- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 853
“Sudah menjadi tugas kami.” Raditya senang dia mulai bersikap koperatif. Dia tidak punya waktu untuk selalu
menjaganya, maka Anita harus selalu berada di dekatnya.
Anita mulai merasa kedinginan, dan ingin kembali ke kamarnya. Saat akan berjalan melewati Raditya, dia
mendengar suara berdecit, dan segera melihat ke bawah dan mendapatkan sepasang tikus melewati kakinya.
Suara jeritan menggema malam itu, dan Anita segera melompat ke udara. Dia melingkarkan lengannya ke leher
Raditya, dan kakinya melingkar di pinggangnya agar tidak jatuh. Dia bergelantung pada Raditya seperti koala.
Secara refleks Raditya menahan pinggul Anita agar tidak jatuh. Suasana terasa berhenti beberapa saat, kemudian
Raditya bertanya, “Berapa lama lagi kamu akan seperti ini?”
Ketika itulah Anita menyadari dirinya sedang memeluk Raditya. Dia terbatuk–batuk dengan kikuk dan melepaskan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpelukan tangannya pada leher Raditya, lalu melompat turun. Di saat itu pula, ini pertama kalinya dia melihat laki–
laki itu dalam jarak begitu dekat. Wajahnya begitu tampan bagaikan pahatan. Alisnya tajam, matanya dalam, dan
hidungnya tinggi. Bibirnya tipis tetapi seksi, dan memiliki garis rahang sempurna yang menarik perhatian orang
turun ke lehernya. Dia memancarkan maskulinitasnya di mana–mana. Aura yang terpancar dari dalam dirinya
begitu dingin dan sorot matanya begitu dalam.
Raditya berlalu sebelum perempuan cantik itu selesai menatapnya. Anita kemudian mengikutinya, takut kalau
bertemu tikus lagi. Hari ini adalah hari yang dramatis dalam hidupnya. Dia mengalami situasi antara hidup dan mati
dan hatinya hancur berkeping hanya dalam satu hari.
Keesokan harinya Raditya pergi ke Kediaman Keluarga Maldino. Dia duduk di sofa, menghadap pasangan Maldino.
Dia kemudian menceritakan apa yang terjadi, dan mereka sangat terkejut. Mereka tidak percaya putrinya terseret
dalam situasi yang sangat berbahaya.
“Apakah dia terluka, Pak Laksmana?” tanya Darwanti.
“Hanya keningnya tergores, selebihnya baik–baik saja. Namun, kalian tidak bisa bertemu dengannya untuk saat ini.
Mungkin hal ini akan berlangsung selama enam bulan. Atau mungkin satu tahun. Serahkan saja dia kepada kami.
Kami akan menjaganya,” ucap Raditya dengan tenang.
“Kami percaya padamu. Tolong jaga putri kami, maaf sudah merepotkanmu.” Guntur berkata penuh pengertian.
“Dia tidak mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain, jadi tolong bersabar menghadapinya. Dia terbiasa
hidup enak dan mudah. Tolong maafkan dia apabila melakukan kesalahan.” Darwanti sangat mengenal putrinya.
“Dia akan bekerjasama dengan saya. Jangan khawatirkan hal itu.”
“Bagus. Saya akan siapkan pakaiannya. Tolong bawakan untuknya.” Darwanti kemudian naik ke lantai atas.
Guntur menatap laki–laki muda di hadapannya. Dia berkomentar, “Saya pernah melihatmu ketika kecil, di rumah
Kakekmu. Rupanya waktu begitu cepat berlalu.”
“Ya. Saya juga ingat akan dirimu, Pak Maldino.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Saya dengar kamu sudah bertunangan dengan Ani. Selamat, ya. Maaf saya tidak bisa datang saat itu. Ada
yang harus saya urus.”
Raditya hanya mengangguk. Dia tidak ingin membicarakan tentang hal ini lebih jauh.
“Tolong jaga Anita. Ibunya dan saya berutang banyak kepadanya. Kami tidak becus menjaganya, dan sekarang
kami tidak bisa membantunya saat dia dalam masalah.” Guntur menghela napas. Dia merasa bersalah.
“Saya akan berusaha sebaik mungkin.”
“Tolong sampaikan kami sangat menyayanginya. Katakan agar dia berani. Kami juga akan membantu dalam
pencarian.”
“Tentu saja. Pak Maldino.” Raditya mengangguk. Kemudian, anak buahnya melaporkan perkembangan pencarian di
halaman rumah. Mereka sudah memeriksa seluruh tempat, tetapi masih belum menemukan tanda–tanda
keberadaan lipstik itu. Hujan badai malam itu mungkin sudah menghanyutkan lipstik ke dalam parit, sehingga kini
mereka mencari ke bawah permukaan tanah. Sebuah pencarian yang sulit, tetapi sebanding dengan lipstik itu,
maka mereka harus menemukannya. Lipstik itu berisi informasi rahasia besar.