- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 862
“Oh, tentu saja. Saya akan melakukan apapun yang kalian perlukan.” Anita menyisir rambutnya dengan jari- jari
tangannya dan mengatupkan bibirnya bersamaan sebelum bertanya pada kedua laki-laki di hadapannya itu,
“Bisakah saya minta waktu sejenak untuk berias?”
“Nona Maldino sudah terlihat sangat cantik meskipun tanpa riasan wajah. Saya rasa Nona sudah tampak cantik,”
Teddy seketika memujinya.
Jodi pun segera ikut berkomentar. “Benar, Nona terlihat cantik. Nona tidak perlu memakai riasan sama sekali.”
Anita tertawa malu-malu. “Benar? Baiklah kalau begitu. Bagaimana saya harus berpose?”
“Nona bisa duduk saja di sofa sambil membaca buku dan kami akan mengambil beberapa gambarmu. Akan lebih
bagus apabila unggahannya sederhana seperti keseharian Nona.”
Anita mengambil buku dan berpose natural sambil menyematkan senyum alami menghadap ke kamera. Kemudian,
dia mengangkat cangkir dari meja di sampingnya dan berpose dengannya. Tak lama kemudian, dia asyik menjalani
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtproses pemotretan yang menyenangkan dan sedikit narsistik.
Di tengah-tengah pemotretan, Anita bisa merasa kalau Raditya, yang duduk di meja di seberangnya, juga sedang
memandanginya. Wajahnya bersemu merah jambu, memperlihatkan sensasi malu-malu pada dirinya
Setelah itu, Teddy dan Jodi puas dengan foto-foto yang mereka ambil. Ketika hendak bangkit Teddy tiba-tiba
membungkuk dan berbisik, “Nona Maldino, apabila memerlukan obat tertentu dan enggan meminta ke klinik, boleh
datang kepada kami!”.
Mata Anita menyipit terheran-heran. Dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya.
“Pengobatan? Pengobatan apa?”
“Hmm… obat… untuk menyembuhkan itu…” Teddy tergagap-gagap lalu menyikut Jodi. “Kamu saja yang bilang.”
Wajah Jodi juga memerah. Setelah menatap mata Anita yang penasaran, dia mengambil napas dalam-dalam dan
menjelaskan, “Jadi begini, Nona Maldino. Kami sudah melihat rekam medis Darma Kuncoro dan menemukan
bahwa dia menderita penyakit menular seksual yang sangat parah. Apabila Nona membutuhkan obat untuk itu,
katakan saja kepada kami.”
“Iya, benar. Tidak perlu malu mendatangi kami. Kesehatan Nona adalah hal paling utama,” Teddy dengan cepat
menambahkan.
Anita merona merah seketika. Apakah kondisi kesehatan Darma yang menjadi penyebab dia tidak pernah mau tidur
bersamanya? Dia pura-pura menjadi laki-laki polos dalam percintaan bahkan sampai bersumpah kalau Anita adalah
cinta pertamanya, dan tidak pernah menyukai siapapun sebelumnya.
Sebuah tatapan tajam juga terpaku padanya. Tatapan itu berasal dari laki-laki yang ada di belakang meja.
Pikiran akan Darma si bajingan tengik itu membuat Anita memancarkan aura kedengkian terhadapnya. Saat
merasakan tatapan tajam dari orang di balik meja itu, dia pun langsung menoleh.
Raditya segera mengalihkan pandangannya, dan ekspresinya tampak seolah dia tidak bisa abai terhadap hal
ini. Dia kemudian mengangkat cangkirnya dan menyeruput teh dengan cara begitu elegan.
Anita mengambil napas dalam-dalam. “Saya tidak perlu obat apapun, tetapi terima kasih atas perhatian kalian.
Darma dan saya tidak pernah melakukan hal sejauh itu selama berpacaran.”
Wajah Teddy dan Jodi sama-sama memerah. Mereka bertanya karena khawatir kepadanya, tetapi sekarang,
mereka merasa seakan sudah menerobos batas ruang pribadinya.
“Baguslah kalau begitu,” ucap Teddy sambil tersenyum dan menarik lengan Jodi. “Ayo, kita kembali bekerja.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmJodi dan Teddy secepat kilat keluar kamar dan menutup pintu.
Suasana di ruang itu menjadi sedikit canggung. Anita menggigit bibirnya dan akal sehatnya seakan menghilang
sejenak dari kepalanya saat bertanya pada Raditya, “Apakah kamu percaya pada apa yang baru saja saya
katakan?”
Raditya meliriknya. “Tidak ada kaitannya dengan saya.”
Entah mengapa Anita menjadi sedikit panik. “Kamu tidak percaya atas ucapan saya?” Dia mengangkat tangannya
untuk bersumpah, “Saya bersumpah demi kehidupan saya bahwa apa yang saya ucapkan tadi adalah benar. Saya
sehat walafiat dan tidak menderita penyakit menular seksual sama sekali. Tolong percayalah pada saya.”
Raditya mengernyit. “Seharusnya kamu bersumpah pada calon suamimu. Kenapa kamu bersumpah pada Saya?”
Wajah Anita merah padam tetapi tetap menjelaskan dengan malu-malu, “Saya khawatir kamu tidak akan
mengizinkan saya menggunakan kamar mandimu lagi. Oleh sebab itu saya harus menjelaskan diri pada
kamu.”
Raditya melihat jam tangannya. “Tetap di sini jangan ke mana-mana.”
Kemudian dia langsung keluar kamar.
Anita menyembunyikan wajahnya dengan penuh malu. Kenapa saya sampai perlu bersumpah padanya? Betapa
sombongnya saya!
Malam itu, Anita tidak keluar kamar untuk makan malam, tetapi seseorang dengan baik hati dan penuh perhatian
mengantarkan makanan ke kamar Raditya untuknya.