- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 646
“S-saya ingin pergi, tetapi…” Salsa berada dalam posisi sulit karena dia tahu Arya pasti tidak akan mengizinkannya.
“Ini kesempatan langka, Salsa. Semua anak muda akan pergi di sana dan itu akan sangat menyenangkan.”
Salsa mengangguk dan menjawab, “Saya akan memikirkannya dulu.”
“Oke. Kita berangkat jam sembilan dan saya akan datang kepadamu saat itu.” Saat Jeremi mengatakan itu,
seseorang duduk di kursi yang dia pegang.
Orang itu adalah Arya. Dia telah kembali.
Jeremi dengan canggung melepaskan cengkeramannya di kursi itu dan berkata kepada Salsa, “Saya akan
menunggumu, Salsa!”
Salsa melihat Jeremi kembali ke tempat duduknya, lalu dia menoleh dan menatap pria di sampingnya. “Tuan Muda,
apa saya boleh mendiskusikan sesuatu denganmu?”
“Silakan,” jawab Arya dingin.
“Kudengar ada wisata laut malam ini. Apa boleh saya pergi?” tanya Salsa dengan lembut.
“Tidak.” Arya melarangnya tanpa berpikir dua kali.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSalsa menghela napas setelah mendengar ini. Meskipun dia tahu bahwa Arya tidak akan menyetujuinya, dia tidak
bisa menyembunyikan kekecewaannya. “Tapi saya benar-benar ingin pergi.”
Arya pura-pura tidak mendengarnya dan terus meminum anggurnya.
Hari sudah larut dan para tetua sudah pergi untuk beristirahat, sedangkan anak-anak muda baru saja memulai
kehidupan malam mereka. Pertunjukan kembang api dan wisata laut malam adalah semua kegiatan yang bagus
untuk dikunjungi.
Jodi bersikap baik malam ini. Dia mengikuti Nando pulang ke vila pria itu karena ada Lego dan permainan
favoritnya di sana.
Di sisi lain, Tasya menghampiri meja Mason dan mengobrol dengannya. Keluarga Prapanca lainnya sudah pulang
dan tidak ada yang tahu ke mana Kirana pergi. Hanya Tasya dan Mason yang duduk di meja itu.
“Saya harap kamu menikmati pesta ini, Mason. Saya minta maaf jika saya membuatmu merasa tidak nyaman.”
Tasya Sangat sibuk hari ini, jadi dia tidak bisa berbicara banyak dengannya.
“Saya cukup senang bisa berpartisipasi dalam pernikahanmu. Tidak perlu memberi saya perlakuan khusus,” jawab
Mason sambil tersenyum.
Kemudian, Tasya menuangkan segelas anggur dan mengangkat gelas lalu berkata, “Mari bersulang untukmu,
Mason.”
Mason mengangkat gelasnya dan mendentingkan gelasnya lalu minum beberapa teguk.
+
Tasya memandang aula pernikahan yang tampak meriah, lalu menghela napas dan berkata, “Saya berada di sini
hari ini berkat bantuan dan doronganmu saat im
“Jangan katakan itu. Kamu adalah orang yang tangguh. Saya percaya, meskipun bukan karena saya, kamu akan
tetap berhasil melewati masa-masa itu.” Mason tidak berani menerima pujian.
“Tidak. Kamulah yang membantu saya menjadi diri saya yang sekarang dan akhirnya saya bertemu cinta dalam
hidup saya, dan Jodi menemukan ayah kandungnya,” kata Tasya serius.
Tasya memiliki riasan yang indah malam ini. Setelah minum anggur, pipinya tampak merona dan membuatnya
semakin cantik. Dia sangat cantik hingga orang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Di meja tidak jauh dari mereka, tampak Elan sedang berbicara dengan para tamu, tetapi tatapannya terus tertuju
pada istrinya. Dia menenggak segelas anggur merah dengan tatapan tidak senang ketika melihat Tasya tersenyum
begitu lembut dan cerah di hadapan pria lain pada hari pernikahan mereka.
Namun, dia tidak bisa berkata apa-apa karena Mason-lah yang benar-benar membantu Tasya mengatasi masa-
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmasa kelamnya. Elan seharusnya berterima kasih kepada pria itu. Itulah sebabnya dia menahan rasa cemburunya.
Saat Elan melihat istrinya mengangkat gelasnya untuk ketiga kalinya bersama Mason, Elan merasa tidak tahan lagi.
Dia langsung mendatangi mereka dengan dengan membawa segelas anggur di tangannya.
“Sayang.” panggilnya pelan.
Tasya mengangkat kepalanya dan menyadari Elan ada di sana. Dengan dagu ditopang di tangannya, Tasya
bergumam, “Apakah kita akan pergi sekarang?”
“Saya di sini untuk bersulang untuk Pak Mason.” Elan mendentingkan gelasnya dengan gelas Mason. “Terima kasih
telah membantu istri saya selama masa-masa itu.”
“Itu bukan apa-apa, Pak Elan.” Mason segera berdiri untuk minum bersamanya.
Setelah itu, Elan hanya bisa menggunakan satu alasan untuk mengusir istrinya. “Kamu sudah mabuk, Sayang. Kita
harus kembali dan istirahat sekarang.” ucap Elan sambil melingkarkan lengannya di pinggang Tasya dan
membawanya ke meja utama. Setelah pamit kepada para tetua di sana, dia memegang tangan Tasya dan
membawanya keluar dari aula.
Mereka berjalan kembali ke vila dan suara dari ruang perjamuan semakin jauh dari telinga mereka. Saat ini, lampu
jalan bersinar terang menerangi jalan. Tasya telah meminum beberapa gelas anggur malam ini hingga matanya
berkaca-kaca dan pipinya memerah karena tubuhnya tidak tahan terhadap minuman keras. Tiba- tiba, dia bersikap
sangat genit.