- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 699
Pemandangan di hadapan Salsa membuat pupil matanya membesar.
Bukankah dia sudah pergi dengan mobil?
Mengapa dia kembali untuk menemukannya?
“Apa ada yang salah?” Aiya bertanya dengan suara beratnya. Pada saat yang sama, dia melihat wajah Salsa sudah
memerah, jadi dia menyadari sesuatu dan meletakkan telapak tangannya yang besar di dahi gadis itu.
Sensasi terbakar segera membuatnya terkejut. Setelah memeluknya, Arya pun mengomel, “Apakah kamu
bodoh?”
Salsa dimarahi, tapi kenapa dia merasa seperti dicintai? “Saya tidak ingin menyusahkan kalian.”
Detik berikutnya, Arya sudah menggendong Salsa dan berjalan cepat menuju kendaraan roda empat itu.
Saat Meila menengok ke belakang dari kaca spion, kukunya hampir menembus jok kulit mobil. Apa yang telah
dilakukan Salsa sampai–sampai Arya bisa memeluknya?!
Begitu pintu terbuka, Arya berkata kepada Meila, “Duduklah kursi depan.”
“Kenapa?”
“Dia sedang sakit. Kita akan pergi ke rumah sakit,” jawabnya dengan suara rendah.
Meila menggertakkan giginya dengan kebencian di hatinya. Apa hubungan dirinya dengan Salsa yang sakit?!
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtKenapa Meila harus bertukar tempat duduk dengan Salsa?
Karena kalimat Arya terdengar seperti sebuah perintah, akhirnya dengan enggan Meila pindah ke kursi
penumpang. Begitu menoleh, dia bisa melihat Arya yang menggendong Salsa seolah dia adalah seseorang yang
sangat berharga baginya.
Setelah mencari rumah sakit terdekat, pengawal itu pun segera pergi ke sana.
Di ruang gawat darurat rumah sakit, Arya menggendong Salsa yang sedang demam tinggi. Sangat buruk sehingga
suhu tubuhnya melonjak hingga 40 derajat selsius.
Dokter segera mengambil tindakan darurat untuk menurunkan demamnya. Di ranjang rumah sakit, segera
dipasangkan infus di tubuh Salsa, yang membuat kulitnya yang halus semakin panas dan kering untuk disentuh.
Sementara Meila menunggu di mobil, dia pun mulai merasa kesal. Gadis itu berharap kalau dia juga bisa menderita
penyakit yang tiba–tiba seperti itu sehingga Arya akan merasa simpati dan merawatnya.
Pada saat itu, si pengawal kembali ke mobil dan berkata kepada Meila, “Pak Arya ingin saya mengantarkan anda
pulang terlebih dahulu.”
“Apa? Apa dia akan tetap tinggal dan merawatnya? Kenapa saya harus membiarkan Arya merawat gadis itu?”
Meila pun menyumpahi dengan marah.
Secara alami, pria itu tak berani berbicara, jadi dia hanya menyalakan mesin mobil dan pergi dari rumah
sakit.
Di kamar rawat inap, Salsa, yang menerima infus untuk menurunkan demamnya, terlihat sangat rapuh. Rambut
hitamnya tergerai di atas bantal dan kulitnya tampak memucat merah karena demam, tapi sekarang dia sudah
tertidur lelap.
Arya duduk di kursi samping tempat tidur dan meletakkan dagunya dengan tangan yang terlipat. Tatapannya
tertuju pada Salsa yang sedang tidur, tetapi tak ada yang tahu apa yang sedang ada dalam pikirannya.
Di bawah lampu pijar, sepertinya sikap acuhnya yang biasa telah berubah dengan aura kehangatan dan
kelembutan. Arya tidak pernah menunjukkan sisi dirinya yang seperti ini kepada orang luar mana pun kecuali
keluarganya.
Jika Salsa sedang terjaga, dia pasti akan melihat perbedaan dalam sikap Arya.
Namun, gadis itu terlalu lelah dan obat dari infus juga membuatnya mengantuk.
Pada saat ini, telepon Arya terdengar berdering, yang membuatnya begitu terkejut, tetapi dia segera mengangkat
telepon dan mematikan suaranya. Ketika melirik nomor si penelepon, dia berjalan ke koridor dan menjawab
teleponnya. “Nenek!”
“Saya sangat merindukanmu, jadi saya memutuskan untuk membawa abu kakekmu lebih awal. Penerbangan saya
akan tiba besok sore.”
“Apa? Besok sore?”
“Kenapa? Kenapa kamu terdengar sangat terkejut? Apakah kamu tidak merindukan saya?” wanita tua itu bertanya
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsambil tersenyum.
“Tentu saja saya juga merindukanmu.”
“Sampai jumpa di bandara besok siang kalau begitu! Datanglah dan bawa pulang kakekmu.”
“Tentu!”
Setelah menutup telepon, Arya agak mengangkat alisnya seolah–olah dia tiba–tiba saja teringat sesuatu yang
memalukan.
Salsa tidur sampai dini hari dan demamnya pun akhirnya mereda. Selain rasa kantuk akibat demam tinggi, dia
sudah merasa sedikit lebih baik.
Perawat yang datang untuk mengganti infusnya langsung menyambutnya dengan senyuman. “Kamu sudah
bangun, Nona. Pacarmu baru saja pergi, tapi dia akan segera kembali.”
Setelah mengatakannya, dia pun memandang Salsa dengan iri. “Pacarmu benar–benar tampan.”
Salsa tahu siapa yang dibicarakan oleh perawat itu, jadi dia menjelaskan, “Dia bukanlah pacar saya.”
“Oh? Apakah dia punya pacar?” Perawat itu berkata dengan rasa penasaran yang luar biasa sebelum menyadari
bahwa itu adalah pertanyaan yang tidak pantas dan dengan cepat meminta maaf, “Maaf karena Salah mengira
pria itu sebagai pacarmu.”
ala
Faktanya, perawat itu juga berpikir bahwa gadis yang sedang beristirahat di ranjang rumah sakit itu memiliki kulit
putih dan fitur wajah yang lembut yang merupakan kecantikan yang langka!