- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 457
Alanna mengepalkan tangannya sampai kukunya menusuk telapak tangannya. Matanya penuh dengan rasa benci.
Tasya baru saja menyelamatkan Elan dari cengkraman Alanna tadi karena kebaikan hatinya, tapi belum sempat
mereka tiba di aula pesta, tiba–tiba Elan mengajaknya ke sebuah kamar kosong dan menutup pintunya.
Tasya menatap Elan dengan wajah bingung dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan?
“Bukannya tadi kamu bilang kalau ada hal penting yang ingin kamu bicarakan dengan saya? Saya siap
mendengarnya.” ujar Elan yang tampak gembira sambil bersandar di pintu.
Tasya hanya bisa tertawa ketika melihat sikap Elan yang pura–pura tidak tahu.
Sambil mengangkat alisnya, Tasya berkata, “Saya mengatakan itu untuk menyelamatkanmu! Kenapa saya punya
hal penting yang harus dibicarakan denganmu?
Tatapan mata Elan seketika berubah. Dia menatap Tasya dengan tatapan menggoda pada gaun hitam Tasya. Tasya
memang sosok yang memikat.
“Kalau begitu saya saja yang berbicara,” ujar Elan.
Melihat Elan perlahan mendekatinya, Tasya mengangkat tangannya dan mendorong Elan. “Kalau begitu bicaralah.
Tidak perlu mendekat seperti ini.”
Sudut bibir Elan tersenyum saat dia menyandarkan tubuhnya. Dia sangat dekat dengan Tasya, jadi Tasya tidak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpunya pilihan selain menundukkan kepalanya. Hidungnya dipenuhi aroma tubuh Elan yang khas.
“Ini cukup dekat!” ujar Tasya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. “Sudah, katakan saja. Saya bisa
mendengarmu.”
“Malam ini kamu cantik.”
lik.”
“Saya tahu,” celetuk Tasya dengan nada centil
Napas Elan mulai terasa memburu. “Kamu tahu apa yang saya pikirkan sepanjang malam ini?”
Bagaimana saya bisa tahu?! batin Tasya. Saat itu, Elan menyentuh wajah Tasya dengan satu tangan, sedangkan
tangannya yang lain mengangkat dagu Tasya dengan paksa. Lalu Elan berbicara dengan lirih dan suara serak,
“Saya terus berpikir untuk menciummu.”
Tak lama, bibir Elan mengecup bibir Tasya.
Kali ini, Thisya tidak mendorong Elan menjauhi. Laki–laki it
Elan menjauh. Laki–laki itu benar–benar meinbuatnya terpesona malam ini. Mulai dari rencana Elan untuk sesi
undian itu. sampai saat Elan raenolak Alanna dengan kejam dan menunjukkan sosoknya yang spesial ini hanya
pada Tasya scoring. Tasya yakin tidak akan ada perempuan manapun yang tidak merasa tersentuh saat
diperlakukan seperti itu.
Sementara itu, Alanna tetap berada di lorong aula dan tidak kembali ke aula pesta. Sekarang setelah dia
merasakan bagaimana sikap acuh Elan, sepertinya tidak akan mungkin kalau dia bisa mengembalikan harga
dirinya dan bisa bersama dengan Elan. Satu–satunya pilihan yang tersisa adalah mengikuti rencana Rully untuk
menculik Elan dan membunuhnya setelah dia melahirkan anaknya. Alanna tidak akan pernah membiarkan Tasya
lepas begitu saja, karena dialah penyebab Alanna harus mengalami hal memalukan ini.
Di saat yang bersamaan, di aula pesta, Helen sedang menunggu kesempatan datang. Saat lampu kembali menyala,
dia bersembunyi di kamar mandi dan dia meminta Maria untuk memberitahunya kalau Elan pergi dari aula pesta
seorang diri.
Meskipun Maria tidak tahu kenapa Helen ingin melakukan ini, dia masih menuruti permintaan Helen.
Sementara itu, Elan dan Tasya sedang bermesraan di ruang tertutup itu mulai lepas kendali saat mereka perlahan
saling mengulum bibir dan lidah. Ketika Tasya sadar kalau Elan ingin melakukan lebih dari itu, dia mendorong tubuh
Elan dengan paksa.
“Cukup, Elan,” Tasya terkesiap. Dia merasa sedikit jengkel.
Elan menggigit bibir tipis Helen dan dia pun menatap ke arah sofa di ruangan itu, dan berkata, “Ruangan ini terlalu
kecil. Saya tidak bisa leluasa disini.”
Tasya benar–benar tidak tahu harus mengatakan apa saat dia memikirkan hal itu, Sungguh pemikir ulung!
Setelah keluar dari ruangan itu, Tasya segera menuju ke aula pesta untuk bertemu Felly. Sedangkan Elan menunggu
di ruangan itu sampai Tasya setelah menyelesaikan urusannya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTanpa sepengetahuan mereka, Maria sedang bersembunyi di balik sebuah tiang saat Tasya keluar dari ruangan. Dia
merasa iri saat melihat Tasya merapikan gaunnya. Dia yakin pasti terjadi sesuatu di antara Elan dan Tasya karena
mereka berduaan di ruangan itu selama lebih dari 10 menit.
Maria pun segera mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Helen, memintanya untuk masuk ke Kamar
nomor 8, kamar tempat Elan sendirian saat ini.
Sementara Tasya ingin menanyakan sesuatu pada Felly saat dia kembali ke aula
pesta, tapi dia tidak bisa menemukan Felly. Dan saat menyadari sudah waktunya dia menjemput anak laki–lakinya,
Tasya pun kembali ke kamar tadi.
Helen, yang sedang bersembunyi di kamar mandi, segera keluar sambil membawa ponselnya dengar: gembira
setelah mendapatkan pesan dari Maria tadi.
Tasya melihat sosok tersebut menghilang di ujung lorong saat Tasya keluar dari aula pesta. Dia terkejut saat tahu
kalau orang itu adalah Helen. Tasya pun mengikuti Helen dengan ragu–ragu. Saat dia bersembunyi di belakang
pintu, dia melihat Helen dan Maria sedang berbicara sambil berbisik–bisik. Tasya hanya bisa mencibir. Dia masih
ingat dengan jelas bagaimana Maria membantu Helen menyembunyikan ponselnya saat anak laki–lakinya hilang.
Previous Chapter
Next Chapter