- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 363
“Aku mendengar bahwa keluarga Prapanca telah berusaha untuk membayar pengorbanan mulia ibumu selama ini.
Aku yakin Nyonya Besar Prapanca sangat
sal telah mengancam walikota saat itu; jika dia tidak melakukannya, ibumu pasti akan selamat. Nyawa tuan muda
memang lebih berharga dari pada emas, tapi bukan berarti nyawa ibumu pantas direnggut. Sayangnya, dunia ini
tidak akan pernah berlaku adil; orang kaya akan membeli jalan keluar untuk menghindari kematian, dan rakyat
jelata seperti ibumu hanya harus menyerah pada takdirnya.”
Tasya ingin sekali membuat Rully menutup mulutnya dan membuatnya berhenti untuk membicarakan semua ini.
Dia sama sekali tak ingin mendengar tentang mereka.
Namun, Rully adalah seorang pria kejam yang menganggap perbuatannya yang sangat jahat menuntut seorang
penonton, dan Tasya untuk menjadi pendengar yang baik. Lebih tepatnya, sisi sadisnya tak akan pernah rela untuk
melewatkan kesempatan untuk menyiksa seseorang. Pemandangan dari penderitaan dan kekesalan dari Tasya
sudah jelas memberikan kepuasan yang dia pikir telah lama dilupakan.
“Jika aku adalah ibumu, maka aku akan sangat menyesal bahwa aku telah melahirkan seorang putri yang tak tahu
berterima kasih dan seorang pengkhianat sepertimu. Kamu bisa memiliki pria mana pun yang kamu inginkan,
tetapi kamu malah memilih untuk mencintai Tuan Muda Elan, yang bisa hidup dengan mengorbankan nyawa ibumu
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtyang mati dengan sangat mengenaskan!”
Hentikan! Diam! Tasya ingin berteriak padanya. Dia tahu apa yang coba dilakukan oleh Rully; dia ingin Tasya
membenci Keluarga Prapanca.
“Bos, kita sudah kehabisan waktu. Ayo cepat kita bunuh dia,” salah satu bawahan Rully menyela dari suatu tempat.
“Maaf, Nona Tasya, tapi aku kira kamu sudah berbagi nasib buruk dengan ibumu dan harus mati di tanganku.
Namun, jangan khawatir. Kamu pasti akan segera bertemu kembali dengannya!” Rully pun tertawa.
Rasa ketakutan dan kemarahan sudah menjalari Tasya seperti koktail yang manjur ketika dia menyadari bahwa
Rully sudah berencana untuk membunuhnya, meskipun dia tak tahu alasannya. Apa gunanya kematianku
untuknya? Apakah ini caranya untuk kembali menjadi bagian dari Keluarga Prapanca dan menantang mereka?
Atau apakah ini ada hubungannya dengan hubunganku dengan Elan? Apakah dia ingin mengambil nyawaku agar
bisa menghancurkan hati Elan dan menghancurkannya secara emosional?
Sementara itu, setengah lusin kendaraan yang dibawa oleh para pengawal sudah melaju kencang menuju ke lokasi,
melewati medan berlumpur dan pegunungan
karena mereka memang tampak seperti bantu.
Bawahan Rully yang ditempatkan di luar rumah yang ditugaskan sebagai pengintai tak dapat menanggapi tepat
waktu, dan dia dengan cepat berteriak, “Bos!” Namun, ketika mobil terdepan melaju ke depan dan berusaha
memnabraknya, dia dengan cepat menghindar dan melompat ke selokan yang mengalir di sepanjang sisi rumah.
Detik berikutnya, ledakan keras memenuhi udara saat mobil itu sudah menabrak pintu depan rumah,
menyebabkan seluruh dindingnya roboh dan runtuh.
Pria yang duduk di kursi pengemudi itu langsung melihat adegan yang membuat darahnya terasa mendidih.
Tasya sedang meringkuk di tanah dengan kepalanya yang sudah ditutupi karung dan pergelangan tangannya pun
terikat.
Saat melihat mobil dan dinding yang runtuh, Rully pun melompat kaget. Dia tahu bahwa Elan telah mengirim
pengintai untuk mengawasinya, tetapi dia tak berpikir kalau mereka akan tiba secepat ini. Dengan secepat kilat,
Rully segera meraih Tasya dan menariknya dari lantai, sambil menekan pisau ke lehernya dan mencibir.
“Keponakanku tersayang, apakah kamu datang untuk berkunjung?” ucapnya.
“Lepaskan dia,” Elan berteriakdengan kemarahan seperti makhluk dari neraka, tatapannya begitu tajam dan penuh
dengan kemarahan.
“Ck, ck. Apa kamu benar–benar sangat mencintai gadis itu? Sikapmu menjadi lembut, Elan. Aku tidak berpikir
Keluarga Prapanca bisa besikap romantis sepertimu. Begitulah kehormatan keluarga kami,” ejek Rully dengan
acuh. Tanpa peringatan lagi, dia sudah mengayunkan pedang di sepanjang lipatan di leher Tasya, menghasilah
sebuah garis tipis yang mengeluarkan darah.
“Lepaskan dia, Rully!” Elan berteriak, suaranya bergetar karena marah dan panik.
Rully menyadari bahwa situasi itu sangat menguntungkan baginya. Dia pun mengejek dan berkata, “Aku akan
melepaskannya, tetapi dengan syarat kamu harus segera mentransfer lima puluh persen saham Perusahaan
Prapanca kepadaku. Jika tidak, maka aku akan turun, lalu aku akan membawanya bersamaku.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSaat itu, Rully sudah menarik karung dari kepala Tasya untuk memperlihatkan wajah pucat dan sedihnya. Ada kain
yang disumpalkan ke mulutnya untuk meredam tangisannya, tapi mata Tasya tampak berkaca–kaca saat dia
menatap pria yang ada di depannya–pria yang akan melakukan apa saja untuk menyelamatkannya.
“Baiklah. Aku akan memberimu apa pun yang kamu mau, tapi biarkan dia pergi dulu,” Elan mengatakan dengan
tegas dengan anggukan kepalanya.
“Minta salinan perjanjian yang dikirimkan kepadaku, dan aku ingin perjanjian itu dapat disahkan secara hukum,”
tuntut Rully, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil sahap dari perusahaan yang menjadi haknya.
Sementara itu, Tasya tidak takut mati, bahkan untuk saat ini. Dia sangat membenci pembunuh ibunya setengah
mati, dan dia ingin Rully bisa membayar kematian Amalia dengan darah. Tidak hanya itu, dia juga tak ingin kalau
Elan menyerahkan setengah kepemilikan Perusahaan Prapanca kepada iblis ini hanya demi menyelamatkannya.
Karena itu, Tasya menatapnya tanpa henti sambil agak menggelengkan kepalanya, memberi isyarat padanya untuk
menolak tawaran itu.
“Aku akan melepaskannya hanya setelah aku sudah melihat perjanjiannya,” jawab Rully. Dengan anak buahnya
yang mengelilinginya dan Tasya, tak ada cara bagi pengawal mana pun untuk maju menyelamatkan sandera. Yang
lebih buruk lagi adalah bahwa Rully memiliki pisau yang menempel di leher Tasya, dan setiap gerakan yang
dilakukan oleh Tasya bisa berarti menjadi kematiannya sudah berada di telapak tangannya.
Previous Chapter
Next Chapter