- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 402
Tasya mengomvit. Dia merasa anch bahwa di salu sisi, pria itu mengaku tidak memiliki apa–apa untuk hidup
sementara menolak uangnya di sisi lain, dan yang lebih aneh lagi adalah bagaimana seseorang begitu hancur
memaksanya untuk menjauhi Elan. Pria ini benar–benar tidak masuk akal
Pada akhimuva, keserakahan pria itu menguasainya saat dia berkata, “Baiklah, transfer uang itu padaku!”
“Aku akan memberikanmu kartu berisi uang itu jika kamu datang sendiri untuk mengambilnya,” balas Tasya dengan
keras kepala.
“Mencoba memancingku keluar, jadi begitu. Hah! Aku bukan idiot, Tasya. Aku tahu kamu mencoba menjebakku
agar aku ditangkap! Simpan energimu dan jangan repot–repot mencoba menangkapku; kamu tidak akan berhasil.
Jauhi Elan jika kamu tahu apa yang baik untukmu,
dengar?”
Dengan itu, pria tersebut mengakhiri panggilan.
Tasya menatap ponselnya selagi dia merenungkan percakapan mereka. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak
bertanya–tanya mengapa pria itu dengan gigih memintanya menjauhi Elan. Apa dia menyimpan dendam kepada
Elan?
Lebih tepatnya, pria itu sudah tahu bahwa Tasya memang mencoba memancingnya keluar dengan menggunakan
uang sebagai umpan.
Dulu, Tasya akan melakukan semua yang dia bisa agar tidak bertemu dengan pria yang telah melecehkannya lima
tahun lalu, namun sekarang, pria itu memaksa dia untuk menghadapinya. Dia mulai menyadari bahwa satu–
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsatunya cara agar dia bisa melupakan masa lalunya yang mengerikan bukanlah dengan melarikan diri, melainkan
dengan menghadapinya secara langsung tanpa rasa takut. Mungkin baru setelah dia memenjarakan bajingan itu
sendiri, dia akhirnya bisa mengingat kembali kejadian dari lima tahun lalu itu dan belajar untuk melangkah pergi
darinya.
Tasya bersumpah bahwa apa pun yang terjadi, dia tidak akan pernah membiarkan pria ini lolos dari aturan hukum.
Dia tidak akan membiarkan pria itu lolos setelah apa yang telah pria itu lakukan kepadanya, bahkan jika itu berarti
dia harus memberitahu Jodi kebenaran tentang kelahirannya.
Sementara itu, di tepi danau buatan di dekat Rumah Kenanga, Helen sangat marah saat dia menggenggam
ponselnya dengan satu tangan yang gemetar setelah dia menyadari bahwa Tasya
tidak bisa lagi dimanipulasi oleh ancaman jahatnya yang kosong.
Dia telah berencana menggunakan idenutas gigolo itu untuk memaksa Tasya menjauhi Elan, namun pada akhir
panggilan itu, justru Helen–lah yang diancam.
Saat itu pukul tiga sore keuka Roy menghentikan mobilnya di luar apartemen Tasya. Wanita itu memasuki mobil dan
diantar ke sebuah butik yang terletak di pusat kota.
“Nona Tasya, Pak Elan telah memintamu memilih gaun untuk pesta amal malam ini, yang akan kamu hadiri sebagai
teman kencannya,” Roy memberi tahu dengan sopan.
Tasya mengangguk. Jika dia akan menghadiri sebuah acara dengan Elan, sudah sepatutnya dia memilih sesuatu
yang clegan dan bersahaja agar scrasi dengan keanggunan Elan yang halus, Bagaimanapun juga, hal icrakhir yang
dia inginkan adalah mempermalukan Elan dengan mengenakan gaun tua yang diambil dari bagian belakang lemari
pakaiannya,
Buuk tersebut memiliki banyak koleksi gaun desainer untuk dipilih Tasya, dan pemiliknya secara pribadi
memandunya untuk melihat–lihat item musiman yang berada di bagian yang lebih eksklusif dan kumpulan pakaian
malam.
Namun, Tasva menolak semua gaun ini demi sebuah gaun krem yang menonjolkan kulit porselennya yang
sempurna, yang tampak bersinar di bawah cahaya lampu.
Waktu berlalu, dan sebelum ada yang menyadarinya, waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Tasya keluar dari
butik dengan riasan yang sudah selesai dan gaunnya yang telah disesuaikan. Gaun malam krem itu memeluk
tubuhnya yang ramping dan memperindah lekuk tubuhnya, dan rambutnya dikumpulkan dengan elegan di
tengkuknya dengan anak rambut membingkai wajahnya. Ditambah dengan anting–anting berkilauan yang dia
kenakan, dia adalah gambaran sempurna dari ketenangan dan keanggunan.
*Anda terlihat canuk malam ini, Nona Tasya,” puji Roy sambil tersenyum.
“Terima kasih,” jawabnya ramah. Dia masuk ke jok belakang mobil ketika Roy menahan pintu terbuka untuknya,
dan staf di buuk keluar untuk mengantarnya pergi, dengan iri menatap kepergiannya.
Saat Tasya bersandar ke jok, dia tampak seperti seorang wanita muda yang lahir dari keluarga bangsawan yang
mana setiap gestur dan ekspresinya memancarkan keanggunan bawaan lahir.
Tidak sampai dua menit setelah mobil berhenti di luar kantor pusat Perusahaan Prapanca, Tasya melihat sebuah
sosok menjulang melangkah keluar dari pintu putar jalan masuk utama sebelum
sosok itu berjalan ke arahnya. Pria itu tampak lembut ketika sinar senja dari matahari musim hujan bermain di
atasnya, memberikan ilusi yang membuat pria itu seakan–akan memiliki lingkaran cahaya di sekelilingnya.
Mata Tasya berbinar saat melihatnya, dan dia bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sedang menatap sosok itu
dengan cinta dan kasih sayang. Lagi pula, siapa pun akan menatap Elan
dengan cara yang sama jika mereka melihatnya meski hanya sekilas!
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmElan membuka pintu dan duduk di jok belakang di samping Tasya. Matanya menatap Wanita itu dengan penuh
penghargaan, dan dia mendapati dirinya tidak mampu berpaling:
Menurutnya Tasya sudah cukup canuk tanpa berdandan, namun kini setelah Tasya melakukannya, dia terkejut
melihat betapa memesonanya wanita itu.
Tasya tidak bisa menahan diri untuk udak tersipu karena cara Elan menatapnya, dan dia dengan gugup
menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinganya saat dia bertanya dengan malu malu, “Bagaimana
penampilanku?”
“Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa cantiknya dirimu saat ini,” Elan berkata dengan jujur sambil
menyeringai, sudut matanya berkerut penuh kasih.
Tasya ternganga mendengarnya. “Kamu melebih–lebihkan, bukan? Kurasa aku terlihat cukup
–
baik atau sedikit lebih baik dari penampilanku biasanya.”
“Menurutku kamu sangat canuk,” dia lanjut memuji.
Sedikit bingung dengan betapa seriusnya Elan terdengar, Tasya berkata, “Kamu juga terlihat sangat tampan dalam
setelan jas. Bahkan, kamu adalah satu–satunya pria yang kukenal yang bisa terlihat setampan ini dalam setelan
jas.”
Elan senang mendengar pujian Tasya, dan senyum senang tersungging di bibirnya.
Sayangnya, tak satu pun dari mereka berhenti untuk memikirkan bagaimana Roy–bujangan abadi yang kini
mengantar mereka ke pesta amal—mungkin merasa seakan–akan mereka menggosokkan hubungan mereka di
wajahnya.
Previous Chapter
Next Chapter