- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 742
Elan melepas jasnya lalu merobek lengan kemejanya untuk membalut luka pengawal dengan cekatan. “Tolong
tahan sebentar. Kita akan membawamu ke rumah sakit seketika kembali ke kota.”
Meskipun pengawal meringis kesakitan, hatinya tersentuh. Alasan kenapa mereka sangat protektif pada Elan
adalah karena dia merupakan bos yang baik hati.
Elan tidak seperti pebisnis lain yang tidak peduli dengan kehidupan anak buahnya. Sebaliknya, dia selalu
memperlakukan para pengawalnya seperti saudara.
Kepribadian Elan inilah yang membuat anak buahnya ingin melayaninya, meskipun harus mempertaruhkan nyawa
mereka.
Pada saat yang singkat ini, gerombolan gangster akhirnya mengetahui tempat persembunyian Elan dan langsung
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtbergegas ke arahnya.
Elan pun bangkit dan pergi untuk menjaga keamanan anak buahnya, menggiring gerombolan gangster itu ke arah
yang berbeda agar mengacaukan mereka.
Beberapa peluru terbang di sisinya dan dengan cekatan dia berhasil menghindarinya. Dia berlari ke titik pandang
yang tinggi dan mengarahkan tembakannya ke empat gangster tanpa meleset. Mereka mati tertembak sebelum
sempat meminta bantuan.
Elan kembali ke sisi pengawal yang terluka bersamaan dengan ketua pengawal yang bergabung dengannya.
“Presdir Prapanca, bisakah Anda membawa Mulya dan pergi lewat jalur ini? Bapak bisa menghentikan taksi untuk
sampai ke rumah sakit. Kita akan pergi lewat jalur yang berlawanan untuk mengacaukan mereka,” ucap ketua
pengawal.
“Saya akan ikut bersamamu!” ujar Elan.
Ketua pengawal yang terkejut itu pun menolak. “Tidak, status bapak lebih penting untuk kami pertaruhkan.
Kita harus-”
“Berhenti bicara omong kosong. Mari kita pergi.” Elan kemudian bangkit, berlari ke arah yang menguntungkan, dan
menembakan dua peluru ke langit.
Ketua pengawal menghela napas. Dia mengakui kalau seluruh tim pengawal kalah berani dan cekatan
dibandingkan Elan.
Elan benar–benar orang yang mengagumkan.
Pada saat itu, sinar mentari siang hari telah menyusut menjadi cahaya redup yang nyaris tidak terlihat. Elan dan
Rizal, kapten pengawal, telah menggiring para gangster ke hutan yang lebat.
Senja tiba lebih awal dari yang diharapkan; segala sesuatu di hutan tersembunyi di dalam, seolah–olah predator
sedang mengintai mangsanya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Hati–hati, Presdir Prapanca,” Rizal mengingatkan Elan karena dia bertanggung jawab dalam memastikan
keselamatan laki–laki itu.
Jantung Rizal yang berusia tiga puluh lima tahun begitu waspada karena dia harus terus bersiap.
Elan mengangguk, kemudian memeriksa gagang magasin pistolnya dan menyadari bahwa hanya ada satu peluru
tersisa.
Dengan tenang dia mengisi pistolnya sementara Rizal segera menyerahkan senjatanya, lalu berkata, “Ini, Presdir
Prapanca. Saya masih memiliki empat, bapak bisa memakai milik saya.”
“Tidak, kamu simpan saja!” Elan bergeleng.
Hanya tersisa sekitar sepuluh gangster saat mereka tiba di dalam hutan. Mereka sudah kehilangan lebih dari
setengah anggotanya. Ketuanya sangat kesal dan marah. Kali ini rupanya mereka sudah meremehkan musuh.
Informasi yang didapat dari pihak lain tidak menyebutkan betapa tangguh pebisnis ini. Akan tetapi, ketua gangster
menyaksikan saudaranya mati satu persatu di tangan Elan.
“Silakan, Presdir Prapanca.” Rizal memutuskan untuk masuk lebih dalam ke dalam hutan.
Elan, di sisi lain, sudah muak terus melarikan diri dari situasi itu. Jika harus berjalan di pegunungan, maka akan
memakan waktu beberapa hari untuk keluar dari sana, dan dia tidak bisa menunggu selama itu.