- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 622
“Baiklah kalau begitu. Mari kita bicara lain kali.”
Begitu Elizabeth menutup telepon, Arya melirik telepon di tangannya. Sementara Salsa duduk di sofa seperti
seorang wanita yang menunggu untuk menghadiri pesta dansa.
Gaun malam yang dia kenakan adalah gaun yang telah menghabiskan banyak uang di luar negeri dengan kualitas
yang sempurna.
Sejak kecil, Salsa dibesarkan dengan perhatian yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia tidak kekurangan apa pun
dan terbiasa dengan hal-hal yang memadai dalam hidup.
“Apa kamu berdandan seperti itu untuk merayu seorang pria?” komentar Arya dengan nada mencemooh.
Salsa mengambil kesempatan itu untuk menjawab dengan nada bercanda, “Tapi kamu satu-satunya pria di sini
sekarang.”
Arya menanggapinya dengan nada mengejek, “Kamu tidak cukup cantik untuk merayu saya.”
Saat ini, wajah Salsa sedikit memerah dan dia merasa malu. Jika bukan karena dia berhutang kalung pada pria ini,
dia tidak akan pernah menerima penghinaan dan ejekan seperti itu.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtArya berdiri di dekat jendela besar dan sinar matahari menyinari wajahnya. Pada saat itu, garis tegas wajahnya
terlihat dengan sempurna.
Salsa terkejut melihat itu. Pria ini sangat tampan dan begitu mempesona di bawah sinar matahari.
Dia adalah tipe pria yang biasanya muncul di dan hampir tidak pernah ditemui di kehidupan nyata. Salsa
berpikir kehadirannya di dunia ini pasti untuk membuat wanita takluk padanya.
Salsa menghela napas murung. Dia merasa bahwa semua yang dia lakukan sepertinya tidak ada gunanya. Tidak
ada yang bisa dia lakukan untuk menarik perhatian pria itu.
“Saya hanya bercanda. Saya tidak tertarik padamu.” Salsa tersenyum malu-malu dan bangkit untuk keluar dari
ruangan itu. Kemudian, dia pergi ke taman dan duduk di sana sendirian.
Ketika dia berada di ruangan yang sama dengan Arya, Salsa merasa udara cukup menyesakkan
Tiba-tiba, ada pesan dari nomor telepon yang digunakan untuk menghubungi para tamu. Diinfokan bahwa akan
ada pesta dansa yang diselenggarakan di aula utama malam ini dan para tamu diundang untuk menikmati malam
yang megah.
Sebelumnya Salsa telah meninggalkan nomor teleponnya, jadi dia menerima pesan itu juga. Saat ini, dia merasa
sangat bersemangat. Apa saya bisa menghadiri pesta dansa?
Sementara itu, di dek luas yang menghadap ke laut, Tasya keluar untuk mencari putranya. Dia bertemu dengan
sekelompok orang dan kebetulan sekali di antara mereka ada lelaki tua yang tadi pagi bertengkar dengan Hana.
Pria itu melirik Tasya yang berjalan ke arahnya dan menyapanya dengan ramah, “Tasya, kamu sudah bekerja
keras.”
“Hai, Kakek Heri. Senang bertemu denganmu.” Tasya menyambutnya dengan sopan.
Orang-orang muda yang bersama Heri juga menyapa Tasya dengan sopan. “Selamat siang, Nona Tasya.”
Tasya tersenyum dan mengangguk. Mereka adalah generasi muda dari keluarga pria tua ini. Ada aturan ketat yang
harus diikuti di Keluarga Prapanca, termasuk hal menyapa orang juga.
Tasya di sini untuk mencari putranya Jodi karena Nando mengatakan bahwa dia akan membawa Jodi untuk
menikmati pantai terdekat.
Tasya bisa merasakan Heri sedang memperhatikannya dan ada pandangan licik yang cukup jelas di matanya.
Tasya memperhatikan semuanya, tetapi dia tidak menunjukkannya. Dia hanya menyapa mereka dengan senyuman
lalu pergi.
Begitu dia berjalan pergi, pria paruh baya di sebelah pria tua itu tersenyum. “Ayah, begitu dia mengendalikan
keluarga, akan lebih mudah bagi kita untuk memasuki Grup Prapanca.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Kita harus bersabar dan menunggu sampai dia menikah dengan keluarga itu. Hana akan segera menyerahkan
kendali keluarga kepadanya,” pria tua itu mengingatkan putranya.
“Saya sudah menunggu selama bertahun-tahun,” putranya mengeluh dengan sedih, “Jika bukan karena Hana
menghalanginya, saya pasti sudah menjadi salah satu pemegang saham Grup Prapanca sejak lama.”
“Tidak perlu terburu-buru, Sayang. Berapa lama lagi Hana bisa tetap hidup?” ucap seorang wanita berpakaian
bagus dan mengenakan perhiasan bagus, sambil memegang lengan pria paruh baya itu.
Sementara itu, Nando sedang membangun istana pasir bersama Jodi di tepi pantai yang bersih. Nando cukup
kekanak-kanakan. Dia bersenang-senang membangun istana pasir besar bersama Jodi dan membuat anak laki-laki
itu sangat gembira.
“Mama, lihat ini. Saya membuat ini dengan Om Nando.”
Tasya berjalan sambil tersenyum. “Keren.”
Begitu Tasya mengatakan itu, dia dengan cepat mengeluarkan ponselnya untuk merekam momen ini untuk
putranya. Senyum di wajah Nando juga melebar.
“Papa!” Jodi menunjuk ke arah pagar di dekatnya dan dia melambai ke Elan yang sedang sibuk menjamu tamu dari
luar negeri.
Tasya menoleh dan melihat suaminya yang menawan. Pada saat yang sama, Elan meliriknya dari jauh. Meskipun
ada sedikit jarak yang memisahkan mereka, tatapannya yang lembut dan penuh kasih tampaknya hanya ditujukan
untuk Tasya.