- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 706
“Memangnya apa yang terjadi pada Nenek Buyut?” Jodi bertanya dengan mata yang terbelalak.
“Tidak ada. Dia hanya pergi ke suatu tempat yang sangat jauh.” Setelah Nando selesai berbicara, dia mencium
kening Jodi dan berkata, “Pergilah ke ruang kelas.”
Jodi memeluknya sebelum dia memasuki ruang kelas.
Selanjutnya, Nando bangkit dan menghela napas, lalu menyeka air mata dari sudut matanya sebelum menuju
ke rumah sakit.
Di sebuah vila, ayahnya Luna, Lantoro Prapanca, menghela napas lega. “Dia akhirnya sudah pergi. Saya
sudah terlalu lama menunggu hari ini.”
“Ayah, bahkan jika Nyonya Besar Prapanca sudah tiada, Tasya bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi.” Luna
secara pribadi mengetahui betapa kuatnya kepribadian Tasya.
“Apa yang kamu takutkan? Dia adalah wanita muda yang tidak berpengalaman. Dia tak pernah menimbulkan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtancaman bagi kita.” Lantoro menegur dengan pandangan tidak setuju sebelum dia melanjutkan dengan gembira,
“Di masa depan, kami pasti bisa mendapatkan bagian kami di Perusahaan Prapanca. Mungkin kami bahkan bisa
mendapatkan kesempatan untuk mewarisi perusahaan dengan bantuanmu.”
“Ayah, bagaimana mungkin? Bagaimana kita bisa memiliki perusahaan?”
“Kalau kamu hamil anaknya Elan, itu mungkin saja terjadi.”
“Saya…” Mata Luna segera berubah kecewa. “Dia hanya memiliki Tasya di hatinya sekarang.”
“Siapa bilang hanya ada satu cara untuk hamil? Kudengar Elan telah menyimpan sesuatu di Rumah Sakit Prapanca
saat itu sebagai rencana cadangan yang telah dibuat oleh Nyonya Besar Prapanca.”
Wajah Luna memerah. “Ayah, maksudmu saya harus…”
“Selama kamu hamil dengan benihnya di perutmu, maka dia tak punya pilihan selain mengakui anak itu setelah
lahir.” Lantoro telah merencanakan segalanya, tetapi Hana harus mati agar rencananya dapat
dilaksanakan.
Napas Luna terasa agak lebih cepat. Apakah dia benar-benar harus mendapatkan Elan dengan cara yang begitu
rendah? Namun, ketika Luna memikirkan kembali bagaimana sebelumnya Tasya sudah mengancamnya, dia masih
merasa sangat geram. Menurutnya, jika ayahnya tidak menghentikannya waktu itu, dia akan kembali ke rumah
untuk mengejar Elan sejak dulu. Kemudian, pria itu mungkin saja jatuh cinta padanya terlebih dahulu karena Luna
telah menyelidiki bahwa setelah Tasya mengandung anaknya lima tahun yang lalu, tidak ada interaksi antara
keduanya. Hana-lah yang memaksa Elan untuk menikahi Tasya. Awalnya, Elan menolak untuk menikahi Tasya. Oleh
karena itu, Luna selalu berpikir bahwa dia sudah kehilangan kesempatan, bukan karena dia lebih rendah dari Tasya.
“Namun, kita bukanlah satu-satunya yang mengincar Perusahaan Prapanca. Noval juga mengincarnya. Dia ingin
mendapatkan lebih banyak aset untuk anak dan cucunya. Hmm! Kalau begitu, ayo kita unjuk gigi!”
Luna melengkungkan bibirnya menjadi senyuman. “Mereka tak akan bisa melakukan hal seperti yang baru saja
ayah katakan pada saya.”
“Tentu saja. Mereka masih berhubungan darah, sementara kita sama sekali tidak berhubungan dengan Keluarga
Prapanca.”
“Ayah, saya tidak akan mengecewakanmu,” janji Luna.
Dia juga telah menemukan sekarang bahwa tanpa dukungan yang kuat untuk mendukungnya, dia hanya akan
menjalani kehidupan seperti biasa, dan hanya jika dia memiliki seseorang seperti Elan yang mendukungnya. dirinya
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpasti bisa bersinar.
Di rumah sakit, Elan sedang sibuk menangani urusan Hana secara pribadi, sementara Sabrina membantunya.
Tasya dikirim ke ruang tunggu untuk beristirahat, dan Salsa telah menyiapkan makanan ringan sambil
menemaninya.
“Bu Tasya, kamu belum makan, kan? Bagaimana kalau kamu makan dulu?”
Salsa menatap Tasya dengan ekspresi yang sedih. Karena kesedihannya, saat ini Tasya terlihat seperti orang yang
berbeda dari kemarin. Matanya tampak merah, rambutnya sedikit berantakan, dan kulitnya pucat.
“Saya sedang tidak nafsu makan. Bawa pergi saja.” Tasya menggelengkan kepalanya.
Salsa membujuk dengan lembut, “Bu Tasya, semua orang sedih karena meninggalnya Nyonya Besar Prapanca,
tetapi kamu masih harus bergembira dan menjaga orang lain. Kami tak dapat membiarkan kamu menjadi sedih
sekarang. Kamu masih memiliki seorang anak yang harus diutus, dan kamu harus membantu Pak Elan untuk
mengatur pemakaman. Jadi kamu harus makan.”
Emosi Tasya sangat rapuh saat ini, dan dia memang membutuhkan seseorang untuk membebaskan dirinya dari
keterpurukan. Ucapan Salsa tak diragukan lagi sudah memberinya kekuatan. Dia meliriknya dengan rasa terima
kasih dan berkata, “Terima kasih, Salsa, kamu memang benar.”
Dia tak bisa membiarkan dirinya menjadi rapuh dan memberi lebih banyak masalah kepada semua orang.