- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 473
Roy pun merasa lega dan segera mengirimkan lokasi terakhir Elan pada Arya. Roy tahu kalau Arya dan Raditya
terlibat dalam hal ini, kesempatan Elan untuk selamat meningkat drastis.
Sebenarnya, Roy sendiri tidak yakin dengan identitas mereka karena selama ini dia hanya berkomunikasi dengan
mereka lewat telepon. Keduanya adalah teman baik Elan yang sudah makan asam garam kehidupan bersama Elan.
Meskipun mereka tinggal di tempat yang terpencil. mereka memiliki kekayaan dan kemampuan yang luar biasa.
Sebelum Elan pergi, dia sudah meminta Roy untuk tidak menghubungi mereka berdua kecuali terjadi sesuatu yang
genting. Tapi saat ini, Roy khawatir dengan apa yang akan terjadi dan dia tidak punya pilihan selain menghubungi
kedua orang tersebut.
Di kapal pesiar Alanna, dia duduk di sebuah sofa yang ada di ruang tamu sambil menatap Elan yang diikat di
tempat tidur. Dia tidak berniat membunuh Elan, karena dia juga tidak melihatnya mati.
“Elan, kalau kamu mau menurut dan memiliki anak dengan saya, saya bisa memohon Ayah untuk melepaskanmu.
Kita bisa menghabiskan sisa hidup bersama.” Setelah berkata seperti itu, dia mendekati Elan dan mengangkat
dagu Elan dengan tangannya. Tatapannya seperti bertanya–tanya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSedangkan Elan, menatap Alanna dengan tatapan tajam yang bisa membuat orang lain yang menatapnya
ketakutan.
Merasa jengkel, Alanna pun berkata, “Jangan menatap saya seperti itu. Kalau kamu masih ingin hidup, kamu tinggal
menuruti permintaan saya.”
“Kamu tidak layak mengandung anak saya,” balas Elan dingin dan mengalihkan wajahnya agar lepas dari tangan
Alanna.
Ini membuat Alanna menggertakkan giginya. Dia menatap alis dan hidung Elan. Baginya, Elan sangat liar dan tidak
bisa diatur. Tapi sifat Elan sangat menarik baginya. Elan begitu menggodanya sampai dia tidak tahan kalau
membayangkan harus untuk membunuhnya.
“Apa kamu benar–benar ingin mati, Elan? Entah kamu mau atau tidak, saya akan mengandung anakmu. Dan anak
itu akan mewarisi Grup Prapanca. Ayah saya akan memastikan hal itu!” Seru Alanna, seolah dia sudah gila. Dia
menarik wajah Elan dan mencoba untuk menciumnya.
Tapi, Elan menatapnya tajam, yang membuat Alanna takut.
Melihat ini, Alanna menahan keinginannya untuk mencium Elan dan perlahan melepaskan wajalinya. “Apa yang
kamu suka dari Tasya? Bukankah saya lebih baik
darinya?”
Mendengar pertanyaan Alanna, Elan tidak menjawab. Alanna sangat tidak sebanding dengan Tasya, bahkan Elan
tidak perlu menjawab pertanyaannya.
“Elan, lebih baik kamu mempertimbangkannya lagi apakah kamu ingin saya hamil secara normal atau dengan cara
dokter.” ujar Alanna sambil membanting pintu dan keluar dari ruangan itu.
Elan memejamkan matanya, sambil menghitung sudah berapa lama waktu berlalu. Sekarang, Tasya pasti sudah
mendapatkan Jodi kembali dan itu sudah membuat Elan tenang. Sedangkan untuk keselamatannya, dia tahu kalau
Roy pasti sudah memberitahu kedua temannya.
Elan tidak mau memberitahu mereka berdua kecuali keadaannya sudah sangat genting. Tapi, situasi sekarang
memang sudah genting dan dia yakin kalau mereka berdua akan mengejeknya saat mereka bertemu nanti.
Tidak, pikir Elan. Bukannya menunggu kedatangan mereka berdua, dia memutuskan untuk kabur sendiri ketika
kesempatan itu datang demi mempertahankan harga
dirinya.
Sebuah helikopter hitam tampak meninggalkan sebuah kastil besar di Florasia.
Di saat yang bersamaan, kursi utama di ruang rapat militer kosong. Lak–laki yang biasa duduk disana baru saja
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpergi.
Tasya sedang berdiri di tepi dermaga, air matanya mengalir deras saat dia menatap ke sebuah kapal pesiar yang
jaraknya kurang dari seratus meter darinya. Saat kapal itu tiba, para pengawal menurunkan Jodi dan anak laki–laki
itu bergegas berlari ke arahnya.
“Mama? Mama!” seru Jodi sambil berlari, matanya tampak merah.
Keduanya saling berpelukan dengan erat. Tasya berkali–kali mengecupnya, memastikan kalau Jodi baik–baik saja.
Tapi hati Tasya seketika terasa sakit saat dia melihat bekas luka berwarna merah di pipinya, seperti bekas tusukan
pisau.
“Siapa yang melukai wajahmu?” tanya Tasya sambil menahan amarahnya.
“Wanita jahat itu! Dia bahkan menculik Om Elan!” jawab Jodi sambil berurai air mata. “Mama, tolong selamatkan
Om Elan. Om sedang dalam bahaya!”
“Roy sedang mencoba menyelamatkannya. Jangan khawatir. Tidak akan ada yang
terjadi padanya. Ayo kita kembali ke hotel dulu.” ujar Tasya sambil menggendong Jodi dan menenangkannya. Tapi,
perkataannya tadi juga tidak bisa membuatnya
tenang.
Previous Chapter
Next Chapter