- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1212 Kecupan Panas
Oh, kini dia mulai mengancam saya? Drama apa yang sudah dia saksikan? Dengannya di sini, tidak ada hari berlalu
tanpa ada kejadian apa pun. Jadi, apa yang dia pikir tentang Julian dan saya? “Apa yang akan kamu ungkap ke
publik?” Nando bertanya–tanya apa yang ada di kepala Qiara.
Qiara tersenyum. “Akhirnya saya berhasil menyingkap tabir itu. Pak Gideon tidak pernah. berkencan dengan artis
perempuan manapun, dan saya tahu sebabnya.” Qiara menatap Nando. “Karena dia menyukaimu!”
Nando hampir menabrak mobil di depannya, tetapi untungnya, dia bertindak cepat dan seketika menginjak pedal
rem. Meskipun begitu, tetap membuat Qiara takut..
Mengapa dia bereaksi berlebihan? Apakah benar apa yang saya katakan? Karena itukah dia begitu panik? “Hati–
hati, Pak Sofyan. Saya akan menjaga rahasia itu. Tidak akan ada yang tahu.” Qiara menyesal mengungkap hal ini
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsaat Nando tengah mengemudi. Dia hampir menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Kemudian, Nando menepi dan berhenti di tepi jalan, yang kosong dari deretan mobil.
Sambil terheran–heran mengapa laki–laki ini menghentikan mobil di tempat ini, Qiara mendengar suara dingin dari
bangku pengemudi. “Apa yang tadi kamu katakan?”
Qiara membalik badan, menghadapnya dan menangkap kekesalan di matanya. Bila tatapan mata bisa membunuh,
dia tahu pasti dirinya akan mati saat ini juga.
Kulitnya mulai merinding. Ada sesuatu yang saya katakan? Dia tidak ingin siapa pun tahu, bukan? “Maaf, Pak
Sofyan. Saya tidak mengatakan apa–apa. Saya tidak tahu apa–apa. Itu hanya canda, dan saya tidak melihat apa
pun.” Qiara memutuskan untuk menarik perkataannya. Jadi, dia tidak senang siapa pun yang membicarakan
preferensinya.
“Apakah menurutmu saya menjalin cinta dengan Julian?” Nando semakin mendekatkan tubuhnya.
Qiara menarik napas dalam–dalam dan menjawab tenang, “Tenang, Pak Sofyan. Saya berada di pihakmu. Saya
tidak akan menilaimu karena urusan preferensi. Malah, saya akan bersikap mendukung hubunganmu dengan
Julian. Cinta adalah cinta, jadi apa perdulinya dengan pikiran orang?” Qiara menganggap hal itu bisa menenangkan
Nando, tetapi ternyata sebalikmnya.
Nando merapatkan bibirnya, pembuluh darah di lehernya terlihat menonjol. Dia menahan diri dari membentak
Qiara. Bagaimana dia bisa sampai pada kesimpulan macam itu?
Untuk alasan tertentu, Qiara merasa udara semakin tipis karena Sofyan beringsut lebih dekat lagi padanya.
Kulitnya yang seputih mutiara membuat fitur wajahnya yang dingin dan tampan terasa semakin mengancam dan
Qiara mulai mencurigai bahwa laki–laki ini seorang vampir.
Apakah pernyataan itu tak cukup untuk menenangkannya? Qiara panik, dan telapak tangannya mulai berkeringat.
Saya tahu tidak seharusnya menyatakan rahasianya seperti itu. Tidak menghasilkan apa–apa kecuali masalah.
“Saya berjanji tidak akan mengatakan hal itu pada siapa pun. Saya bahkan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
bersedia untuk bersepakat. Bila sampai saya membocorkan hal ini pada siapa pun-” Qiara tidak menyelesaikan
kalimatnya.
Nando akhirnya menyerang. Dia mencengkeram leher Qiara dengan kedua tangannya, yang membuat bibir Qiara
menyorong ke atas, terlihat seperti jeli berbentuk hati. Sofyan menutup matanya seakan sedang membenahi
pikirannya sebelum mendesak maju dan melumat bibir Qiara. Bibirnya terasa begitu lembut dan manis, tidak tawar
menjijikkan seperti yang dikiranya. Dia bahkan gemetar saat bersentuhan bibir dengan Qiara seakan aliran listrik
telah menyengat seluruh tubuhnya; dan secara instink, dia melumat bibir yang terbuka itu dengan penuh gairah.
Qiara juga gemetar seakan tersengat listrik bertegangan tinggi. Secara instink, dia mendorong tubuh Sofyan
menjauh dan beringsut ke jendela di sisinya, sambil menutupi bibir dengan
tangannya.
“Apa artinya ini?” Qiara terbata–bata. Sa–saya kira dia menyukai Julian? Mengapa dia mencium saya begitu rupa?
Apakah dia biseksual? Oh Tuhan.
Nando merendahkan kepalanya sambil mengusap bibirnya. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa
berciuman tidak sehambar seperti yang dia perkirakan. Nyatanya, dia menginginkannya lagi dan lagi dari Qiara.