- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 689
Saat Luna melihat Elan masuk ke sebuah ruangan khusus untuk beristirahat, dia dengan sengaja mengajak pebisnis
itu ke depan pintu ruangan tempat Elan berada.
“Jangan lakukan ini. Lepaskan saya…” Luna sengaja berteriak dalam bahasa Inggris, tapi pebisnis asing itu tidak
memahami perkataannya dan mengira kalau Luna sedang menggodanya, jadi dia bertindak semakin berani.
Saat itu, Luna dengan sengaja merobek bagian depan pakaiannya sampai ke dada, hingga memperlihatkan
kulitnya.
Elan, yang sedang beristirahat di dalam ruangan, mendengar keributan di depan ruangan dan sadar kalau itu
adalah suara Luna. Elan membuka pintu dan Luna mendorong laki–laki di depannya itu menjauh sambil menarik
pakaiannya yang sudah robek. Dengan penuh kepanikan, dia berteriak meminta tolong, “Elan, tolong saya…”
Setelah itu, belum sempat Elan merespon, Luna sudah memeluk Elan. Pakaiannya yang setengah terbuka itu
membuat suasana semakin memanas.
“Pergi dari sini!” bentak Elan sambil marah pada pebisnis itu.
Pebisnis itu tampak kebingungan. Bukankah wanita itu yang memulai duluan? Kenapa dia pura-pura jadi korban?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTapi, pebisnis itu tidak mau ambil risiko. Saat dia mengenali Elan Prapanca, dia segera meminta maaf lalu bergegas
pergi.
“Apa yang terjadi?” Elan menarik tangan Luna dan membantunya duduk di sofa.
Luna mengangkat kepalanya, matanya berlinang air mata. Dia menggigit bibirnya penuh rasa malu dan menatap
Elan dengan tatapan pasrah untuk menarik simpati Elan dan melindunginya.
“Elan, untung saya bertemu denganmu. Kalau tidak, saya…” Dia berkata sambil menarik pakaiannya dengan satu
tangan, membiarkan bagian lain pakaiannya terbuka.
“Saya akan meminta Roy mengantarmu pulang,” ujar Elan sambil melepas jasnya dan menyelimutkannya pada
Luna.
“Lalu, jasmu…”
“Pakailah dulu,” ujar Elan sambil membelakangi Luna.
“Terima kasih, Elan,” balas Luna penuh rasa terima kasih pada Elan yang sedang menghubungi Roy untuk
mengantarnya pulang.
Luna mengenakan jas hangat itu dengan dingin dan cibirannya menunjukkan kalau dia sedang merencanakan hal
buruk.
Untuk mendapatkan tempat di hati Elan, dia harus merusak hubungan pernikahan Elan dengan Tasya yang tak
tergoyahkan.
Pukul 10 00 malam, Tasya sedang duduk di sofa dalam balutan baju tidur berwarna merah anggur sambil
membaca dokumen. Sejak dia mulai mengelola operasional Jewelia, dia memiliki daftar dokumen yang tiada
habisnya yang harus dia pelajari. Sekarang dia mengerti kalau Elan harus bekerja keras untuk bisa mengelola
pensahaan besar dengan baik.
Berbeda dengan perusahaan Elan, Jewelia memiliki karyawan kurang dari seratus orang untuk dikelola. Sementara
Elan harus mengelola sepuluh ribu katyawan.
Saat Tasya sedang membaca dokumen, dia mendengar suara mobil mendekat dan tak lama, dia mengangkat
kepalanya dan melihat suaminya berdiri di dekat lift di tempat parkir bawah tanah.
Hanya dengan melihat sekilas, Tasya menyadari sesuatu yang berbeda saat Elan kembali. Iya, jasnya. Tadi saat
keluar, Elan memakai jas.
Sekarang laki–laki itu hanya mengenakan kemeja putih dan sebuah dasi hitam.
Tasya pun bertanya karena ingin tahu, “Di mana jasmu?
Elan menjelaskan, “Saya dan Luna bertemu di konferensi. Seorang pebisnis asing berusaha melecehkannya dan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmerobek pakaiannya. Jadi, saya meminjami jas saya.”
Tasya yang terkejut pun tersenyum. “Benarkah? Apa dia baik–baik saja?
Elan berkata, “Dia tidak apa-apa.” Setelah itu, dia mendekat dan memeluk Tasya lalu bertanya, “Apa kamu sengaja
memakai pakaian ini sambil menunggu saya?”
Belum sempat Tasya menjawab, Elan menangkupkan pipinya, mencium bibir merah Tasya, dan berbicara dengan
suara serak, “Sekarang waktunya suamimu untuk mandi.”
Tasya terdiam.
Apakah Tasya boleh mengatakan kalau dia sangat lelah dan ingin tidur malam itu, meskipun Elan membuatnya
seolah Tasya yang menginginkannya?
Tapi, Elan sudah pergi mandi, dan Tasya duduk di sofa, tidak bisa fokus pada dokumen–dokumennya. Apakah Luna
tidak sengaja bertemu suami saya saat dia dilecehkan? Seberapa parah pakaiannya sampai robek? Acara
konferensi itu adalah acara internasional yang dijaga ketat. Petugas keamanan ada di dalam gedung dan tamu dari
luar negeri diminta untuk bersikap sopan. Bagaimana bisa mereka melukai Luna sampai merobek pakaiannya?
Setelah Tasya merenungkannya, dia menyimpulkan kalau Luna hanya menggunakan taktik rayuan karena biasanya
perkiraan seorang wanita itu sangatlah tepat.
Terakhir kali saat di acara pernikahan, terlepas dari perilaku Luna yang tidak mengenakkan sekaligus penuh kasih
sayang, Tasya tahu kalau wanita itu sedang mengincar suaminya.