- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1209 Pulang ke Rumah
Sopir membawa Maggy dan Bianca ke hotel utama Grup Sofyan. Tak lama kemudian, mobil berhenti di jalan masuk
di pintu masuk utama, dan dua orang penyambut datang. Maggy melangkah keluar dari mobil dan Qiara, yang
merupakan salah satu dari dua pramutamu itu, berhenti mematung.
“Ibu?”
Maggy mendongak dan melihat putrinya yang mengenakan seragam hotel berdiri di depannya. Dia juga tertegun.
“Qiara, kenapa kamu-”
“Saya bekerja di sini, Bu. Kenapa kamu ada di sini?” Qiara tetap tenang dan tidak terganggu.
Bianca melangkah keluar dari mobil di sisi lain dan mengamati seragam Qiara sambil berpikir, Apa Qiara bekerja di
hotel ini? Dia benar–benar melakukan apa pun untuk mendapatkan Nando! Bagaimana dia bisa begitu senang
bekerja sebagai pramutamu?
“Qiara, ayahmu agak kasar sebelum ini, tapi dia tidak marah lagi. Pulanglah bersama saya.” Segera setelah Maggy
selesai berbicara, dia mencoba menarik Qiara ke dalam mobil bersamanya.
Namun, Qiara juga bertekad. “Saya tidak akan pulang, Bu. Saya sedang bekerja sekarang. Kalian harus pergi!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Qiara, Ibu datang sendiri untuk membawamu pulang. Bukankah seharusnya kamu menunjukkan rasa hormat
padanya?” Bianca semakin memanaskan suasana. “Kamu adalah putri tertua keluarga Shailendra, tapi kamu
malah bekerja sebagai pramutamu. Seluruh keluarga akan dipermalukan jika ada yang tahu tentang hal ini!”
Kata–kata penghinaan Bianca membuat ekspresi Qiara menjadi marah begitu mendengarnya. “Bianca, jangan
konyol kamu. Semua orang berhak dihormati karena bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri. Orang
sepertimu yang hanya mengandalkan uang orang tua tidak punya hak untuk meremehkan orang lain.”
Para pramutamu lain yang berdiri di dekatnya sangat marah ketika mendengar apa yang dikatakan Bianca, jadi
ketika mereka mendengar tanggapan Qiara, mereka bersukacita dan setuju dengan sepenuh hati secara diam–
diam.
Bianca bersemu merah dan memelototi Qiara. Sementara itu, melihat tekad Qiara untuk melanjutkan
pekerjaannya, Maggy tidak punya pilihan lain selain menghormati keputusannya.
“Baiklah, tapi kamu harus pulang ke rumah setelah bekerja. Ibu akan membiarkanmu bekerja, tapi kamu harus
pulang ke rumah.” Maggy tidak ingin menguliahi Qiara di depan umum.
“Baiklah, saya akan pulang setelah bekerja. Ibu harus pergi sekarang,” jawab Qiara. Dia merasa seolah–olah beban
berat telah terangkat dari dadanya. Tentu saja, dia sangat senang melihat orang tuanya masili menyayanginya.
“Jangan lupa untuk pulang, Qiara! Orang–orang akan membicarakannya jika seorang wanita
muda sepertimu tinggal di rumah seorang pria.” Bianca tidak lupa menyentil Qiara sebelum pergi.
Qiara dapat merasakan tatapan yang datang dari rekan–rekannya. Dia marah atas tindakan Bianca, tapi tidak bisa
berbuat apa–apa karena mobil Keluarga Shailendra sudah pergi.
“Qiara, itu adikmu, ya?! Apa kalian berdua benar–benar bersaudara?”
“Ya, dia adik kembar saya,” jawab Qiara.
Mereka tidak seharusnya mengobrol saat bekerja, jadi mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Qiara mulai merasa
enggan untuk pulang ke rumah lagi. Dia merasa lebih nyaman tinggal di rumah Nando.
Jika Nando tidak mengusirnya, dia lebih tertarik untuk tinggal lebih lama. Dia telah dipaksa untuk menelan segala
macam kemarahan dan frustrasi selama setahun terakhir sejak Bianca pulang ke rumah. Rumah yang dulunya
hangat dan mengundang kini malah membuatnya
tertekan.
Sementara itu, Nando sedang berada di salah satu ruang rapat hotel untuk melakukan tugas. hariannya
mendengarkan laporan dari berbagai bawahannya. Bisnis hotel telah melonjak pada. paruh pertama tahun ini dan
sang manajer, yang sedang memberikan presentasi, melaporkan dengan sangat antusias.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmNamun, terlihat jelas bahwa atasan muda sang manajer, yang duduk di ujung meja, tidak memperhatikan
presentasi tersebut.
Ummm? Apa yang terjadi dengan Pak Nando?
“Pak Nando, bagaimana pendapat Anda tentang saran kami?” tanya orang yang paling berani di antara para
karyawan.
“Pak Nando?”
Nando akhirnya tersentak kembali ke dunia nyata, tetapi matanya yang biasanya tajam terlihat sedikit kosong
sekarang. Dia menyipitkan matanya dan bertanya, “Apa sarannya? Katakan lagi.”
Para manajer pun bingung. Benar saja, perhatian Nando telah teralihkan tadi.
Setelah mendengarkan presentasi lagi, Nando mengangguk. “Baiklah, lanjutkan dengan proposalnya. Rapat
ditunda.”
Dia bangkit dan meninggalkan ruang rapat. Saat itu, ponselnya mulai berdering. Dia mengeceknya dan melihat
bahwa itu adalah telepon dari salah satu teman dekatnya, Julian Gideon. Dia menjawab telepon tersebut dengan
nada bicara yang malas, “Hei, Pak Selebritas.”
“Apa kamu ada waktu luang hari ini? Ayo kita minum bersama. Saya hampir sampai di hotel. Sebuah suara
keperakan dan canggih terdengar melalui pengeras suara telepon. Suara adalah suara yang bisa memikat
pendengarnya.