- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu Bab 283
Ruang Untukmu 5 mutiara Bab 283 Di saat yang bersamaan, tangan Elan yang tadinya da di punggung Tasya, kini
berpindah ke pundak Tasya dan dia berbisik perlahan di telinga Tasya, "Temani mereka untuk mewakiliku, Tasya."
Seketika wajahnya memerah.
Perkataan Elan itu sama artinya dengan: dia tidak menganggap Tasya sebagai tamu, melainkan sebagai anggota
keluarganya.
"Pak Elan, Anda tampan sekali malam ini!" puji Jodi.
"Kamu juga sama." Elan menundukkan badannya dan mengusap kepala Jodi dengan tangan besarnya.
"Aku akan bermain denganmu nanti." "Oke!“ ujar Jodi sambil menganggukkan kepalanya Lalu, Elan berpindah ke meja
tamu yang lain.
Tasya hanya menatapnya saat dia pergi dan dia baru sadar kalau ada Roy yang mengikuti Elan dari belakang.
Meskipun Elan ditemani Roy, terlihat jelas kalau Elan adalah satu-satunya anggota penting dari keluarga Prapanca.
Mengingat ini, Tasya seketika merasakan kesendirian Elan dalam suasana yang penuh orang seperti ini.
Hatinya terasa sedih ketika dia sadar kalau hanya Elan yang menjadi tumpuan Grup Prapanca.
Orang lain hanya melihat sisi dirinya yang glamor, tapi tidak ada yang tahu betapa keras dia berusaha dan betapa
kesepiannya dia?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtBahkan makanan yang Tasya makan pun kini terasa hambar.
Ketika Tasya menatap Elan lagi, sisi dominan Elan masih terasa, seolah dunia ada dalam genggamannya.
Sementara itu, Elan sampai di meja Helen.
Karena orang-orang yang ada di meja itu adalah anak-anak muda keluarga Prapanca, Elan menyambut mereka
dengan memberikan petuah.
Setelah berbasa-basi sejenak, Elan pun segera pergi.
Bahkan Helen tidak sempat menyombongkan betapa dekat hubungannya dengan Elan.
"Helen, karena kamu dekat dengan keluarga Prapanca, apa kamu juga kenal dengan Elan?" tanya Elsa penasaran.
"Semua yang aku miliki sekarang diberikan oleh Elan.
Bagaimana menurutmu?" ujar Helen dengan bangga.
"Apa? Apa kamu sangat dekat dengannya? Kalau begitu..." Elsa terdiam mendengarnya, rasa iri mulai memenuhi
hatinya.
"Akan kuberitahu semuanya nanti." ujar Helen.
Dia tidak mau menjelaskannya saat makan malam, tapi Elsa tetap saja iri mendengar perkataan Helen tadi.
Apa yang dia sembunyikan dariku? Apakah Helen menyembunyikan sesuatu? Helen tidak khawatir saat harus
memberitahu Elsa tentang hubungannya dengan Elan, karena Elsa Itidak akan pernah bisa berbicara langsung
dengan Elan.
Apalagi, Elsa itu bodoh.
Helen bisa saja mengarang cerita untuk membohonginya.
Pukul 8 malam, para tamu sudah selesai makan dan sekarang saatnya menuju ke ruangan pesta ulang tahun agar
para tamu bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada Hana.
Nando datang dan mengajak Jodi pergi, sedangkan Tasya ikut dengan Frans keluar dari ruang makan.
Aula tempat perayaan ulang tahun itu dilengkapi dengan penampilan musik secara langsung, lengkap dengan
sorotan lampu yang semakin membuat suasana ceria.
Acara itu sangat menyenangkan.
Para tetua, yang sangat dekat dengan keluarga Prapanca, adalah yang pertama mengucapkan selamat pada
Helen.
Saat mereka melakukan itu, Tasya tiba-tiba ingin keluar ruangan sejenak untuk menenangkan pikirannya.
"Ayah...
Ayah masuk dulu saja.
Nanti aku akan menyusul." Lalu, Tasya memilih lewat di jalanan yang tidak terlalu ramai orang dan berjalan
perlahan.
Malam itu, langit terlihat sangat indah.
Setelah terbiasa dengan padatnya kota, senang rasanya bisa ada di Vila yang luas dan sunyi seperti ini untuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsementara waktu.
Perlahan, suara keramaian orang perlahan menghilang.
Tasya terkejut ketika melihat seekor kunang-kunang di dekat danau setelah beberapa menit berjalan jalan di sekitar
sana.
Sudah sepuluh tahun ini, dia belum pernah melihat kunang kunang! Dia pun mengejarnya.
Saat dia mendekat ke sebuah Vila disana, dia bisa mendengar suara laki-laki yang cukup familiar dan laki-laki itu sedang
berbicara dengan seseorang.
"Kenapa kamu disini? Keluar!"
Mendengar itu, Tasya menghentikan langkahnya.
Bukankah itu Elan? Kenapa dia ada disini? Tasya merasa panik dan tanpa sadar langsung bersembunyi di bawah jendela.
Di luar jendela yang terbuka, suara dalam Vila itu terdengar cukup jelas.
"Keponakanku tersayang, apa kamu sudah lupa dengan Pamanmu ini?" tanya suara laki-laki paruh baya itu.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengacaukan pesta ulang tahun Nenekku.
Keluar sekarang!" suara Elan terdengar penuh dengan amarah.
"Nenekmu adalah Ibu tiriku juga, jadi aku perlu datang untuk menghormatinya.
Jangan hentikan aku, oke?" pinta laki-laki itu pada Elan.
Tapi, Elan tetap tegas padanya.
"Kamu bahkan tidak berhak bertemu dengan beliau.