- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1194 Berhenti Berpura–pura!
Qiara memejamkan mata saking putus asa. Sepanjang tahun ini, yang dia dengar orang tuanya selalu bersimpati
dan menaruh belas kasihan untuk adiknya. Dia mengingatkan dirinya untuk. tidak terlalu memedulikan hal ini,
tetapi bagaimanapun, dia adalah putrinya juga, dan hatinya. tidak terbuat dari batu.
“Ahem….” Bianca tiba–tiba batuk. “Ada apa? Kamu sakit? Tidak enak badan?” tanya Mega khawatir. “Saya haus,
Bu,” ucap Bianca dengan nada merajuk. “Baiklah. Akan Ibu bawakan segelas air untukmu.” Mega segera
mengambil segelas air. Pada titik itu, rasanya Qiara sudah tidak ingin lagi tinggal di rumah ini. Dia berniat pergi
ketika Biantara menghentikan langkahnya. “Kamu harus menghapus foto dan video di ponselmu sebelum pergi.
Kalau tidak, kamu tidak boleh pergi ke
mana–mana.”
“Jangan pergi, Qiara. Saya mengaku salah. Saya yang seharusnya pergi.” Bianca menghampiri dan meraih tangan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtQiara. Qiara sama sekali tidak ingin disentuh olehnya, tetapi Bianca sudah memegang pergelangan tangan Qiara
sebelum dia sempat menepisnya. Qiara hendak menarik tangannya ketika merasa ada yang mendorong tangannya
ke dada Bianca. Saat tangannya menyentuh dada Bianca, Bianca melepaskan pergelangan tangannya sebelum
terjungkal ke belakang, seakan Qiara mendorongnya jatuh tersungkur.
“Ah…” Bianca menjerit karena bagian belakang kepalanya terbentur meja. Qiara tersentak. Dia tidak
mendorongnya sama sekali. Bianca sendiri yang bertindak mengada–ada. “Bianca!” Biantara langsung berdiri
untuk membantu Bianca. “Sakit! Kenapa kamu mendorong saya, Qiara…” Bianca merintih sambil memegang
bagian belakang kepalanya.
Saat menyaksikan sorot mata orang tuanya terhadapnya, Qiara mengangkat tangannya sambil memasang
tampang datar. “Saya tidak… Tidak mendorongnya. Dia jatuh sendiri.”
“Kamu ingin adikmu mati, Qiara? Kamu pikir adikmu akan tetap hidup jika kepalanya terbentur ujung meja? Sejak
kapan kamu berubah menjadi jahat seperti ini?” mata Mega terbakar amarah setelah melihat kejadian itu.
Menurutnya, putrinya ini sudah berubah menjadi perempuan egois, penuh perhitungan dan jahat, dan pikiran itu
membuatnya sakit hati.
“Saya tidak mendorongnya. Kenapa Ibu dan Ayah tidak memercayai saya? Dia hanya berakting. Tidakkah kalian
menyadarinya?” Air mata menetes ke pipi Qiara saat mengasihani dirinya sendiri.
“Saya tahu kamu tidak menyukai saya, Qiara. Kamu marah karena saya sudah merampas kasih sayang Ayah dan
Ibu darimu. Tetapi kamu tidak bisa menyalahkan saya karena itu…” Bianca mulai mengaduh.
“Diam, Bianca Kamu pikir Ibu dan Ayah tidak tahu apa yang kamu lakukan? Kamu pikir saya tidak tahu kamu orang
seperti apa?” sindir Qiara. Uhuk… uhuk… Bianca tersedak air matanya, dan wajahnya berubah pucar. “Qiara…”
“Hentikan! Hentikan aktingmu!” Qiara kehilangan akal schatnya. Begitu selesai meneriaki adiknya, Biantara
melangkah maju dan menampar pipi Qiara. “Pergi kamu dari sini. Ayah tidak pernah punya anak perempuan
sejahat dirimu. Bahkan kamu tidak peduli dengan hidup adikmu sendiri! Lebih baik Ayah membesarkan anjing
daripada perempuan jahat seperti kamu!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Saking terguncangnya Qiara tidak tahu harus berbuat apa. Ayahnya tidak pernah menamparnya
sejak kecil, dan sekarang dia menatapnya dengan tatapan kebencian di matanya. Air mata mengalir deras di
pipinya. “Jangan tampar Qiara, Ayah…” Bianca merangkak sambil memegang tangan ayahnya. “Seharusnya Ayah
juga menampar saya!”
Qiara merasa ingin memuntahkan sarapannya ketika melihat tatapan angkuh di wajah Bianca. Biantara memergoki
Qiara sedang menatap Bianca dengan tatapan benci, dan dia pun segera maju untuk melindungi putri bungsunya.
“Ayah tidak akan pernah memaafkanmu jika karnu menyakiti adikmu, Qiara.“
Ucapan itu terasa seperti tikaman pisau di dada Qiara. Dia tidak melakukan apa–apa, tetapi bisa- bisanya orang
tuanya menatapnya sebagai perempuan jahat yang ingin mengusir Bianca. “Baik. Saya akan pergi. Saya akan pergi
sekarang dan menghilang ke tempat di mana kalian tidak akan pernah menemukan saya lagi.” dengan lunglai
Qiara berlari ke pintu depan.
“Qiara…” Mega tersentak. Bagaimana bisa kita akhirnya justru mengusir Qiara dari rumah? “Biarkan saja. Usianya
sudah 24 tahun; dia tidak akan tersesat,” ujar Biantara marah. Yang ingin dia lakukan. hanyalah memberi pelajaran
kepada putri tertuanya itu. Dia tahu putrinya akan pulang setelah menenangkan diri.