- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 293
“Aku tidak mendorongnya. Dia jatuh sendiri.”
Ini adalah sesuatu yang Tasya tidak akan pernah akui.
“Baiklah. Ayah memercayaimu. Untungnya, tidak ada nyawa yang hilang. Jangan membuat masalah seperti ini
lagi.”
Wanita itu juga tahu kalau dia sudah membuat ayahnya khawatir, jadi dia menjawab dengan lemah lembut, “Terima
kasih, Ayah.”
Si wanita memperingatkan dirinya sendiri untuk berhati-hati dengan Helen ke depannya karena Helen ternyata
lebih menakutkan dan lebih kejam dari yang pernah dia bayangkan. Helen lebih suka melihatnya tenggelam
daripada menyelamatkannya kalau bukan karena Helen tidak mengetahui kalau dirinya bisa berenang tadi malam.
Namun, faktanya sudah merusak reputasi baik Tasya tadi malam. Tidak hanya seluruh keluarga Prapanca tahu
kalau dia sudah mendorong seseorang ke dalam air, dia juga menolak meminta maaf, dan dia bahkan memukuli
seseorang. Elsa juga memilih waktu yang tepat untuk mengungkapkan apa yang dilakukan Tasya pada 5 tahun lalu.
Setelah semua yang terjadi, kerabat dan teman-teman Keluarga Prapanca mungkin mengira dirinya seorang
wanita jahat.
Bukan masalah kalau dia tidak menikahi Keluarga Prapanca. Lagi pula, dia tidak akan bergaul dengan orang-orang
itu. Namun, tetap saja, dia sekarang merasa khawatir.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtWanita itu sedang melamun saat suara laki-laki yang rendah memainggilnya dari belakang, “Kenapa kamu berlari-
lari seperti itu?”
Setelah mendenganya, Tasya berbalik melihat orang itu yang ternate hanya Elan yang berjalan mendekatinya. Saat
ini, si pria terlihat seperti seorang dewa tatkala sinar matahari pagi menyinarinya. Pria itu terlihat sangat tampan,
selain berbadan tinggi dan menakutkan. Elan yang merupakan seorang pria yang tampan itu fakta yang harus
Tasya akui walaupun dia enggan mengakuinya.
Merasa takut kalau jantungnya berdetak tidak teraturan karena menatap Elan, si wanita buru buru menurunkan
pandangannya, “Aku tidak berlarian. Aku mau kembali.”
“Aku akan mengantarmu pulang. Jodi akan kembali nanti,” kata Elan memberitahunya.
Tidak mau mengambil waktu Elan, Tasya langsung menolak tawarannya.
“Kamu bisa meminta orang lain mengirimku pulang kalau kamu sibuk!”
“Tidak ada yang lebih penting darimu.”
Setelah si pria selesai berbicara, dia mengulurkan tangannya untuk memeluk Tasya.
“Sarapan terlebih dahulu sebelum kamu pergi. Jangan sampai kelaparan.”
“Aku tidak lapar,” kata si wanita dengan blak-blakan, dia tidak bernafsu makan.
Namun, pria itu terbiasa memaksa.
“Kamu masih harus makan,” kata si pria menuntut, tidak membiarkan Tasya berdebat sama sekali.
Setelah Tasya menyerah dan sarapan, wanita itu mendapat telepon dari llana lagi. Wanita yang lebih tua itu
khawatir tentang kondisinya Agar wanita tua itu tidak khawatir. Tasya terus mengatakan kalau dia baik-baik saja.
Dia segrraincnutup teleponnya setelah itu. Setelah Tasya diantar pulang oleh Elan, dia pergi menjemput Jodi kecil
pada sore harinya,
Lalu, wanita itu mmenerima telepon dari Elan setclahnya. Pria itu menelepon untuk memberi tahu Tasya kalau dia
tidak akan makan malam di rumah dan mengatakan kalau si pelayan akan menyiapkan makan malam untuk
mereka. Wanita itu senang karena Jodi tidak tahu apa yang
terjadi tadi malam. Dia takut dirinya akan menakuti putranya.
Begitu tiba waktunya untuk tidur, dia tanpa sadar tertidur ketika dia menemani putranya. Wanita itu tertidur
dengan sangat nyenyak sampai-samapi dia tertidur bahkan saat Elan datang untuk memeriksa Jodi. Pria itu tidak
mengganggu tidur nyenyak mereka dan hanya kembali ke kamarnya.
Sore harinya, Tasya mengirimkan draf gambar yang sudah jadi kepada Felly. Itu kalung yang dia rancang untuk Elan
yang sudah siap diproduksi. Sementara itu, Elan sedang berada di kantor presdir Grup Prapanca saat wajahnya
mengerut dengan cemas setelah dia membaca pemberitahuan di layar.
“Bagaimana dia bisa masuk secepat ini?” tanya Elan.
Roy mau tidak mau hanya bisa berjalan ke depan untuk melihatnya. Pria itu lalu tertawa terbahak-bahak, “Pak Elan
sendiri yang pergi dan menujukkan muka Anda, Pak. Bagaimana bisa tidak cepat?”
Elan meletakkan tangannya di sandaran tangan kursinya tatkala dia bersandar di kurisnya.
U
“Kupikir kita bisa menundanya setidaknya selama beberapa bulan! Kita mungkin tidak bisa mengabaikan berita
semacam ini, bukan?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Itu tidak akan mudah. Bagaimanapun, itu hal yang baik yang mencerahkan kebaikan dan kejahatan,” jawab Roy
yang merasa malu.
erasa
Itu mungkin tidak membawa hasil yang mereka cari kalau Roy yang menanganinya. Mendengar itu, Elan hanya bisa
merasa kesal, “Kuharap dia tidak melihat ini.”
“Pak Elan, Kamu benar-benar bisa meminta Nona Tasya tinggal bersamamu. Aku yakin dia akan menyetujuinya.”
Tidak merasa percaya diri sama sekali, Elan menggeleng dan berkata, “Belum tentu. Dia tidak mudah dibujuk
seperti kelihatannya.”
Di sisi lain, Tasya berada di taman vila Elan sambil menggesek layar ponselnya sambil membaca berita. Sebuah
nama yang akrab di salah satu berita utama tiba-tiba menarik perhatiannya, menghentikannya.
‘Penumpasan terhadap Insiden Sosial yang Berbahaya Sudah Berakhir. Lukman Hadi — Pelaku Utama yang
Mengakibatkan Hilangnya 2 Nyawa – Sudah Tertangkap dan Dipenjara. Semua Pelaku yang Terlibat Sudah Ditangani
oleh Hukum!
Melihat itu, Tasya langsung melompat kegirangan sambil bergumam pada dirinya sendiri, “Jadi, preman ini sudah
ditangkap ya?”
Previous Chapter
Next Chapter