- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Ruang Untukmu
Bab 880
“Kamu sengaja melakukannya.” Raditya sangat yakin dia melakukan itu sebagai balas dendam. Mata Anita terpaku
pada area basah di celananya lalu menelan ludah. “Saya benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Ini tidak
sengaja.”
“Keluar!” bentaknya dengan jengkel.
Anita menggigit bibirnya sambil memejamkan mata karena merasa kecewa. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kopi itu
adalah tawaran untuk membuatnya menyukai dirinya, tetapi sekarang dia malah sudah melukainya.
“Saya akan mengantarkan secangkir kopi pengganti.” Dia kemudian bergegas keluar dari kamar dengan pipi
merona merah.
Raditya berjalan ke lemari untuk mengambil celana sebelum menuju ke kamar mandi. Di bawah pancuran, rasa
kesal membuncah di dalam dirinya seiring darahnya mendidih oleh gairah
nafsu.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMeskipun perempuan itu hanya menyentuhnya beberapa kali, tetap saja dia bereaksi atas
sentuhan itu.
Bahkan saat ini, pikirannya masih dipenuhi gambaran wajahnya yang lugu dan polos. Diapun kemudian menyadari
gairah yang membakar di dalam dirinya tidak mungkin dipadamkan hanya dalam beberapa detik.
Ketika akhirnya selesai dan keluar dari kamar mandi, dia melihat seseorang di bawah meja. Rupanya Anita, yang
kembali untuk membersihkan lantai. Rambutya diikat kuncir kuda. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang sering
membersihkan rumah sehingga dia mengepel lantai secara tidak beraturan sampai tidak sengaja mendorong tong
sampah.
Untungnya, tong sampahnya hanya berisi kertas. Walaupun terbalik, sampah yang tumpah dan mengotori lantai
hanyalah kertas yang diremas-remas menjadi bola.
Raditya menyilangkan lengannya dan mengagumi dia yang sedang membersihkan lantai. Dia tidak ingin
membantunya sama sekali.
Setelah selesai membersihkan lantai, Anita lanjut merapikan berkas yang ada di atas meja. Beberapa helai rambut
panjangnya terlepas dari belakang telinganya, membuat wajahnya yang cantik terlihat semakin menawan.
Mata Raditya sedikit menyipit saat menganggumi wajahnya.
Kemudian, sadar bila diperhatikan, Anita berbalik dan tersenyum padanya. “Kamu sudah berganti baju?”
Dia pun selesai membersihkan meja lalu keluar dari kamar itu. Tak lama, dia kembali dengan
nampan berisi cangkir kopi yang baru. Kali ini, dia membawa dua cangkir; satu cangkir untuknya dan yang lain
untuk dirinya.
Setelah beberapa saat, Anita sadar bahwa tempat paling nyaman di kamar Raditya adalah sofa. Karena kurang
tidur, maka tidak ada tempat yang ingin dia kunjungi selain sofa di mana dia bisa meringkuk seperti bola sambil
membaca salah satu koleksi bukunya.
Anita bahkan ditemani secangkir kopi untuk dinikmatinya saat ini. Bagaimanapun juga, rasanya seperti sebuah cara
yang luar biasa untuk menghabiskan pagi hari.
“Silakan, ini kopimu.” Anita tersenyum sambil meletakkan kopi di mejanya. Kemudian dia kembali ke rak buku,
mengambil buku dari sana, dan duduk di sofa. Sambil menyilangkan kaki, dia membaca buku dan menyeruput kopi.
Entah mengapa, saat mengamati dia telah mengambil-alih kamarnya tanpa minta izin, Raditya merasa senang. Ini
pertanda bahwa gadis itu merasa aman tinggal di dalam kamarnya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmRaditya kemudian duduk di sebelah Anita, membuka laptopnya, dan memeriksa surel yang diterima. Meskipun tidak
saling berbicara, mereka sama-sama nyaman berbagi ruang.
Anita memilih buku tentang evolusi. Walaupun buku itu berisi konsep yang sulit dipahami, dia masih memaksakan
diri untuk memahami setiap kata yang dia baca. Apakah Raditya sudah membaca buku ini?
Beberapa menit kemudian, sebuah pertanyaan muncul di benaknya. Karena kopinya masih panas, apakah Raditya
terluka saat dia menumpahkan kopi ke atas celananya?
Dapatkah lapisan tipis bahan celananya mencegah panas kopi itu dari membakar kulitnya?
“Ap… Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil menggigit bibir.
“Yaa, saya baik-baik saja.” Raditya lanjut menatap laptopnya, bahkan tidak menoleh ke arahnya Saat menjawab.
“Kamu benar-benar baik-baik saja? Apakah perlu untuk diperiksa?” Terluka di area itu bukan masalah sepele! Luka
itu tidak boleh diabaikan.
Dia mengernyit. “Tidak perlu.”
Reaksinya membuat Anita sadar bahwa menggodanya memang sesuatu yang menyenangkan. Maka, diapun
semakin berani bahkan melangkah terlalu jauh sampai batas kesanggupannya.
Anita bergeser duduk di sebelahnya, kemudian menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya, dan
memperlihatkan wajah cantiknya sambil tersenyum genit padanya.
“Haruskan saya yang memeriksanya, Tuan Raditya?”.