- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 843
Sekalipun begitu banyak misi telah dibereskan Raditya, tak ada yang membuatnya merasa gugup atau
khawatir. Tetapi, kencan buta yang telah diatur oleh kakeknya malam ini benar–benar membuatnya stres. Bahkan,
sebenarnya dia enggan menerima pernikahan itu, namun tak tahu cara menolaknya karena dia ingin menghormati
kakeknya.
Saat ini, ponselnya berdering. Dia mengambilnya dan mendapati bahwa kakeknya yang menelepon.
Dia mengambil ponselnya. “Halo, Kakek.”
“Kamu di mana? Semua orang menunggumu!” Panji mencoba sekuat tenaga untuk menekan kekesalannya dan
bertanya.
“Saya sudah di depan restoran. Saya masuk sekarang,” jawab Raditya.
Kemudian panggilan itu ditutup.
Raditya keluar dari mobil dalam balutan seragam penyamaran yang belum sempat dia ganti. Dia langsung menarik
perhatian orang banyak saat dia memasuki restoran. Banyak pelayan di sana melihatnya dan menatap kosong
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpadanya.
Ya Tuhan! Ganteng sekali!
Tubuhnya teramat sempurna dan dia sangat tinggi.
Saat Raditya bertanya arah menuju ruang pribadi kepada salah satu dari mereka, pelayan itu menjawabnya sambil
tersipu malu. Pada saat yang sama, hal tersebut membuat gadis–gadis lain di sekitarnya menyorotkan tatapan iri.
Raditya berjalan ke pintu ruangan, menarik napas dalam–dalam, membuka pintu lalu masuk.
“Maaf saya terlambat,” ucapnya meminta maaf.
Semua orang yang duduk di kursi mereka, kecuali dua pria tua yang duduk mematung, berdiri untuk
menyambutnya. Rasa hormat ditunjukkan terhadap identitas dan statusnya yang cukup tinggi di militer, dan juga
sebagai tuan muda Keluarga Laksmana.
Begitu Ani mendengar suara merdu Raditya, dia hampir pingsan di tempat. Ya ampun, Tuhan! Seperti yang diduga,
pria ini sangat tampan dengan suara yang begitu menawan.
Menatap pria yang hanya memakai seragam penyamaran di bawah cahaya lampu, wajah Ani memerah. Aslinya
jelas jauh lebih baik daripada di foto!
“Dasar bocah! Kenapa kamu ke sini pakai baju seperti itu? Memangnya kamu tidak punya waktu untuk ganti baju?”
Panji langsung memarahinya, karena takut Raditya tak akan disukai oleh Keluarga Maldino kalau dia berpakaian
seperti itu
Raditya meminta maaf kepada Keluarga Maldino. “Maaf. Saya baru saja pulang kerja, dan waktu saya tidak cukup
untuk berganti pakaian.”
“Santai saja! Kamu masih kelihatan ganteng dengan setelan ini!” Nyonya Maldino mengamatinya dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Entah dari sudut mana melihatnya, Raditya sangat enak dipandang. Jadi, dia bahagia
untuk putrinya.
“Halo, saya Ani.” Meski Ani pemalu, dia berinisiatif untuk menyapa Raditya. “Raditya.” Raditya balas menatap dan
mengangguk dengan sopan.
“Raditya, ayo duduk di sini.” Galih mengulurkan tangannya dan menarik kursi di samping putrinya untuk Raditya.
“Terima kasih, Tuan Maldino.” Raditya duduk dengan sopan.
“Raditya, kenalkan teman lama Kakek yang baik ini, Tuan Besar Maldino. Dia bertemu denganmu waktu kamu
masih kecil.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Halo, Tuan Besar Maldino.”
“Saya tak menyangka kamu sudah sebesar ini. Kamu juga sukses. Itu sangat mengesankan,” puji Wisnu Maldino.
“Tidak, tidak. Dia baru saja terjun ke militer. Dia tak terlalu luar biasa,” kata Panji dengan rendah hati, tetapi dia tak
bisa menyembunyikan kebanggaan di matanya.
Dalam hatinya, dia mengakui bahwa cucunya memang luar biasa. Dia tak pernah mempermalukan Keluarga
Laksmana sama sekali.
“Oh! Dan ini Ani. Kalian berdua kelihatan sangat serasi,” Panji memperkenalkan sambil melihat pasangan muda itu,
dalam hati berpikir bahwa cicitnya pasti akan rupawan.
Saat ini, Ani melihat bekas darah di baju Raditya dengan matanya yang tajam. Segera dia memberikan tisu basah
dan berbisik, “Raditya, ada darah di sana. Saya bersihkan ya!”
Raditya menunduk dan mengulurkan tangan untuk mengambil tisu basah dari tangan Ani. “Saya bisa sendiri!”
Ani menatap Raditya dengan tertekan dan khawatir, dan berpikir dalam hati. Pekerjaannya berbahaya sekali ya?
Bahkan bajunya pun ada darah! Pasti itu bukan darahnya, kan?
Saat ini, pesan yang Ani kirimkan sebelumnya, malah terkirim kembali padanya, dan membuatnya bingung. Apa
yang terjadi?
Ponsel Anita mati ya? Seharusnya tidak! Itu pasti karena dia tidak sinyal di tempatnya sekarang jadi pesannya gagal
terkirim!
Mulanya, dia bermaksud mempertontonkan seluruh proses kencan buta ini kepada sepupunya itu!