninggalkan kalung ini di kantornya, dan aku akan memastikan untuk memberkatinya juga."
Helen sedikit gelisah setelah mendengar ini, jadi dia berbalik untuk menyapa Felly dengan singkat, "Direktur Felly,
bisakah Anda memberiku waktu sebentar untuk berbicara empat mata dengan Nona Merian?" "Tentu saja.
Permisi," jawab Felly dengan sopan dan bangkit untuk pergi setelah menatap Tasya dengan khawatir.
Pintu baru saja tertutup ketika Helen memelototi Tasya dengan kejam dan membentak, "kalau kamu mencamkan
peringatanku, kamu seharusnya melakukan sesuatu yang lebih baikdaripada terus menempel pada Elan seperti permen
karet yang menempel di sepatunya.
Kamu tidak mau aku membawa seorang gigolo untuk menemuimu, bukan?" "Sepertinya kamulah yang memberi tahu
pria itu di mana aku berada, dan begitulah cara dia menemukanku," Tasya menyimpulkan dengan muram alih-alih
menanggapi ancaman Helen.
Pria itu bahkan telah dipesan agar Tasya tidur bersamanya hanya demi mendapatkan uang tambahan untuknya, yang
mana hal ini telah membuat Tasya begitu murka hingga ingin mencekik gigolo itu.
Helen mengangguk puas.
"Ya, akulah yang memberitahunya.
Tahukah kamu betapa menyedihkannya dia sekarang? Dia benar-benar bangkrut, dan dia tidak memiliki keluarga atau
pun anak.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDia tidak punya apa-apa di dunia ini yang menjadi tujuan hidupnya, jadi ketika dia mengetahui tentang putranya yang
menggemaskan dan berharga, dia sangat gembira.
Akulah yang memberinya uang untuk mencegahnya mengejar kalian berdua.
Bukankah aku cukup dermawan?" Seringai di bibirnya menjadi semakin jahat saat dia mengatakan ini.
Gigolo itu hanyalah karakter fiksi, dan Helen bisa memberikannya latar belakang tragis apa pun yang dia suka.
Kebencian memenuhi mata Tasya, dan dia menancapkan kukunya ke telapak tangannya sendiri selagi dirinya
mendidih oleh amarah, "Kenapa kamu harus melakukan cara yang begitu kelewatan untuk membuatku melalui
neraka itu bertahun-tahun yang lalu, Helen? Aku menganggapmu sebagai saudariku sendiri, tetapi kamu
menikamku dari belakang dan membiarkanku mati kehabisan darah." Helen mendengus jijik, dan kebencian
tampak jelas di matanya.
"Kamu seharusnya tidak pernah menjadi sahabatku sejak awal! Kamu tidak tahu betapa aku merasa tak terlihat di
sisimu.
Kamu
cantik, orang terhormat, dan berasal dari keluarga kaya.
Ketika akhirnya aku mendapatkan cukup keberanian untuk mengakui perasaanku kepada laki- laki yang aku sukai,
dia mengatakan padaku bahwa telah lama dia menyukaimu! Saat itu, orang tuaku juga tidak mau berhenti
memujimu.
Kamu tidak tahu bagaimana rasanya bagiku!" Tasya langsung menyesal pernah bergaul dengan Helen selama
masa sekolah mereka.
Beberapa orang di dunia ini tidak pantas mendapatkan kebaikan dan persahabatan.
Tak perlu dikatakan lagi, Helen begitu licik sehingga sudut pandangnya tentang dunia ini dibelokkan oleh
kepahitannya sendiri.
Hanya ada satu hal yang perlu dilakukan Tasya ketika berurusan dengan orang-orang seperti Helen-dia harus
menjauhinya dan berharap mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
"Aku membencimu, Tasya, dan aku tidak tahan melihatmu lebih baik dariku.
Aku ingin melihaunu menggeliat dalam kesengsaraan dan menjadi sebagaimana dirimu yang dulu.
Aku akhirnya mewujudkan keinginanku lima tahun lalu,'' lanjut Helen.
Dia meraih tehnya, namun tepat ketika dia mengangkat cangkirnya ke bibirnya, secangkir teh lain disiramkan ke
wajahnya dan merusak riasannya yang telah diaplikasikan dengan sungguh- sungguh.
Dia tiba-tiba berdiri dan menjerit, "Beraninya kau menyiramkan teh ke seluruh tubuhku, Tasya?!" "Oh, tapi aku
berani," seru Tasya menantang.
Dia bangkit dan menatap Helen dengan tatapan mengancam.
"Aku bahkan bisa membunuhmu jika aku mau.
Jika kamu menggangguku lagi, aku akan memberi tahu Elan tentang segala hal hina yang telah kamu lakukan.
Dia mungkin sudah pernah tidur denganmu, namun itu tidak akan cukup untuk membuatnya tahan dengan orang
sepertimu."
Ketakutan menjalari tubuh Helen ketika dia mendengar hal ini.
Saat tetesan teh mengalir dari pipinya, dia tampak menyedihkan layaknya anjing yang basah.
"Aku akan waspada jika aku adalah kamu," tambah Tasya dengan dingin.
Kemudian, dia berbalik dengan anggun dan berjalan keluar pintu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDi belakangnya, Helen sangat marah sehingga dia seolah bisa terbakar di tempat.
Namun, dia hanya bisa menahan amarah dan kebenciannya.
Bagaimanapun juga, dia sudah terbiasa dengan hal itu, dan yang harus dia lakukan sekarang adalah menunggu waktu
yang tepat untuk melancarkan pembalasan dendam kepada Tasya yang sesuai dengan kemarahannya yang dahsyat,
sebagaimana semua dendam yang dia pendam sejak sekolah dasar meledak dan memuncak menjadi sebuah bentuk
balas dendam hebat terhadap Tasya saat masih di perguruan tinggi.
Sepuluh menit kemudian, Felly membawa kalung itu ke kantor Tasya dan menawarkan dengan empati, "Tasya, apa kamu
ingin aku mengantarkan kalung ini kepada Pak Elan atas namamu?" Helen adalah orang yang memerintahkan tugas ini
kepada Tasya untuk membuatnya kesal, namun Tasya tidak mau mengambil umpan itu.
Dia akan mengeksekusinya sendiri sekadar untuk menunjukkan bahwa dia lebih baik daripada itu.
Karena itulah, dia berkata, "Tidak, aku bisa melakukannya.
Apa Pak Elan sudah datang ke kantor?" Felly menghubungi sambungan telepon kantor presiden, dan setelah menutup
telepon, dia memberi tahu Tasya, "Dia biasanya belum datang sampai jam tiga sore.
Apa kamu keberatan menunggunya?” Tasya menggelengkan kepalanya.
Lagipula, dia tidak terburu-buru.
Ketika Felly pergi, Tasya membuka kotak perhiasan yang dihias ornamen dan memandangi kalung yang telah dirancang
dan dibuat dengan susah payah.
Bahkan ada sebuah simbol yang terukir di gespernya yang melambangkan cinta sejati.
Dia telah mencurahkan begitu banyak pikiran dan usaha ke dalam sepasang kalung ini.
Saat dia mendesainnya, dia berharap bahwa siapa pun yang menerimanya akan berbagi cinta abadi dan tidak ada yang
akan memisahkan pasangan itu apa pun yang terjadi.